Jumat, 15 Juli 2011

FF/ Omona!! He is Immortal/Part(4)


Title: FF : Omona!! He is Immortal
Author: Maulida KimKeyong
Cast: Kim Kibum (Key SHINee), Park Eun Hee (You)
Other cast: Lee Jinki (Onew SHINee), Han Yeon Hee (fiktif), Minho SHINee
Type: Chapter!!
Genre: romance, mystery. nggak logis (?)
Rating: General  


==Part sebelumnya==

“Eun Hee-ssi ppali”.
Eun Hee berlari kecil menghampiri Jinki dan pulang bersama. Dan tempat lain mereka berdua tidak menyadari kalau ada seseorang pria yang mengawasinya mereka dengan semburat warna merah di kedua bola matatanya. Raut wajah itu terlihat sangat marah.
“Sia!! Karena anak muda itu aku tidak bisa mendapatkannya. Cepat atau lambat aku akan mendapatkannmu Park Eun Hee!!”. Gumamnya pelan
=================
Tidak terasa sekitar lima menit berjalan, akhirnya sampailah mereka dirumah Eun Hee. Jinki menghentikan langkahnya lalu kemudian melihat Eun Hee dengan tersenyum manis. Eun Hee jadi sedikit salah tingkah dengan perlakuan Jinki yang seperti itu. Namun senyuman dari Jinki tidak bertahan lama karena sekarang pandangannya tidak tertuju padanya melainkan di sekitar rumah Eun Hee.. Eun Hee pun ikutan melihat hal yang dilihat Jinki. Dia sedikit heran kenapa Jinki bersikap seolah-olah ada orang yang menguntitnya?? nggak hanya di rumah Eun Hee di jalan juga begitu.


“Jinki-ssi apa yang kau lihat? Apa kau takut preman itu menemukanmu?” Tanya Eun Hee polos padahal sebenarnya alasan Jinki bukan preman tapi vampire yang mengincarnya.
“Eoh Iya, aku takut mereka menemukanku hehehe. Eun Hee lebih baik kau masuklah. Aku baru akan pergi setelah aku melihatmu masuk rumah. Cepat ini sudah malam”. Nasehat Jinki panjang lebar. Untuk kesekian kalinya Eun Hee di buat bingung dengan sikap Jinki padanya.
“Baiklah aku akan masuk, hati-hati dijalan”. Ucap Eun Hee ramah.
Dia berjalan mundur sambil sesekali melambaikan tangan pada Jinki dengan senyum termanis yang dimilikinya. Jinki juga ikut melambaikan tangan padanya. Setelah Jinki yakin Eun Hee masuk rumah dengan selamat dia langsung berlari menuju rumahnya yang tidak jauh dari rumah Eun Hee. Sebenarnya tempat yang di tinggalin sekarang bukanlah rumah sendiri namun hanya sebuah apartemen tua. Jinki bergegas menuju kamarnya lalu kemudian mencari sesuatu. Dia membongkar isi laci meja belajarnya, dan apa yang dia cari ketemu juga yaitu foto Alex yang usang dan sudah lapuk. Jinki melihat foto dengan seksama meneliti setiap jengkal wajah Alex. Dia menyamakan foto Alex dengan vampire yang baru saja dia lihat.  Dari situ Jinki sadar kalau itu bukanlah Alex tapi vampire lain. Walaupun pencahayaan di jalan tadi kurang terang tapi dilihat dari postur tubuhnya yang lebih besar dan kekar.
“Kalau bukan Alex lalu siapa dia tadi? Bukankah kata kakek hanya Alex vampire yang tersisa di dunia ini. Ahhh Lebih jelasnya aku akan mengunjungi kakek besok untuk menanyakan hal ini”. Ucap Jinki lirih.
Dia meletakkan foto Alex diatas meja belajarnya begitu saja lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Mata Jinki menatap langit-langit kamar sedangkan otaknya mengingat kembali peristiwa yang terjadi antara dia dan Eun Hee. Jinki sedikit malu dengan apa yang dikatakan pada Eun Hee secara spontan tadi. Karena mengingat Eun Hee, pertanyaan besar muncul dalam dirinya sendiri. Jinki bangun dari tidurnya dan bersandar di dinding kamarnya dengan posisi duduk.
“Tunggu, kenapa vampire itu mengincar Eun Hee? Apa dia ingin menghisap darahnya karena kelaparan?”. Ucapnya pada diri sendiri sendiri. “Mungkin saja” Jawabnya. Namun otaknya mengingatkan dirinya kalau selain Eun Hee ada juga orang lain disitu. “Tapi, di gang tadi ada satu orang lagi yang berpapasan dengannya, kalau hanya ingin menghisap darah kenapa tidak orang itu saja yang dijadikan korban? Kenapa harus Eun Hee yang di incarnya??”. Jinki merasa ini sedikit aneh dan tidak biasa. Dia mencoba berpikir tapi kepalanya mendadak pusing. “Haishh! Molla, aku tidak peduli”.
Jinki menutup seluruh badannya dengan selimut lalu tidur.
******
Keesokan harinya, dipagi hari yang cerah terlihat Eun Hee yang sudah berdiri dengan beberapa orang di halte bisa yang dekat dengan kompleks rumahnya. Dia senyum-senyum sendiri karena mengingat perkataan si Jinki cowok tampan dan manis sekaligus popular di kalangan gadis-gadis sekolah. Lagipula siapa gadis yang tidak terpikat oleh pesona Jinki kalaupun ada berarti dia wanita tidak normal. Baru saja dia memikirkan Jinki, ternyata orang yang dipikirkannya muncul. Sepertinya memang ada ikatan batin antara Jinki dan dirinya. Batin Eun Hee girang. Eun Hee memamerkan senyum termanisnya pada namja itu.
“Annyong, Apa tidurmu nyenyak tadi malam?”. Sapa Eun Hee manis. Jinki menoleh kearahnya dengan ekspresi yang datar. Hal ini membuat Eun Hee sedikit malu dengan ulahnya sendiri.
“Lumayan”. Jawab Jinki Singkat.
Disaat yang bersamaan bis yang dinanti tiba. Jinkipun naik tanpa menghiraukan Eun Hee sedikitpun. Eun Hee sangat kaget dengan perubahan sikap Jinki yang berubah drastis padanya. Tadi malam saja dia begitu perhatian dan peduli kepadanya lalu kenapa sekarang kembali cuek. Tempat duduk Eun Hee dan Jinki lumayan dekat hanya terpaut satu kursi saja. Eun Hee sesekali mencuri pandang kearah Jinki yang asik membaca buku dengan judul yang sama yaitu “Hunting Vampire”. Dalam hati Eun Hee bertanya kenapa dia selalu suka membaca buku yang berbau-bau vampire seperti ini. Secara tiba-tiba Jinki melihat ke arahnya dengan tatapan yang dingin sontak membuat Eun Hee kaget dan salah tingkah.
“Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa ada yang aneh denganku?”.
“Aku..aku hanya ingin bertanya lebih jelas padamu tentang ucapanmu tadi malam. Kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu padaku?” Eun Hee sebenarnya takut bertanya seperti ini. dia takut kalau Jinki marah padanya. Jinki menutup bukunya sedikit berpikir, pandangannya lurus kedepan dan sama sekali tidak melihat kearah Eun Hee.
“Aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa berbicara seperti itu. Anggap saja kemarin malam aku sedang mabuk”. Ucap Jinki enteng.
“Hah, mworago!!”.  Eun Hee ingin sekali marah. Namun dia tidak punya kesempatan karena tiba-tiba seorang ajoemma duduk di sebelah Jinki jadi tidak enak kalau mengajak Jinki bicara bahkan marah padanya. Jinki itu benar-benar kelewatan. Batinnya.
Selama di dalam bis Eun Hee hanya diam dengan wajah yang suram. Gara-gara Jinki moodnya berubah menjadi buruk ditambah lagi bis yang sudah sesak seperti ini. Mata Eun Hee sekarang terpaku pada sosok cowok yang membantu membawakan belanjaan seorang Ajeomma dan menyuruhnya duduk di tempatnya. Ternyata masih banyak orang baik ya di Negara korea ini, aku pikir semuanya pada egois. Batinnya. Si cowok itu tiba-tiba melepas topinya lalu kemudian merapikan rambutnya. Eun Hee terperanjat melihat wajah cowok itu.
“Akhirnya aku menemukanmu. Dasar pria menyebalkan”. Gumamnya.
Eun Hee langsung berdiri dan berjalan diantara desakan orang-orang. Tidak peduli dia harus berdesakan yang terpenting bisa menyelesaikan masalah dengan cowok itu yang tidak lain adalah pencuri daging ayahnya yang bernama Kim Kibum.  Eun Hee benar-benar tidak terima dan merasa dihina olehnya.
  “Tidak menyangka aku bertemu denganmu disini. Urusanku denganmu belum selesai”. Katanya penuh dengan amarah. Kibum menatapnya tanpa ekspresi.
“Nuguseyo?” Tanya Kibum polos.
“Mwo! Kau tidak ingat dengan aku. Ya!! Aku adalah putri dari pemilik toko daging yang kau curi. Apa kau tak mengingatnya?”.
“Aaa, aku ingat sekarang. Ada apa?”. Jawab Kibum Singkat.
“Haish! Urusanmu denganku belum selesai ara! Jadi aku ingin menyelesaikan semuanya hari ini”. ujar Eun Hee berapi-api.
“Urusan? Aku rasa kita sama sekali tidak punya Urusan yang belum di selesaikan”. Jawab Kibum santai.
“Siapa bilang, Kau harus mengganti rugi daging yang sudah kau curi”.
Bis berhenti. Kibum turun dari Bis tanpa peduli dengan Eun Hee. Eun Hee tidak mau tinggal diam dia juga ikut turun dari Bis dan mengikuti kemana Kibum pergi. Mereka berdua tidak menyadari kalau ada empat pasang mata yang memperhatikan gerak-gerik mereka. Eun Hee tidak tahu kemana Kibum akan pergi yang terpenting buatnya adalah membuat perhitungan padanya. Tapi sebenarnya dia tidak tahu apa yang harus dia perbuat pada Kibum. Sekarang Kibum masuk di sebuah gang sempit. Dan ternyata gang sempit itu merupakan pasar daging segar. Tapi untuk hari ini pasar terlihat sepi dan ada beberapa toko yang di tinggalkan begitu saja oleh pemiliknya. Kibum meletakkan tas dan mengambil kantong plastik lalu mengambil daging satu persatu kemudian di masukkan di masukan kedalam kantong plastiknya dan membawanya pergi. Eun Hee hanya bengong melihat hal seperti itu sedangkan Kibum menatap sinis kepadannya.
“Ya! Kau tunggu, berhenti!!”. Eun Hee berlari ke arah Kibum kemudian menghadangnya dari depan. “Apa yang kau lakukan? Kau mencuri daging-daging segar itu lagi?”.
“Ini sama sekali bukan urusanmu. Sekarang lebih baik kau minggir!”. Ucap Kibum tegas. Namun Eun Hee terus diam mematung tak bergerak sedikitpun. Kibum melangkahkan kakinya namun Eun Hee kembali menghadang”.
“Apa kau gila? Kenapa kau selalu mencuri? Kasihan pemilik toko itu. Apa kau tidak punya uang hah!!”
“Iya aku tidak punya uang lalu kenapa? Apa ini masalah buatmu”. Jawab Kibum.
Eun Hee tidak menjawab. Secara tiba-tiba mengambil bungkusan kantong plastik yang berisi banyak daging. Eun Hee berjalan menuju ke pemilik toko tersebut lalu kemudian menimbangnya. Setelah tahu berapa berat daging itu, dia mengambil beberapa lembar uang lalu meletakkanya di meja. Dengan langkah angkuh dia mendekat kearah Kibum lalu memberikan kantong plastic padanya.
“Setidaknya membeli secara diam-diam lebih baik daripada harus mencurinya”. Eun Hee memberikan daging pada Kibum. Seperti biasa Kibum hanya menatap Eun Hee sinis dan senyum mengejek. “Kalau kau tidak punya uang kenapa kau tidak bekerja?”.
“Untuk apa aku bekerja kalau hanya dengan mencuri aku sudah bisa mendapatkan daging. Dan satu hal lagi jangan pernah ganggu aku mengerti”. Kibum melangkahkan kakinya tapi lagi-lagi Eun Hee menghadangnya.
“Sudah aku bilang urusan kita belum selesai. Mana ponselmu?”.
“Untuk apa?”.
“Untuk menghubungimu dan menyelesaikan urusan kita yang belum terselesaikan karena sekarang aku harus ke sekolah”
“Aku tidak punya ponsel”, jawab Kibum santai.
“Mwo!! Kau tidak punya ponsel. Kau hidup pada jaman apa sih”. Ucap Eun Hee.
Eun Hee memperhatikan Kibum dari atas sampai bawah. Dia mencari-cari sesuatu yang bisa dijadikan jaminan. Perasaan Kibum tidak enak di lihat gadis aneh seperti itu. Eun Hee tersenyum kecil melihat sebuah gelang berwarna perak bersemayam di tangan kanan Kibum. Tanpa ragu dia mengambilnya.
“Hei, apa yang akan kau lakukan dengan gelangku?”. Ucap Kibum meninggi.
“Ini adalah jaminan. Nanti sore jam 4 aku akan menunggumu di taman kota untuk menyelesaikan urusan kita. Kalau kau tidak datang aku tidak akan mengembalikannya. Aku tahu kalau gelang ini sangat penting bagimu. Jangan lupa bawa uang untuk ganti rugi”. Ujarnya. Dreet..dreet..ponsel Eun Hee bergetar. Jaru jemari Eun Hee  merogoh saku seragamnya. Jaraknya agak jauh dari Kibum dan detik kemudian dia mengangkat telfonnya.
“Yoboseyo—Yoen Hee—Iya aku sudah ada di jalan—Ne” Dia menutup telfonnya.  dan ketika Eun Hee membalikan badan Kibum sudah tidak ada. Menghilang tanpa jejak padahal hanya di tinggal menerima telfon yang hanya beberapa detik. “Kemana perginya, cepat sekali”.
Di tempat yang berbeda dan jam yang sama bis yang dinaiki Jinki berhenti di halte dekat sekolahnya. Saat Jinki berjalan dari kejauhan dia melihat seorang bermantel hitam, rambut hitam agak pajang, dan bertopi hitam melihat kearahnya dengan tatapan yang tajam dan kilatan cahaya merah di matanya. Jinki mendekat secara perlahan, perlahan dan akhirnya dia berlari menuju ke arahnya. Namun ketika Jinki berlari pria itu juga berlari dengan kecepatan yang tidak logis untuk ukuran manusia. Jinki mengejar sebisa mungkin kelebatan bayangan hitam itu namun sayang dia kehilangan jejak. Hosh..hosh..nafas Jinki tersengal-sengal. Dia yakin itu adalah vampire yang mengincar Eun Hee. Dadanya sedikit sakit karena berlari terlalu jauh dan kecepatan diluar kemampuannya.
“Kemana perginya vampire itu?”. Gumamnya pelan.
*******
Kibum berjalan lunglai menuju rumahnya. Tempat tinggalnya merupakan rumah tua yang lumayan megah. Cat di dinding rumah itu sudah mengelupas, plafon rumah itu juga sudah banyak yang jebol. Namun Kibum masih merasa sangat nyaman dengan tinggal di rumah seperti ini. Kibum memasukan daging segar hasil curiannya kedalam lemari pendingin dan mengambil beberapa potong daging segar untuk dimakannya. Tanpa menggunakan piring atau apapun, Kibum memakan daging segar yang masih berlumuran darah dengan lahap. Tangannya yang putih dan bibirnya yang mungil penuh dengan lumuran darah.
Dia benar-benar lapar naluri makannya begitu banyak akhir-akhir ini. Lima daging mentah sudah dia habiskan sekaligus. Setelah kenyang Kibum mencuci tangannya yang berlumuran darah lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur yang sama sekali tidak empuk. Kibum sekarang berpikir tentang gadis yang bernama Eun Hee. Sejak awal pertama dia bertemu dengannya, Kibum merasa dia sudah pernah melihat gadis itu tapi dimana?? Tatapan matanya yang menyejukan membuat dia merasa mendapat kenyamanan yang begitu luar biasa.
“Dimana ya aku pernah melihat gadis itu?Haishh..molla..molla. Hooaam aku ngantuk sekali. Lebih baik aku tidur dan bertemu dengan gadis aneh tadi. Kalau bukan karena gelangku yang berharga di bawanya aku tidak akan mau menemuinya”.
********
Sore hari pukul 16.00 di Taman kota.  Eun Hee duduk sendirian di kursi panjang dekat danau buatan. Taman kota hari ini sangatlah ramai di kunjungi oleh warga, mungkin karena hari ini adalah hari sabtu, makanya banyak yang bermain disini. Sudah jam empat lebih lima belas menit Kibum belum datang juga. Apa dia benar-benar tidak angin gelang yang terkesan mewah ini kembali. Batinnya. Eun Hee memperhatikan setiap ukiran di gelang tersebut. Terdapat ukiran kecil yang bertuliskan “Alex” di gelangnya serta ada ukiran sebuah lambang seperti pedang yang ada lingkaran diatasnya. Eun Hee merasa tidak asing dengan lambing ini, tapi dia lupa pernah lihat dimana.
“Alex?? Pasti gelang ini juga hasil mencuri dari orang yang bernama alex ckckckc”. Kata Eun Hee sambil menggelengkan kepalanya.
Tak lama kemudian sosok pria yang ditunggu datang. Kibum berbeda hari ini dia tidak lagi memakai topi. Rambutnya hitam legam terlihat jelas. Eun Hee menelan ludah meihat ketampanan Kibum hari ini. Walaupun hanya memakai jumper dan celana panjang namun ketampanan dia tidak pernah memudar atau mungkin malah terlihat lebih tampan. Ya Tuhan betapa sempurnanya kau menciptakn manusia yang satu ini. Batin Eun Hee. Saking asyiknya melamun tanpa disadari Kibum sudah berada tepat di depannya.
“Kenapa kau melihatku seperti itu? Kau terpesona dengan ketampananku?”. Tanya Kibum ngasal sambil cengingisan.
“Si..si..siapa yang terpesona denganmu. Aku tidak seperti itu”.
“Aku tidak punya banyak waktu sekarang kembalikan gelangku”. Kata Kibum.
“Tidak semudah itu kau bisa mendapatkannya. Sekarang aku Tanya padamu apa kau membawa uang untuk ganti rugi daging yang kau curi?”.
“Tidak, untuk apa aku harus membawa uang. Lagipula aku tidak punya uang sepeserpun jadi percuma kau mengaharapkan uang dariku. Ayo cepat kembalikan”. Timpal Kibum.
“Baiklah kau boleh tidak membayar ganti rugi dengan uang. Tapi kau bisa membayarnya dengan tenagamu. Kau harus mau bekerja di Toko daging ayahku”.
“AAAPPPAAAA!!!”.

 ==TBC==
ini Lambang yang dimaksud ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar