Kamis, 07 Juli 2011

FF/Early Marriage part 11


Tittle : “Early Marriage (repackaged)"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length          : Chapter
Genre           : Friendship, romance

MAAF KALAU KEPANJANGAN (_ _)
===Part sebelumnya===
“Tapi dia sepertinya menyukaimu,,”. Chang Hyun yang sudah selesai makan sekarang sedang sibuk membersihkan mulutnya dengan tisu.
Menyukainya?? Benarkah Jun Hoon terlihat menyukainya.
========
Tapi dengan memperhatikan sikap dia yang begitu perhatian, baik dan penuh kasih sayang memang kemungkinan besar bisa jadi Jun Hoon menyukainya. Sebenarnya Hye Jin bisa merasakan itu sejak awal namun dia selalu membuang perasaan itu jauh-jauh dia tidak mau terlalu percaya diri dulu. Namun saat keluar dengan Jun Hoon tadi malam membuat dirinya sedikit yakin dengan apa yang di rasakannya tentang Jun Hoon. Lagipula Hye Jin merasa kalau dirinya bukanlah gadis yang baik atau pantas untuk Jun Hoon yang pendiam dan polos.
“Kalian berdua aneh-aneh saja. Sudah jangan berpikir macam-macam”.

********
Sepulang sekolah Hye Jin menghempaskan tubuhnya di ranjang. Matanya menerawang memandang langit-langit atap kamarnya. Otaknya memutar kembali kejadian di sekolah antara Kibum, Hyu Ra, Jun Hoon dan dirinya sendiri. Kejadian hari ini benar-benar terasa berat untuknya. Hye Jin benar-benar tidak tahu kalau semuanya akan seperti ini, Hye Jin tidak tahu kalau lama kelamaan dia mulai merasa cemburu apabila Kibum dengan Hyu Ra. Hye Jin sedikit demi sedikit mulai menyadari kalau memang dia sudah mulai menyukai Kibum atau bahkan mencintai Kibum. Rasa sesak yang dia rasakan tiap dia melihat mereka bicara berdua, rasa perih yang dia rasakan tiap melihat mereka bergandengan tangan, sudah cukup bukti untuk mengetahui gimana perasaannya kepada Kibum. Ingin sekali dia bilang kepada suaminya untuk jangan lagi bertemu Hyu Ra, jangan bicara dengan Hyu Ra, jangan berduaan dengan Hyu Ra, tapi dia tidak bisa. Ini benar-benar sangat memuakkan untuknya. Kenapa di saat dia sudah mulai mencintai suaminya harus ada orang ketiga? Atau mungkin dirinya sendiri yang menjadi orang ketiga antara hubungan Kibum dan Hyu Ra yang sudah terjalin selama beberapa tahun. Siapa yang salah sebenarnya?siapa yang orang ketiga Dia atau Hyu Ra?. Hye Jin beranjak dari tempat tidurnya kemudian berjalan menuju jendela kamar. Dia berdiri terdiam sambil melihat langit yang sudah mulai berwarna kemerahan. Ingin sekali dia berteriak. Sudah cukup sakit yang dia rasakan untuk hari ini. Hye Jin takut menghadapi hari esok, Hye Jin takut untuk merasakan sakit lagi, dia takut untuk melihat kebahagiaan wajah Kibum setiap ada di dekat Hyu Ra. Bagi Hye Jin, Hyu Ra itu sangat sempurna dia cantik, pintar, feminine dan terlihat sangat manis. Beda dengan dirinya yang urakan, dan biasa saja. Tidak salah kalau Kibum menyukainya.
Di kamar sebelah Hye Jin, terlihat Kibum yang lagi sibuk membolak-balik bukunya tanpa membacanya. Otaknya tidak focus pada apa yang dia baca namun selalu memutar kejadian-kejadian yang begitu memuakkan buatnya hari ini. Jun Hoon. Mendengar kata itu membuat kupingnya panas dan marah. Suami mana yang suka melihat istrinya kencan dengan pria lain begitu lama, di tambah lagi tadi di sekolah mereka berdua saling menyuapi. Apa pantas seorang istri bersikap seperti itu di depan suaminya dengan pria lain?. Kejadian ini benar-benar membuat hatinya sakit dan perih. Kibum sudah tidak bisa menolak ataupun membohongi perasaannya sendiri kalau sebenarnya dia sudah mulai menyukai atau bahkan mencintai istrinya. Ya benar mencintainya, hal itu yang membuat dia berlari mengejar Hye Jin agar tidak pergi dengan Jun Hoon. Dulu Kibum sempat berpikir kalau dia masih mencintai Hyu Ra, namun setelah bertemu kembali Kibum tidak merasakan apapun. Beda dengan saat dia melihat Hye Jin, hatinya terasa aneh dan jantung yang sering berdetak tidak karuan. Hal itu juga yang membuat Kibum tidak mengiyakan ajakan Hyu Ra untuk memulai hubungan mereka kembali di saat awal pertama Hyu Ra pindah. Mungkin sebenarnya dia sudah lama menyukainya namun dia tidak sadar. Dalam hati Kibum, ingin sekali dia mendengar Hye Jin mengatakan “Jangan pergi dengan Hyu Ra”, atau kalau tidak dengan kata-kata setidaknya dengan sikap. Setahu Kibum Hye Jin sama sekali tidak pernah marah ataupun protes selama dia dengan Hyu Ra. Hye Jin sudah menemukan Jun Hoon orang yang begitu baik dengannya, tidak salah kalau dia lebih memilih Jun Hoon dari pada dirinya.
Ting…Tong..!!! bel Rumah berbunyi. Kibum bergegas untuk segera membuka pintu. Namun di saat bersamaan dia juga melihat Hye Jin yang sudah terlebih dahulu beranjak untuk mengecek tamu yang datang. Hye Jin membungkukan dan mengintip di lubang pintu untuk memastikan siapa yang datang. Seketika itu juga Hye Jin membelalakan matanya. Hye Jin langsung berlari menuju Kibum dengan muka yang pucat pasi. Kibum merasa aneh dan firasatnya tidak enak ketika melihat eksprsi Hye Jin yang seperti itu. Untuk kondisi seperti ini udahan dulu ngambeknya pada Kibum yang penting bagaimana caranya agar terhindar dari masalah ini. batin Hye Jin.
“Kenapa? Siapa yang datang?”. Tanya Kibum penasaran.
“Gawat. Nenek datang kesini”.
“APA!!! Yang benar saja. Bagaimana ini?”. kata Kibum panik.
Tidak hanya Kibum yang panik namun Hye Jin juga. Bisa gawat kalau nenek tahu mereka sebenarnya tidak tidur berdua. Mereka berdua merasa ngeri melihat wajah nenek dulu pada saat memeperingatkan mereka untuk tidur bersama, benar-benar sangat menakutkan. Walaupun nenek sudah tua namun dia tidak bodoh, pasti dia akan mengecek kamar pemberiannya dengan seksama. Hye Jin dan Kibum tidak bisa membayangkan bagaimana kalau seandainya nenek tahu kalau Kibum tidur terpisah dengannya. Baju beserta barang Kibum semuanya ada di kamar Kibum sendiri. Hye Jin memutar otak tidak lama kemudian ide itu datang.
“Kibum, kau keluar menemui nenek, aku akan memindahkan barang-barangmu ke kamarku oke”. Kata Hye Jin.
Kibum tidak punya kesempatan lagi untuk bicara, dia hanya mengangguk dan berjalan menuju pintu sedangkan Hye Jin pergi masuk ke kamar Kibum serta memindahkan barang-barang suaminya dengan cepat. Sebelum membuka Kibum merapikan rambut beserta bajunya. Kibum berusaha mengubah wajahnya untuk terlihat ceria dan seperti biasa. Perlahan tangan Kibum membuka kenop pintu, detik berikutnya terlihat nenek Kibum yang membawa banyak sekali barang.
“Omo..!! Cucu nenek semakin hari kau terlihat semakin tampan”. Kata nenek sambil merangkul serta mencium pipi Kibum penuh kasih sayang. Nenek tanpa ragu melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam rumah cucunya. “Dimana istrimu?”.
“Oh, dia…dia lagi sibuk bersih-bersih kamar”. Katanya bohong.
Kibum merasa khawatir Hye Jin tidak tepat waktu. Nenek tanpa ragu berjalan menuju kamar Hye Jin. Kibum tidak bisa berbuat apa-apa dia juga tidak bisa mencegah nenek agar tidak masuk ke kamarnya karena dia tidak punya alasan kuat untuk melarang nenek. Kibum pasrah kalau nanti mereka ketahuan tidak tidur bersama, dan dia akan menerima omelan nenek dengan ikhlas. Nenek membuka pintunya, terlihat Hye Jin yang sedang menyisir rambutnya dengan pakaian rumah biasa bukan seragam lagi. Kibum memandang seluruh isi kamar kaget, kemana baju-bajunya yang sebanyak itu kenapa tidak ada jejak sekalipun di kamar Hye Jin. Jangan-jangan Hye Jin asal naruh bajunya tanpa melipat terlebih dahulu.
“Cucu menantuku, kau disni rupanya!!”. Nenek menghampiri Hye Jin, memeberinya pelukan dan ciuman kasih sayang padanya. “Bagaimana kabarmu apa kau baik-baik saja?”.
“Iya nenek aku baik-baik saja. Nenek sendiri bagaimana?”.
“Sama kabarku juga baik”. beliau memandang ramah kea rah Hye Jin. Nenek merasa bahagia punya cucu menantu yang baik dan sangat manis. “Hye Jin, Kibum nenek punya sesuatu untuk kalian. Ayo ikut aku”. Nenek menggandeng mereka berdua dan menuju ruang tamu. Hye Jin dan Kibum duduk di sofa melihat nenek yang lagi asyik mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Tarada…!!! Ini untuk kalian bukalah!”.
Nenek memberikan dua bingkisan berwarna coklat pada mereka berdua. Perlahan mereka membuka bingkisan itu, ternyata itu adalah sebuah piyama. Hye Jin mendapatkan piama berwarna pink sedangkan Kibum mendapatkan piama berwarna biru. Corak piama mereka sama persis hanya warna yang membedakan. Kibum tidak habis berpikir untuk apa nenek memberikan piyama kembar seperti ini. benar-benar sangat ke kanak-kanakan. Jangan sampai Kibum disuruh memakai piyama pada saat tidur mulai malam ini.
“Pakailah nanti saat kalian tidur. Harus di pakai mengerti”. Ucap nenek maksa. Nenek Kibum memang sifat buruk seperti itu, suka memaksakan kehendaknya pada orang lain. Kibum dan Hye Jin saling pandang dengan tatapan tidak percaya terpancar jelas di wajah mereka. Kibum memandang aneh kea rah tas besar yang nenek bawa.
“Nenek, kenapa nenek membawa tas sebesar ini? Nenek mau kemana?”, Tanya Kibum.
“Ah, maaf nenek lupa memberitahu kalian. Nenek selama tiga hari ini, akan tidur di tempat kalian. Makanya nenek bawa barang sebesar ini”. Senyum kebahagiaan tergambar jelas di wajahnya.
Kibum dan Hye Jin shock berat mendengar ucapan nenek barusan. Tidur disini selama tiga hari berarti selama tiga hari pula mereka harus tidur sekamar. Tidak mungkin, ini semuanya pasti tidak mungkin. Kibum tidak sanggup kalau kembali tidur seranjang lagi dengan Hye Jin, atau Kibum juga tidak mau lagi tidur di lantai. Dengan perasaan Kibum sekarang terhadap Hye Jin, itu akan membuatnya di luar kendali. Kenapa semua jadi rumit begini sih. Tidak hanya Kibum namun Hye Jin juga punya pikiran yang sama, hatinya yang sekarang sudah mulai menyukai suaminya, tidak mungkin untuk tidur seranjang. Semuanya akan terlihat canggung untuknya, atau dia tidak bisa menahan pikirannya melihat wajah imut suaminya yang tertidur pulas di sampingnya. Dia harus bisa menahan pikiran kotor di benakknya. Dunia ini benar-benar membuatnya gila.
“Oh ya, Hye Jin, nenek lapar sekali. Maukah kau membelikan Jajangmun untuk nenek. Aku tadi tanpa sengaja melihat ada penjual Jajangmun di dekat daerah ini”. Nenek memberikan uang kepada Hye Jin. sebagai cucu menantu yang baik Hye Jin tentu saja mau melakukan perintah nenek.
“Baiklah, aku akan membelikannya untuk nenek”. Jawabnya ramah.
“ Tapi kau jangan pergi sendirian, pergilah bersama suamimu. Karena hari menjelang malam, aku takut terjadi apa-apa denganmu”. Kibum dan Hye Jin berpandangan tanpa mengatakan apa-apa.
********
Selama perjalanan menuju ke kedai Jajangmun. Kibum dan Hye Jin tida bicara sepatah katapun mereka hanya diam. Udara benar-benar dingin, langit juga terlihat sangat mendung pasti sebentar lagi akan turun Hujan. Bagi mereka berdua nenek adalah orang yang membuat hidup mereka susah, yang membuat hidupnya rumit. Kenapa mereka berdua di takdirkan bertemu dan menjalani hidup tidak wajar seperti ini. Menjalani pernikahan tanpa saling mengenal apa lagi saling jatuh cinta. Bahkan awal mereka bertemu adalah sudah di dasari dengan perasaan benci. Dari pertama kali mereka sudah menolak dengan adanya pernikahan ini namun sepertinya lama-kelamaan mereka sudah menerima bahkan mereka sekarang sudah saling menyukai namun mereka masih terlalu gengsi untuk menunjukan perasaan sebenarnya satu sama lain, karena adanya pihak ketiga di antara mereka, Kibum menganggap Hye Jin bahagia dengan Jun Hoon. Begitupula dengan Hye Jin yang menganggap Kibum bahagia dan nyaman dengan Hyu Ra. Konflik dari dalam hati mereka dan pikiran mereka tidak akan pernah menemukan titik temu diantara cinta mereka yang sebenarnya kalau seperti itu terus. Dengan waktu tempuh lima menit dengan berjalan kaki mereka sudah sampai ke kedai Jajangmun untung tidak ada orang yang beli jadi tidak perlu ngantri. Setelah mendapatkan Jajangmun Hye Jin bergegas untuk pulang karena nenek sudah menunggu. Namun ternyata tidak untuk Kibum, dia ingin mampir ke supermarket dulu untuk membeli snack.
“Hye Jin, kita ke supermarket dulu aku mau beli snack”.
“Tidak usah, nenek sudah menunggu lama”. Ujar Hye Jin.
“Tidak lama Cuma sebentar, kalau kau tidak mau menemaniku pulanglah”. Ucap Kibum.
Hye Jin tidak mau meninggalkan Kibum sendirian, makanya dia memilih untuk menemaninya. Dia mengikuti kemana Kibum melangkah, matanya melihat-lihat seisi supermarket. Lumayan banyak juga snack yang di beli oleh suaminya. Kibum ke kasir, Hye Jinpun ikut juga ke kasir. Mata Hye Jin tertarik pada sebuah minuman instan yang mirip di berikan oleh nenek untuknya, yang letaknya tidak jauh dari kasir. Di kardus minuman itu tertera tulisan “Obat subur untuk mempercepat kehamilan”. Obat subur?? Bukankah kata nenek dulu itu adalah obat untuk mengencangkan kulit wajah. Hye Jin penasaran, dia ingin tahu mana yang benar antara obat subur atau obat mengencangkan kulit.
“Bibi, bolehkah aku melihat obat itu?”. Hye Jin memnunjukan letak obat itu berada.
Kibum hanya diam dengan terus memandang tingkah laku Hye Jin yang aneh. Kasir itu mengambil kemudian memberikan obat itu padanya. Hye Jin terus memeriksa dengan teliti, benar sekali tidak salah lagi ini memang obat sama persis yang nenek berikan padanya. Tentu saja tidak mengenali obat itu karena, obatnya hanya putih polos tanpa tertulis apa-apa. Tapi kenapa berubah jadi obat subur. Untuk memastikan semuanya, Hye Jin bertanya langsung pada Kasir yang kebetulan adalah seorang wanita.
“Bibi kalau boleh tahu, Ini obat apa ya?”. Hye Jin bertanya dengan penuh rasa khawatir. Hye Jin berharap kalau ini bukan obat subur, dan berharap juga dia salah baca
“Ini adalah obat subur untuk ibu muda yang baru menikah agar dia bisa cepat hamil”. Ujar penjaga Kasir sambil tersenyum ramah. Hye Jin lemas mendengar ucapan kasir itu. Benar-benar sulit di percaya kalau nenek sangat ingin dia hamil diusia yang masih sangat muda begini. “Obat ini juga terkenal sangat manjur, banyak sekali wanita yang baru menikah mencari obat ini”
Hye Jin hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun. Kibum memandang Hye Jin dan kemudian mengambil bingkisan minuman instan itu seolah dia ikut mengecek untuk memastikan sesuatu. Kibum baru sadar kalau minuman ini adalah minuman yang sering diminum oleh Hye Jin, setelah makan, dia minum minuman obat ini dengan sangat rutin. Kibum ingat Hye Jin pernah mengatakan kalau kata nenek ini adalah obat untuk mengecangkan kulit wajah agar kelihatan lebih muda. Detik berikutnya Kibum memberi uang pada kasir dan memandang Hye Jin. Sambil terus berpikir Kibum tahu sekarang, neneknya memberi obat subur itu agar Hye Jin cepat hamil namun semua itu percuma, kalau dia dan Hye Jin tidak pernah melakukan hal itu. Mereka berdua keluar dari supermarket. Suara Hye Jin tiba-tiba memecah keheningan diantara mereka berdua.
“Ternyata obat itu adalah obat subur agar cepat hamil”. Katanya tak percaya.
“Memang sebelumnya kau tidak tahu?” Tanya Kibum, Hye Jinpun menggeleng.
“Menurutmu kenapa nenek memberiku obat subur?”.
“Tentu saja nenek ingin kau cepat hamil. Tapi itu semua tidak mungkin, walaupun sebanyak apapun obat subur yang kau minum, tanpa kau melakukan hal itu, Kau tidak akan pernah hamil. Beda ceritanya kalau kau melakukannya denganku mulai sekarang”. Kibum asal nyeplos. Hye Jinpun memandang tajam kearah suaminya. Kibum hanya diam tanpa berkomentar. Menurut Hye Jin omongan Kibum sudah mulai ngelantur kemana-mana.
Tiba-tiba, mereka merasakan tetesan-tetesan air satu-persatu jatuh dari langit. Awal tetesan air yang renggang sekarang menjadi rapat. Hujan turun dengan lebat, tanpa banyak berpikir lagi Hye Jin dan Kibum berlari untuk berteduh, untung tidak ada jauh dari mereka terdapat sebuah bangunanan kecil tanpa penghuni. Tubuh beserta rambut mereka setengah basah karena terkena Hujan. Kibum meletakkan barang belanjaannya, Kemudian menepuk-nepuk tubuhnya yang basah. Hal yang sama di lakukan oleh Hye Jin, namun tubuh Hye Jin sedikit gemetar karena dia kedinginan. Dia paling tidak tahan dengan kondisi seperti ini. Kibum melihat lurus kearah istrinya yang tubuhnya gemetar. Kibum khawatir, dengan keadaan Hye Jin sekarang. Dia bingung apa yang harus dia lakukan sekarang.
“Hye Jin, apa kau baik-baik saja?”.
“Se…sepertinya ti…tidak”. Getaran di tubuhnya membuat bunyi gemelutuk mulutnya. Bibirnya membiru, wajahnya pucat. Hye Jin terus berusaha menghangatkan tubuhnya sendiri dengan kedua telapak tangan yang terus mengusap-ngusap kedua lengannnya
Kibum bingung harus melakukan apa. Bajunya sendiri juga basah karena terkena air Hujan, walaupun tidak sebasah Hye Jin, karena tadi Kibum berlari sangat cepat di bandingkan dengan Hye Jin menuju tempat berteduh. Dengan tahu begini Terbesit rasa bersalah di hati Kibum kepada Hye Jin, seharusnya dia mengajak Hye Jin cepat-cepat tadi. Kibum benar-benar panik, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, tapi kalau membiarkan Hye Jin kedinginan dia adalah orang yang tidak punya hati membiarkan orang kesusahan seperti ini. Orang yang kedinginan itu butuh kehangatan, tapi kehangatan yang bagaimana? Tidak ada kain kering disni. Tiba-tiba saja memori otaknya mengingat kembali adegan di film “The Day after Tommorow” yang sudah dia tonton berkali-kali, Dimana ada adegan si cowoknya kedinginan dan aktris ceweknya memeluk si cowok. Apa dia harus seperti itu?? Memeluk Hye Jin di saat keadaan seperti ini.
“Huaaaashiiimmmmm……”. Seru Hye Jin dengan tubuh yang masih gemetar.
Kibum benar-benar tidak tahan melihat keadaan Hye Jin yang seperti ini. Tanpa berpikir lagi Kibum menarik tubuh Hye Jin di pelukannya dengan memberi kehangatan tubuhnya. Kibum tahu ini tidak memberikan kehangatan sepenuhnya kepada Hye Jin karena tubuhnya juga basah Kuyup, tapi setidaknya ini jauh lebih baik daripada harus membiarkan dia mengigil kedinginan. Kibum mengeratkan pelukannya. Wajah Hye Jin menggambarkan keterkejutan yang luar biasa, dia tidak menyangka Kibum akan melakukan hal ini. Hye Jin berpikir kalau Kibum pasti akan membiarkannya menggigil kedinginan, namun pikiran itu salah total. Kibum memberikan kehangatan yang luar biasa untuknya, bukan hanya tubuhnya yang terasa hangat tapi hatinya malah terasa lebih hangat. Gemericik air terdengar jelas di antara mereka. Di antara dekapan Kibum dia bisa mendengar jelas suara detak jantungnya, benar-benar sangat cepat. Hye Jin sampai malu sendiri mendengar detak jantungnya. Bau wangi daun minta tercium jelas di hidungnya. Ternyata bau mint itu berasal dari wangi tubuh Kibum. Hye Jin benar-benar terasa sangat nyaman. Diapun sesekali mencuri pandang ke wajah Kibum yang lebih tinggi daripada dirinya.
“Apa kau merasa hangat?”. Tanya Kibum malu
“I…iya sudah hangat”. Jawab Hye Jin terbata-bata. Kibum merasakan getaran di celananya. Tangannya dengan lincah dan cepat merogoh ponselnya. Dengan posisi yang sama dan dalam keadaan tangan kiri memeluk Hye Jin dia menerima telfon dari nenek.
“Yoboseyo, nenek ada apa??---Oh, sekarang aku dan Hye Jin sedang berteduh—baiklah kalau hujannya reda kami pulang”.
“Dari nenek ya?? “ Kibum hanya mengangguk dan mereka kembali terdiam di dalam kesunyian.
********
Nenek Kibum terlihat mondar-mandir di ruang tamu sambil meremas-remas kedua tangannya. Dia sangat khawatir dengan cucu beserta cucu menantunya yang sudah hampir sekitar satu jam ini belum pulang di tambah lagi dengan hujan lebat beserta petir. Nenek berjalan menuju jendela sambil membuka kelambunya, Hujan sudah reda tapi mereka belum datang juga. Beliau kembali mondar-mandir tidak jelas di ruang tamu, Nenek merasa sangat bersalah telah menyuruh cucu dan cucu menantunya pergi membelikan Jajangmun di saat cuaca buruk seperti ini. Kalau terjadi apa-apa dengan keduanya Nenek tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. Ting..tong…terdengar bel rumah berbunyi, sesegera mungkin nenek membuka pintu. Terlihat Hye Jin dan Kibum yang basah kuyup karena hujan, Kibum memberikan jaketnya untuk istrinya sedangkan dia hanya memakai kaos saja, sebenarnya dia juga kedinginan tapi lebih baik dia yang kedinginan daripada istrinya.
“Omo, Hye Jin, Kibum kenapa kalian bisa basah kuyup seperti ini?”. Tanya nenek panik.
“ Tentu saja, kami kehujanan nek”. Jawab Kibum
Kibum merangkul Hye Jin yang masih menggigil dan berjalan menuju sofa. Nenek bergegas menuju ke kamar Hye Jin mengambil handuk kemudian kembali lagi ke ruang tamu untuk memberikannya pada cucu menantunya. Kibum dengan cepat menyambar handuk dari tangan neneknya dan membalutkan ke tubuh Hye Jin. Nenek benar-benar merasa khawatir dengan keadaan istri cucunya, dengan pengalaman menjalani hidup yang cukup lama nenek tahu apa yang harus dia lakukan ketika melihat orang yang mengigil kedinginan. Beliau kembali kedalam menuju dapur untuk membuatkan teh hangat untuk cucu menantunya. Setelah selesai membuatkan Teh nenek menyuruh Hye Jin untuk segera meminumnya.
“Hye Jin, minumlah biar tubuhmu terasa hangat”. Perintah nenek.
Kibum mengambil Teh itu dari meja dan meminumkannya pada Hye Jin. Hye Jin nurut aja, sedangkan nenek tersenyum kecil melihat ulah mereka berdua. Senyum itu merupakan senyum kebahagiaan karena nenek bisa melihat kekhawatiran Kibum yang teramat sangat kepada Hye Jin. Belum pernah nenek melihat Kibum sekhawatir ini sebelumnya terhadap seorang gadis. Nenek sudah berpikir kalau suatu saat perasaan suka itu akan ada di antara mereka berdua.
“Bagaimana apa sudah tidak kedinginan?”. Tanya Kibum.
“Iya, aku sudah tidak kedinginan lagi. Nenek maaf kami baru pulang pasti nenek sudah lapar sekali. Maafkan kami Nek”. Hye Jin mengambil bingkisan Jajangmun dan memberikannya pada nenek.

“Aigoo, sudahlah yang penting kau tidak kedinginan lagi. Lebih baik sekarang kau ganti baju” Nenek memberikan piama pemberiannya kepada Hye Jin “Jangan lupa pakai ini. Untuk Kibum nenek perlu bicara denganmu”. Ujar Nenek.
Hye Jin mengambil piama itu sedikit ragu dan kemudian pergi, sedangkan Kibum yang awalnya berdiri terpaksa kembali duduk karena nenek ada perlu dengannya. Nenek melihat kearah cucunya dengan pandangan tajam namun sesaat kemudian dia tersnyum menggoda dan jahil terhadap cucunya. Firasatnya mendadak tidak enak setelah melihat senyum nenek yang seperti ini.
“Nenek, ada perlu apa denganku?”. ucapnya
“Kibum, kau menyukai Hye Jin ya?”. Tanya nenek tiba-tiba.
Kibum terperanjat mendengar pertanyaan nenek. Dia bingung harus menjawab apa. “Ti..Tidak, aku tidak menyukainya”. Jawabnya bohong.
“Jangan berbohong pada nenek. Aku bisa mengatakan seperti itu karena terlihat sekali kau tadi sangat mengkhawatirkan Hye Jin”. Nenek kembali tersenyum jahil pada cucunya. Kibum risih dengan pandangan dan senyuman nenek yang di tujukan padanya.
“Ah, aku tidak mau membahasnya aku mau mandi”. Kibum beranjak pergi.
“Eits, Kau lupa membawa sesuatu”. Nenek mengambil piama Kibum dan memberikannya. Kibum menyaut piama itu dengan sedikit gusar. Sepeninggal Kibum nenek tersenyum bahagia sambil menggelengkan kepalanya.
Setelah kejadian itu. Nenek, Kibum dan Hye Jin duduk melingkar di depan TV sambil bermain kartu. Kibum dan Hye Jin lengkap dengan piama couplenya. Kondisi Hye Jin sudah pulih seperti semula Cuma dia agak pusing dan sedikit flu. Kibum kalah terus dalam permainan ini sehingga dia orang yang dapat banyak sekali hukuman. Selain bermain kartu mereka bercanda gurau bersama dan berbicara tentang sekolah mereka. Setelah permainan kartu selesai Nenek beranjak tidur. Nenek menempati kamar Kamar Kibum. Awalnya nenek curiga karena banyak beberapa barang Kibum disni, tapi untung Kibum bisa membuat alasan yang masuk akal sehingga tidak membuat nenek curiga. Dengan adanya nenek di kamar Kibum tentu dan pasti Kibum tidur dengan Hye Jin. Hye Jin sudah merebahkan tubuhnya di kasur. Dia mendengar jelas suara langkah kaki seseorang yang datang mendekat siapa lagi kalau bukan Kibum. Kibum dan Hye Jin sekarang memakai piama yang sama bermotif mickey mouse tapi warna Kibum biru sedangkan Hye Jin pink. Nenek memaksa mereka berdua memakai ini sekarang waktu tidur. Hye Jin nggak bisa ngerti apa yang dipikirkan oleh nenek. Kibum perlahan menuju tempat tidur, Hye Jin tidur miring membelakangi Kibum. Dia bisa merasakan Kibum yang sudah merebahkan tubuhnya sekarang. Deg…Deg.. lagi-lagi detakan jantungnya tidak beraturan. Hye Jin mengigit bibir bawahnya karena gelisah, apalgi mengingat kejadian dimana Kibum memeluknya erat dirinya yang kedinginan. Benar-benar terasa canggung dan tidak nyaman buat Hye Jin.
“Ya!! Kibum bisakah kau tidur di lantai??” ujar Hye Jin dengan possisi miring membelelakngi kibum.
“Apa??Tidur dilantai? Kau itu gadis yang tidak punya perasaan, dengan cuaca sedingin ini kau menyuruhku tidur di lantai. Kau lupa tadi aku menyelamatkan hidupmu. Aku tidak mau, dasar gadis tak tahu berterimakasih”.
Mendengar ucapan Kibum itu membuat kupingnya panas dan membuat dirinya terbakar amarah. Hye Jin benar-benar tidak habis pikir dengan perubahan sifat Kibum yang drastis padanya.
“ Ini kamarku jadi aku punyak hak untuk menyuruhmu tidak tidur diranjangku!!!”. Jawabnya ketus. Sekarang Hye Jin dengan posisi duduk melihat Kibum yang masih terlentang.
“Aku tidak mau titik!!!” Bantah Kibum yang sekarang ikutan duduk sambil memeluk guling.
“Kalau begitu berikan gulingnya”. Hye Jin mengambil guling dengan kasar dan menaruhnya di tengah-tengah kasur sebagai pembatas. “Ini guling sebagai pembatas, jadi jangan sampai kau melewati batas mengerti”. Kata Hye Jin ketus.
“Ya!!! Kau itu benar-benar?? Aku tidak akan berbuat macam-macam denganmu. Aku sama sekali tidak tertarik denganmu mengerti!!!”. Kibum tidur memiringkan tubuhnya sambil terus mengumpat karena kekesalannya pada Hye Jin. Dia bukanlah pria seperti itu.

==TBC ==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar