Kamis, 07 Juli 2011

FF/Early Marriage part 15


Tittle : “Early Marriage (repackaged)"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length          : Chapter
Genre           : Friendship, romance

==Part sebelumnya==
Hye Jin melihat perempuan dengan pandangan heran karena dia tidak pernah bertemu dengan perempuan ini sebelumnya. Terlihat perempuan setengah baya itu tersenyum ramah padanya alhasil mau tidak mau Hye Jin membalas senyuman wanita yang tidak dikenalnya itu.
============
Susana kantin sangatlah sepi hanya ada Hye Jin dan wanita itu karena memang sekarang bukan jam istirahat. Terlihat mereka berdua duduk berhadapan dengan pembatas meja yang terdapat dua cangkir diatasnya.  Suasana diantara keduanya terlihat sangat canggung, benar-benar canggung. Kedatangan wanita ini membuat perasaan Hye Jin sedikit merasa aka nada masalah.Wanita itu menyeruput teh yang dia pesan dengan hati-hati. Hye Jin hanya bisa memandang wanita itu dengan banyak pertanyaan di otaknya. Siapa wanita ini? Lalu ada perlu apa wanita ini dengannya?. Hye Jin menunggu tanda-tanda wanita itu berbicara, sekarang wanita yang di depannya lagi-lagi tersenyum padanya.
“Kau yang bernama Kim Hye Jin?”. tanyanya ramah
“Iya bibi aku bernama Kim Hye Jin”.

“Kau satu kelas dengan Hyu Ra kan, aku adalah ibunya Hyu Ra kau pasti bingung untuk apa aku mencarimu?”. Ujarnya memandang Hye Jin serius tapi tersirat juga kesedihan dimatanya.
“Oh, Ibu Hyu Ra senang bertemu dengan anda. Iya aku penasaran kenapa bibi mencariku? Lalu Hyu Ra sendiri kenapa tidak masuk sekolah?”. Tanya Hye Jin ingin tahu.
“Baiklah, sepertinya aku tidak perlu panjang lebar menjelaskan semuanya. Hye Jin kau pasti tahu kalau hubungan Hyu Ra dan Kibum semenjak dulu adalah sepasang kekasih selama bertahun-tahun. Tentu saja Hyu Ra sangat mencintai Kibum dan tidak melupakan Kibum semudah itu. Hyu Ra pindah kesini demi Kibum, Untuk Kibum tapi tak di duga setibanya ke Seoul dia mendapat kabar yang begitu mengejutkan. Aku benar-benar kasihan pada putriku, karena Kabar itu membuat penyakit ganas di tubuhnya menjadi semakin parah.”. Ibu Hyu Ra diam sesaat.
Mendengar ibu Hyu Ra berbicara seperti itu langsung membuat raut wajah Hye Jin berubah murung “Kalau boleh tahu kabar apa? Hyu Ra sakit apa?”. Tanya Hye Jin ragu. Hye Jin merasa kalau ini adalah ada sangku pautnya dengan pernikahan dia dan Kibum.
 “Kabar bahwa Kibum menikah denganmu. Hye Jin-ah tolong bantulah Hyu Ra untuk meraih kebahagiaannya. Putriku terserang Kanker otak, sekarang dia terbaring lemah di rumah sakit. Dokter memfonis hidup Hyu Ra hanya beberapa tahun lagi. Aku mohon bantulah aku untuk membahagiakan Hyu Ra di sisa Hidupnya!!”. Ibu Hyu Ra menangis dengan mengenggam tangan Hye Jin erat-erat. Melihat ibu Hyu Ra menangis seperti itu membuat hatinya sakit tidak tega untuk tidak membantunya . Tiba-tiba saja dia teringat pada ibunya.  
“Apa yang bisa aku lakukan untuk kebahagiaan Hyu Ra bibi?”. Tanya Hye Jin.
“Berbagilah Kibum dengan Hyu Ra”. Ucap bibi itu tegas, sontak membuat Hye Jin melepaskan genggaman tangannya dari ibu Hyu Ra.
Berbagi Kibum dengan Hyu Ra. Hye Jin mencerna semua perkataan ibu Hyu Ra. Benarkah harus seperti itu berbagi suaminya dengan gadis lain dan juga demi kebahagiaan orang lain tanpa mempedulikan kebahagiaannya sendiri. Jujur dia tidak sanggup kalau harus menyerahkan suaminya kepada orang lain, karena saat ini dia sangat mencintai Kibum, benar-benar mencintai Kibum. Dalam hati Hye Jin marah kepada Tuhan, kenapa?kenapa harus ada masalah seperti ini di saat dia dan Kibum bahagia. Apakah Tuhan ingin memisahkan mereka berdua? Atau Tuhan ingin menguji cinta mereka? Apapun maksud Tuhan itu benar-benar membuat Hye Jin sakit dan tidak sanggup untuk melakukannya. Apakah kata berbagi itu selain membiarkan suaminya selalu ada untuk Hyu Ra tapi juga menikah dengan Hyu Ra. Tidak itu semua tidak mungkin. Hye Jin tidak mau semuanya seperti ini. Suaminya itu bukan barang yang bisa bebagi dengan orang lain. Hye Jin terus diam tidak mengatakan apa-apa wajahnya terlihat shock, pandangannya kosong. Tanpa di duga Ibu Hyu Ra berlutut di depan Hye Jin.
“Aku mohon Hye Jin, hanya Kibum satu-satunya yang membuat Hyu Ra semangat dalam menjalani hidup, menjalani pengobatan. Aku benar-benar mohon padamu, kasihani putriku. Aku tidak menuntut Kibum menikahinya tapi tolong biarkan Kibum menghabiskan waktunya untuk Hyu Ra”. Ucap bibi itu menangis. Hye Jin langsung merangkul ibu Hyu Ra untuk berdiri. Amat sangat tidak pantas dia disembah seperti ini karena dia bukan Tuhan. Kalau hanya sekedar untuk menghabiskan waktu dan menemani Hyu Ra selama perawatan itu sama sekali tidak apa-apa baginya.
“Bibi jangan seperti ini, berdirilah. Aku menyetujuinya, tidak apa-apa kalau Kibum hanya menemani Hyu Ra selama perawatan. Jangan menangis lagi bibi”. Hye Jin mengusap air mata di pipi ibu Hyu Ra. Dia tahu resiko apa yang harus dia tanggung, suatu saat Kibum akan mengabaikannya bahkan akan melupakannya dia juga tahu kalau dia pasti akan sakit hati dengan semuanya walaupun itu adalah keputusannya, namun demi kebahagiaan orang itu sangatlah mulia.
“Terima kasih banyak Hye Jin, kau memang gadis yang baik. Tolong Jenguklah Hyu Ra dan ajaklah Kibum. Aku bertemu denganmu hanya untuk membicarakan ini. sekali lagi terima kasih”. Ucap ibu Hyu Ra. Hye Jin hanya tersenyum tipis dan terkesan sangat di paksakan.
“Hye Jin-ah ternyata kau disini. Aku tadi mencarimu di ruang guru”. Kibum berbicara dengan nafas yang terengah-engah. Dia melihat sosok wanita tua di depan istrinya sontak membuat dia heran dan kaget. “Bibi, sedang apa disini?”. Ibu Hyu Ra tersenyum dan mengusap air matanya. Melihat hal seperti itu membuat Kibum penasaran. “Bibi kenapa kau menangis?”.
“Hyu Ra sakit Kibum, aku kesini mengantarkan surat ijin dari dokter. Tolong Jenguklah Hyu Ra”.
“Memangnya Hyu Ra sakit apa?”.
“Jangan bahas hal itu sekarang. Aku akan menceritakan semuanya dirumah sakit. Aku pergi dulu, kasihan Hyu Ra sendirian di rumah sakit. Aku menanti kehadiranmu Kibum”.
Ibu Hyu Ra pun pergi meninggalkan mereka berdua. Hye Jin masih diam mematung memikirkan semua perkataan ibu Hyu Ra padanya. Berbagi Kibum? Benarkah harus seperti itu. Kibum menatap istrinya yang menatap kea rah ibu Hyu Ra pergi dengan pandangan kosong. Kibum menggerak-nggerakkan tangan di depan wajah Hye Jin tapi dia tidak meresponnya  sama sekali.
“Hye Jin…Hye Jin!!”. Kibum sedikit mengeraskan suaranya. Mendengar suara tenor meneriakan namanya membuat dia tersentak kaget dan langsung melihat kearah suaminya. “Kenapa? Kau melamun ya?’.
“Ahh, Tidak. Ayo kita kembali sekelas”. Ucap Hye Jin.
Tanpa rasa canggung lagi Kibum langsung menggandeng tangannya dan kembali ke kelas. Hye Jin bisa merasakan kehangatan kulit Kibum. Sentuhan Kibum di tubuhnya selalu membuat pikiran beserta hatinya sedikit tenang kalau dia menghadapi masalah. Hye Jin mengenggam erat tangan suaminya sangat erat, sehingga membuat Kibum melihat kearahnya, Hye Jin hanya membalasnya dengan senyuman manis.  Hye Jin tidak ingin genggaman tangan ini terlepas, dia tidak ingin berpisah dengan Kibum apapun yang terjadi. Dia harus bersama Kibum selamanya itu adalah janji yang dia tuliskan di “Gembok Impian” saat berkunjung di Menara Namsan. Jadi dalam keadaan apapu dan kondisi apapun dirinya. Dia harus selalu bersama suaminya. Hye Jin tahu ini adalah keputusan sulit, berbagi suami dengan gadis lain.  Walaupun itu hanya sebatas menemani Hyu Ra selama perawatan, tentu saja itu membuat hati Hye Jin terasa saki apa lagi Hyu Ra itu adalah mantan kekasih Kibum. Jujur Hye Jin takut benih-benih cinta diantara mereka tumbuh kembali dan dia yang terabaikan. Hye Jin hanya berdoa semoga pikiran-pikiran buruk di otaknya tidak akan pernah terjadi. Hye Jin yakin Kibum saat ini hanya mencintainya.
“Hye Jin-ah apa nanti malam kau mau menemani menjenguk Hyu Ra”.
“Tentu saja aku mau”. Jawab Hye Jin singkat. Walaupun ada beban berat yang di rasakan sekarang.
**********
Malam harinya seperti rencana Kibum sebelumnya dia pergi menjenguk Hyu Ra tentunya tidak sendirian namun dengan istrinya. Kibum sedikit bingung dengan tingkah Hye Jin yang jadi pendiam dan lebih banyak melamun semenjak pulanng sekolah tadi,  bukan lebih tepatnya semenjak bertemu dengan ibu Hyu Ra. Seketika itu juga Kibum merasa bodoh bagaimana bisa mereka bertemu, apa mereka sebelumnya saling kenal?, Ingin sekali dia bertanya pada Hye Jin tapi dia selalu mengurungkan niatnya karena keadaan psikologinya tidak menentu dan berubah. Selama di dalam bus seperti sekarang, Hye Jin tidak mengajaknya berbicara sama sekali malah dia asyik melihat pemandangan kota di jendela kaca bis. Kibum benar-benar bingung dan sempat berpikir apakah dia membuat kesalahan selama sehari ini? tapi seingat dirinya tidak. Apa Hye Jin marah karena perbuatan mereka kemarin malam yang melewaati batas? Tapi itu wajar bagi suami istri lagipula tadi pagi Istrinya senyum-senyum dan malu terhadapnya tidak ada tanda marah sedikitpun. Waktupun terus berputar sampai saatnya bus yang mereka naiki berhenti di Halte yang dekat dengan Seoul Hospital. Lagi-lagi selama di jalan Kibum menggandeng tangan istrinya, dia benar-benar tidak mau berpisah dengannya karena dia sangat mencintainya.
“Hye Jin, apa kau ada masalah?. Kenapa kau dari tadi tidak mengajakku bicara? Apa aku sudah berbuat salah padamu?”. Mereka berdua berhenti, Kibum menghadap Hye Jin dengan muka cemberut. Melihat wajah suaminya yang melas seperti itu membuatnya tertawa.
“Ahahaha, kenapa wajahmu seperti itu? Kau tidak melakukan kesalahan. Aku hanya tidak ingin bicara saja. Bosan bicara terus hehehe”.
“Apa? bosan bicara terus? Maksudnya?”. Kibum mengerjapkan matanya. Hye Jin semakin gregetan melihat tingkah suaminya yang sok imut. Tanpa basa-basi Hye Jin mencium pipi kanan Kibum dan melesat berjalan kedepan meninggalkannya. Hye Jin tahu seharusnya dia tidak seperti itu kepada suaminya. Kasihan dari tadi Kibum selalu berpikir apakah dia melakukan kesalahan. Kibum tersenyum kecil sambil memegangi pipi kanannya. “Ya!! Istriku tunggu aku…!!”.
“Kejar aku kalau bisa ahahahaha”.
“Tentu saja aku akan mengerjamu hehehe”.
Kibum tidak ada cara lain kalau tidak mengejar istrinya. Sejauh kau melangkah dan berlari aku akan terus berusaha untuk mengejarmu Kim Hye Jin.  Karena kau adalah tumpuan hidupku mulai sekarang. Jangan sekali-kali kau pergi dariku karena aku pasti bisa menemukanmu. Batin Kibum.
******
Mereka berdua berdiri di sebuah kamar pasien yang bernomor 808. Kibum membawakan bunga mawar untuk Hyu Ra, sedangkan Hye Jin membawakan bubur yang sudah dia siapkan dari rumah sebagai oleh-oleh untuk Hyu Ra.  Kibum mengetuk pintu kamar pasien 808, di saat yang bersamaan Hye Jin menghembuskan nafas panjang, seolah dia menenangkan diri dan mempersiapkan batin dan mentalnya untuk menghadapi semuanya. Selang beberapa detik Kibum mengetuk, pintu itu terbuka. Ibu Hyu Ra tersenyum ramah pada mereka berdua. Tentunya Hyu Ra terlihat bahagia melihat kedatangan Kibum. Dibalik punggung Kibum, Hye Jin bisa melihat jelas wajah Hyu Ra yang pucat tersenyum senang. Perlahan Hye Jin melangkahkan kakinya ke depan, sehingga sekarang Hyu Ra bisa melihatnya dengan jelas. Raut wajah yang tadinya bahagia mendadak berubah walaupun dia masih tersenyum. Hye Jin sudah tahu kalau hal seperti ini akan terjadi tapi buatnya hal seperti itu hanya untuk menguji kesabarannya aja. Kehadirannya disini memang hal yang tidak di inginkan Hyu Ra.  Mereka berdua berjalan masuk, Kibum mendekati Hyu Ra sedangkan Hye Jin meletakkan. Bubur buatannya di meja.
“Hyu Ra kau sakit apa?”. Tanya Kibum panik.
“Tidak apa-apa oppa, ngomong-ngomong apa bunga mawar itu untukku?, Tanya Hyu Ra menunjuk bunga mawar merah yang dibawa Kibum.
“Oh, iya ini untukmu”. Kibum memberikan bunga mawar itu pada Hyu Ra. “Sebenarnya kau sakit apa Hyu Ra, kenapa wajahmu segini pucatnya?”.
“Sudah aku bilang aku tidak apa-apa oppa”. Jawab Hyu Ra tersenyum.
“Apa kau sudah makan?”. Hyu ra menggeleng manja “Hye Jin sudah memasakan bubur untukmu makan ya!”. Perintah Kibum lembut.
Hye Jin hanya diam dan duduk di kursi panjang dekat ranjang berasama Ibu Hyu Ra. Hye Jin berusaha untuk tidak sakit hati atau cemburu dengan apa yang dia lihat sekarang. Apapun yang di lakukan Kibum pada Hyu Ra adalah murni karena mereka berteman dan dalam bentuk kemanusiaan. Kau harus percaya dengan perasaan suamimu Hye Jin. batinnya dalam hati.
“Baiklah aku makan tapi oppa yang menyuapiku ya”.  Hyu Ra benar-benar sangat manja hari ini.
 “Apa??”, Kibum kaget, matanya melirik kearah Hye Jin, lirikan itu menggambarkan suatu permintaan  konfirmasi pada Hye Jin apakah dia boleh melakukannya atau tidak. Hye Jin hanya tersenyum dan dari situ Kibum bisa menyimpulkan kalau Hye Jin tidak keberatan. “Baiklah kalau begitu aku akan menyuapimu”. Tanpa di suruh Hye Jin membuka bubur yang sudah dia siapkan di meja dan memberikannya pada Kibum.
“Hye Jin, terima kasih kau sudah membuatkanku bubur”. Katanya datar tanpa senyuman. Hye Jin tidak membalas sapaan Hyu Ra sedikitpun.
Kibum menyuapi Hyu Ra dengan pelan takut kalau gadis yang didepannya itu tersedak. Hye Jin berusaha untuk melihat sikap mereka sebagai teman biasa tapi lagi-lagi dia tidak bisa. Rasa cemburu itu sudah tidak bisa di bendung lagi. Tapi kalau sudah begini apa yang bisa dia lakukan? Tidak ada, apa dia harus menyeret Kibum keluar dan pulang bersamanya. Kalau dia melakukan hal itu berarti dia orang terkejam di dunia. Hye Jin ingin sekali keluar dari ruangan ini tapi dia tidak enak dengan Ibu Hyu Ra yang dari tadi menemaninya. Hal yang terjadi di depannya benar-benar memuakan, dia yang sebagai istri Kibum tidak pernah merasakan bagaimana di suapi oleh suaminya, tapi kenapa orang lain bisa meminta hal itu pada suaminya dengan mudah . Hye Jin terus memandang tingkah Kibum dan Hyu Ra. Tanpa di duga Hyu Ra tiba-tiba mencium pipi kanan Kibum yang tadi di cium olehnya. Hati Hye Jin terhenyak dan benar-benar sakit. Apa dia harus menahan sakit ini lagi? Cemburu ini lagi? Sepertinya dia sudah tidak bisa. Bukan hanya Hye Jin tapi Kibum juga kaget karena perbuatan Hyu Ra. Kibum melihat Hye Jin yang sudah berdiri dan memandang mereka berdua dengan tatapan tak bersahabat.
“Maaf, sepertinya aku harus pulang. Ada urusan penting yang harus kerjakan. Maafkan aku”.
 “Hye Jin apa perlu aku antar?”. Tawar Ibu Hyu Ra. Hye Jin menggeleng sambil tersenyum lalu pergi keluar. Kibum meletakan mangkok buburnya untuk mengejar Hye Jin tapi Hyu Ra mencegah dengan memegang pergelangan tangannya. Alhasil Kibum tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa Hye Jin tidak menyuruhnya pulang kalau memang dia tidak suka melihat ini semua? Kenapa dia meninggalkannya disini?.
“Jangan pergi Oppa, aku mohon temani aku”. Ucap Hyu Ra.
Kibum bingung mana yang dia harus lakukan mengejar Hye Jin atau terus menemani Hyu Ra yang kondisinya lemah seperti ini. Akhirnya Kibum memilih untuk tetap ada dirumah sakit dia yakin Hye Jin akan mengerti semuanya Kibum berharap Hye Jin tidak marah padanya.
*******
            Sudah dua jam lebih Kibum berada di rumah sakit menjaga Hyu Ra sedangkan ibu Hyu Ra sedang keluar bentar untuk menebus obat. Sekarang Hyu Ra sudah tertidur sambil terus memegangi tangannya. Tiap Kibum berusaha melepaskan genggaman tangannya, Hyu Ra kembali memega tangan Kibum lebih erat.  dari situ Kibum tahu kalau Hyu Ra tidurnya belum pulas. Kibum benar-benar tidak tahu apa sebenarnya penyakit yang Hyu Ra derita, yang jelas gadis cantik di depannya sekarang terlihat sangat pucat dan sedikit lemas. Kibum merogoh ponsel di celananya, disitu dia menekan nomer “Hye Jin” tapi telfonnya sama sekali tidak diangkat. Kibum benar-benar merasa bersalah pada istrinya karena membiarkan dia pergi begitu saja tapi dia juga tidak tega untuk tidak mengabulkan permintaan Hyu Ra yang terbaring lemah seperti ini. Perlahan Kibum merasakan genggaman Hyu Ra melemah, secara perlahan dia menarik tangannya dari Hyu Ra kemudian menyelimutinya. Kibum melihat lagi kea rah Hyu Ra, dia merasa sangat kasihan dan juga perasaan bersalah, dia tahu kalau Hyu Ra sampai detik ini masih sangat mencintainya dia bisa merasakan hal itu, namun sayang perasaan cinta Kibum pada Hyu Ra sudah bukan untuknya tapi istrinya. Kibum merasa pria terjahat yang pernah ada tapi apa dia salah kalau mulai mencintai orang lain yang selalu ada disisinya. Pintu kamar terbuka Ibu Hyu Ra masuk dengan membawa satu plastic besar yang berisi minuman, makanan ringan dan obat.
            “Apa Hyu Ra sudah tidur pulas?”.
            “Sepertinya begitu bibi”. Jawab Kibum. Ibu Hyu Ra berjalan kearah Kibum, memberikan minuman soda berkaleng padanya dan beliau kembali duduk dikursi panjang.
            “Kibum-ah aku ingin mengatakan sesuatu padamu?”Kibum tidak menjawab dia hanya memandang lurus kearah ibu Hyu Ra “Sebenarnya Hyu Ra terserang penyakit yang sangat ganas, penyakit yang belum ada obatnya. Dokter mengatakan kalau dia mengidap penyakit kanker otak….”.
            “Kanker otak!!!”. Tanyanya. Mata Kibum terbelalak, Leukimia???Benarkah Hyu Ra mengidap penyakit yang memtikan itu.
            “Iya kanker otak. Sejak dia tahu penyakit yang di deritanya dia berubah menjadi gadis yang pendiam apa lagi hal itu terjadi setelah satu minggu kau pindah ke Seoul. Dokter memvonis hidupnya hanya bisa bertahan satu tahun. Kau tahu hanya satu yang dia inginkan dalam menjalani sisa hidupnya, hanya kamu Kibum, hanya kamu yang dia inginkan maka dari itu dia memutuskan untuk pindah ke Seoul. Hyu Ra mencari banyak informasi tentang kamu akhirnya dia bisa menemukan alamat sekolahmu yang baru. Hyu Ra berniat untuk membenahi hubungan kalian yang sempat kandas karena terpisahkan oleh jarak. Tapi tak disangka baru sekitar beberapa bulan di Seoul. Dia mendapat kabar kalau kau sudah menikah dengan gadis lain. Kau tidak tahu betapa sakit dan terpuruknya dia Kibum-ssi.”. Ibu Hyu Ra meneteskan mata ketika menceritakan keadaan putrinya sebenarnya, dia benar-benar sudah tidak bisa menahan tangisannya. “Kibum-ssi aku mohon bahagiakan Hyu Ra mulai sekarang. Temanilah dia, selalulah ada di sampingnya. Aku mohon!!” rengek Ibu Hyu Ra.
“Tapi dengan cara apa aku bisa membahagiakan Hyu Ra bibi?”.
“Berikanlah seluruh waktumu untuk Hyu Ra, berikanlah perhatianmu hanya untuk Hyu Ra. Aku mohon Kibum-ssi hanya itu yang aku inginkan darimu”.
Kibum diam. Dirinya berpikir, sebenarnya dia tidak keberatan menemani Hyu Ra Selama masa perawatan apalagi dia tahu Hyu Ra mengidap penyakit yang ganas seperti ini, tapi apakah dia harus setiap hari bersama Hyu Ra lalu bagaimana dengan istrinya, apa Hye Jin tidak mempermasalahkan itu? Apa Hye Jin rela kalau mulai sekarang dia akan lebih memperhatikan Hyu Ra? Kibum berharap istrinya mengerti niat baiknya untuk orang lain, walaupun begitu Kibum harus bisa membagi waktu antara Hye Jin dan Hyu Ra. Memang apa salahnya menyenangkan orang yang sakit? Batin Kibum.
“Baik bibi. Aku mengerti mulai sekarang aku akan selalu ada di samping Hyu Ra”.
“Terima kasih Kibum, aku sangat berterimakasih padamu”.
********
Di sebuah rumah minimalis terlihat Hye Jin duduk sendiri di meja makan sambil sesekali menyeruput teh buatannya. Di malam yang sunyi dan dingin ini Hye Jin banyak memikirkan sesuatu khususnya tentang suaminya. Dia yakin Ibu Hyu Ra berbicara seperti itu tidak hanya padanya tapi dia juga pasti akan berbicara hal yang sama dengan Kibum. Baru beberapa jam lalu dia membiarkan Kibum perhatian dan dekat dengan Hyu Ra namun sudah terasa sakit sekali. Apa lagi kalau kedepannya , dia tidak bisa membayangkan berapa banyak goresan luka dihati yang harus diterimannya.  Hye Jin yakin tidak hanya dirinya yang sakit hati melihat suami sendiri menghabiskan waktu untuk gadis lain apalagi memberi perhatian pada gadis lain, istri mana yang tidak sakit hati. Tapi kalau dia tidak mengabulkan permintaan ibu Hyu Ra dia adalah gadis yang jahat di dunia, Ibu Hyu Ra hanya menginginkan anaknya kembali bahagia dan kembali semangat lewat perantara Kibum. Hye Jin menghembuskan nafas panjang, dia bertekad untuk menerima apapun yang akan terjadi nanti. Kim Hye Jin Semangat, batinnya.
“Aku pulang!!”. Seru seseorang yang memiliki suara tenor yang khas. Pria itu langsung berjalan masuk. Matanya melihat Hye Jin yang duduk sendirian sambil meminum secangkir teh di tangannya. “Kau belum tidur?”. Sekarang pria itu duduk tepat di depan Hye Jin.
“Belum, aku masih belum mengantuk”. Jawabnya singkat dengan tampang cemberut.
“Hye Jin, kau marah ya?”. Tanya Kibum pelan, namun Hye Jin hanya menggeleng dengan tampang yang super duber cemberut. “Jangan bohong. Aku tahu kalau kau sebenarnya marah padaku. Kenapa? Apa gara-gara Hyu Ra mencium pipiku?”. Tanya Kibum
“Tidak untuk apa aku marah karena hal itu”.
“Aaaaahh…jangan berbohong padaku”. Kibum mengedipkan matanya dan mengangkat alisnya sambil tersenyum jahil, hal ini membuat hati Hye Jin yang tadi uring-uringan luluh kembali.
“Iya, tentu saja aku marah.Istri mana yang tidak cemburu melihat suaminya di cium oleh gadis lain tepat di depan mata”. Hye Jin bicara dengan sangat menggebu-nggebu.
“Maafkan aku, tapi kau tahu sendiri kalau bukan aku yang melakukannya”. Hye Jin diam tidak menanggapi omongan suaminya, apapun alasannya bagi Hye Jin itu tetap saja membuat dirinya sakit hati. “Hye Jin-ah tadi ibu Hyu Ra bicara denganku, beliau memintaku untuk…”.
“Aku sudah tahu, dia memintamu untuk selalu ada disamping Hyu Ra, menghabiskan waktu untuknya dan memberikan seluruh perhatianmu untuk Hyu Ra benarkan?”. Ujar Hye Jin sedikit emosi.
“Dari mana kau tahu?”. Tanya Kibum penasaran.
“Karena tadi pagi dia juga berbicara sepeerti itu padaku. Dia meminta ijinku tentang hal itu dan berbagi dirimu dengan Hyu Ra”.
Kibum sedikit lega karena Hye Jin sudah tahu sebelumnya walaupun dia sebenarnya tidak suka Hye Jin dengan mudah menyetujui hal tersebut. Dia malah berharap Hye Jin menolak hal itu mentah-mentah.  sekarang niat baiknya bisa dilakukan dengan lancar tanpa hambatan, dan lagi-lagi Kibum berharap Hye Jin mengerti dengan maksud baiknya. Kibum tersenyum lega, dia menarik bingkisan berwarna putih di depannya. Dia sengaja membelikan makan malam untuk istrinya, karena dia tahu Hye Jin pasti belum makan malam.
“Kau belum makan kan?”. Hye Jin mengangguk pelan. Kibum membuka bingkisan itu, tangannya mengambil satu sendok nasi beserta lauknya dan mendekatkan sendokn itu di depan Hye Jin. Hye Jin memandangnya heran. “Ayo buka mulutmu bukannya kau belum makan. ayo buka mulut aaaa….”
Hye Jin membuka mulutnya ragu, tapi akhirnya dia melahap makanan itu. Keirian dia pada Hyu Ra yang disuapi suaminya terbayar sudah, sekarang dia juga merasakan bagaimana nikmatnya makan di suapi oleh suaminya. Rasa kesal, amarah, sekarang sudah menghilang karena perlakuan Kibum yang hangat terhadapnya. Dia benar-benar sangat mencintai suaminya sepenuh hati, tidak masalah kalau berapa banyak waktu yang akan di habiskan suaminya bersama Hyu Ra yang jelas jangan sampai suaminya itu mengabaikan atau bahkan melupakan dirinya.  
*********
            Setelah usai makan malam Hye Jin dan Kibum segera tidur dan tentunya mereka berdua  menggunakan piama couple yang diberikan nenek untuk mereka. Bukannya segera berbaring tapi Hye Jin malah  duduk di pinggiran kasur sambil memandang peralatan bayi yang diberikan nenek untuk mereka berdua. Sekarang Kibum dan Hye Jin tidur satu ranjang karena sudah tidak ada jarak antara mereka berdua. Senyum tipis tersirat di bibir Hye Jin saat matanya memandang box bayi beserta perlengkapan bayinya yang penuh dengan nuansa biru dan kalau diperhatikan lagi perlengkapan bayi itu adalah perlengkapan bayi laki-laki. Itu semua nenek yang membelikan, nenek yakin kalau bayi yang Hye Jin kandung nanti adalah seorang bayi laki-laki. Hye Jin benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia dan Kibum benar-benar akan memiliki bayi. Dia terus tersenyum, Hye Jin tidak sadar dari tadi suaminya melihat kearahnya. 
             “Ya!! Hye Jin, kenapa kau senyum-senyum sendiri?”. Ucap Kibum
“Tidak, tidak apa-apa hehehe”. Muka Hye Jin memerah seketika.
             “Kau pasti membayangkan yang macam-macam ya?”. Kibum duduk di samping Hye Jin dan juga melihat perlengkapan bayi itu. “Aku baru sadar, Kenapa nenek membelikan semua perlengakapan bayi laki-laki?”. Kibum menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
             “Kata Nenek, dia yakin kalau anak kita nanti laki-laki”.
 “Benarkah”. Pekik Kibum, Hye Jin hanya mengangguk. Dengan sigap Kibum berpindah posisi, dia duduk di bawah, melihat Hye Jin dan sambil mengenggam tangan istrinya erat, sedangkan Hye Jin masih duduk santai di pinggiran tempat tidur. “Hye Jin-a apa kau sudah Hamil?”.
Pertanyaan konyol yang terlontar dari mulut Kibum membuat wajah Hye Jin semakin merah, mana ada sekali main langsung jadi kalau pun itu ada juga bisa di hitung pakai jari. Hye Jin jadi ingat janji yang Kibum tulis saat di namsan tower. Apa dia benar-benar serius dengan janjinya itu.
 “Mana mungkin aku bisa langsung hamil. Kita kan melakukan hal itu hanya sekali. Hamil itu baru bisa terjadi kalau kita melakukan hal itu berulang kali”. Kata Hye Jin spontan. Hye Jin langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Seharusnya dia tidak mengatakan hal bodoh seperti itu.
 “Benarkah seperti itu”. .Raut kebahagiaan terpancar jelas diwajah Kibum. Dia mulai mendekatkan tubuhnya ke tubuh istrinya. “Kalau begitu tunggu apa lagi”.
            “Ya! Kibum, apa yang akan kau lakukan. Pergi sana !!” teriak Hye Jin yang berusaha untuk menghindar dari tatapan maut suaminya. Tapi sayang Kibum semakin lama semakin mendekat dan menggelitik pinggang Hye Jin. “ahahaha, hentikan geli sekali, aku mohon hentikan ahahaha”.
             “Hehehe aku tidak akan melepaskanmu”. Kibum menarik selimut dan menutupi mereka berdua. Sesaat kemudian mereka di dalam selimut. Tawa mereka mereda, Kibum melihat Hye Jin dengan pandangan penuh kehangatan. Perlahan Kibum mencium bibir istrinya dengan lembut. Hye Jin tahu kalau kejadian kemarin malam akan terjadi lagi diantara mereka berdua.
*******
            Beberapa Minggu kemudian…
            Semenjak Hyu Ra menghidap penyakit tersebut dan sesuai dengan permohonan ibu Hyu Ra padanya beserta Kibum. Tentunya juga Kibum benar-benar menghabiskan waktunya dengan Hyu Ra daripada dengan istrinya.  Hye Jin awalnya memang susah ada dalam keadaan seperti itu, tapi lama-kelamaan dia sudah terbiasa tapi semakin hari rasanya semakin menyakitkan dihatinya. Ada kabar baik bagi Hyu Ra kalau mulai hari ini dia bisa masuk sekolah kembali. Penampilan fisik Hyu Ra jauh berbeda dengan penampilan fisik dia yang sebelumnya, wajahnya terlihat sangat tirus, kantung matannya berwarna hitam kecoklatan dan wajah yang pucat. Sebenarnya dia belum sembuh total tapi Hyu Ra terus memaksakan diri untuk pergi kesekolah, mau tidak mau dokter dan Ibu Hyu Ra mengabulkan permintaannya. Dan sudah seperti yang diputuskan bersama kalau Kibum akan menemani Hyu Ra selama dia masih sakit, tapi Hye Jin tidak tahu kapan perjanjian konyol itu akan berakhir. Selama disekolah tidak ada kesempatan sedikitpun bagi Hye Jin untuk menyapa suaminya, Hyu Ra itu bagaikan bodyguard bagi Kibum. Hye Jin duduk sendirian tanpa dua sahabatnya Soo Yun dan Chang Hyun yang menghilang tanpa jejak. Hyu Ra dan Kibum ada di kelas tapi asyik ngobrol di pojokan, sesekali Kibum dan Hye Jin berpandangan dan sekedar senyuman. Hye Jin yang suasana hatinya  galau tidak menyadari kalau ada seseorang yang duduk disampingnya.
            “Apa kabar Hye Jin?”. Tanya orang tersebut
            “Omo, Jun Hoon kau rupanya. Maaf aku tidak tahu”. Jawab Hye Jin.
            “Tidak apa-apa, aku ingin meminta maaf padamu karena beberapa minggu ini aku tidak menyapamu. Kau mungkin tahu alasannya kalau aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa kau sudah menikah dengan Kibum, tapi sekarang aku sadar kalau seharusnya aku tidak seperti itu. Sekali lagi maafkan aku”.
            “Tidak perlu seperti itu, kau tidak berbuat salah padaku”. Hye Jin tersenyum manis dia tidak marah sedikitpun dengan Jun Hoon, Hye Jin tahu apa yang dirasakan sahabatnya sekarang. Dengan hadirnya Jun Hoon kembali membuat suasana hatinya sedikit lega.
            “Terima kasih kau sudah mau memaafkanku”. Sejenak Jun Hoon melihat ke arah Kibum “Apa yang terjadi antara kau dan Kibum? Kenapa Kibum beberapa hari ini tidak bersamamu. Kenapa dia selalu bersama Hyu Ra? Apa terjadi sesuatu di antara kalian? Atau Kibum menduakanmu? Kalau itu benar biar aku hajar dia” Ujar Jun Hoon panjang lebar.
            “Bukan seperti itu, maaf aku tidak bisa menceritakannya padamu yang jelas ada hal yang membuat Kibum harus bersama Hyu Ra”.
            “Baiklah kalau kau tidak mau menceritakan padaku. Kalau kau ada masalah aku siap untuk menjadi tempat curhatmu dan membantumu”.
            “Hai Bro,,,”. Sapa Chang Hyun dari jauh menuju kearah Jun Hoon dan Hye Jin bersama dengan Soo Yun. Masalah antara Dirinya, Kibum dan Hyu Ra bagi sahabat Hye Jin yaitu Chang Hyun dan Soo Yun sudah mengerti apa yang terjadi dengan mereka sebenarnya jadi tidak ada kecurigaan apapun. Tapi bagi Soo Yun dia tidak suka dengan sifat Hyu Ra yang begitu manja dengan Kibum, padahal Kibum itu suami orang.
            “Nanti pulang sekolah aku ingin menraktir kalian berdua makan sepuasnya”. Kata Soo Yun tiba-tiba.
            “Benarkah itu? Memangnya kenapa kalian tiba-tiba baik seperti ini?”. Tanya Hye Jin heran.
            “Karena kami akan merayakan hari jadi kita yang sudah menginjak dua tahun”. Ucap Chang Hyun merangkul pundak Soo Yun. “Kau juga harus ikut Jun Hoon”. Jun Hoonpun mengangguk.
            “Bagaimana dengan Kibum, apa kita mengajaknya?”. Tanya Soo Yun pada Chang Hyun. Chang Hyun tidak mengatakan apa-apa namun dia langsung memanggilnya.
            “Kibum, apa kalian mau ikut dengan kami? Usai sekolah aku akan menraktir kalian”. Teriak Chang Hyun.
            “Maaf sepertinya kami tidak bisa, karena kami ada acara sendiri maaf ya Chang Hyun”. Jawab Hyu Ra, padahal yang ditanya Kibum tapi sepertinya itu hanya Hyu Ra yang memutuskan.
Chang Hyun tidak bisa apa-apa lagi, sebenarnya dia ingin mengajak Kibum, agar Kibum dan Hye Jin punya waktu untuk berbicara. Chang Hyun merasa sejak perjanjian konyol antara Hye Jin dan orang tua Hyu Ra keadaan berubah drastis, walaupun mereka tinggal satu atap tapi Hye Jin dan Kibum jarang sekali bertemu. Kibum selalu pulang di saat Hye Jin tidur bahkan terkadang Kibum menginap di Rumah Hyu Ra karena ibu Hyu Ra yang menyuruhnya. Chang Hyun sangat mengerti perasaan Hye Jin yang sekarang pasti sangat terasa sakit. Menurut Chang Hyun Hye Jin juga berubah, dia lebih banyak diam dan terlihat tampak sedih.  Hye Jin tiba-tiba berdiri dan keluar dari kelas entah kemana perginya dia juga tidak tahu.
“Hye Jin, kau mau kemana?”. Tanya Jun Hoon namun Hye Jin tidak menjawabnya dan terus pergi.  
*******
            Hye Jin membasuh mukanya, detik berikutnya dia menatap wajahnya di depan cermin dengan nafas yang memburu karena menahan amarah. Dia merasa muak dengan hal yang terjadi kepada dirinya, apa Hyu Ra itu tidak punya hati? Dia berusaha memonopoli Kibum, padahal dia siapa istri aja bukan. Apa karena dia mengidap penyakit Leukimia itu menjadikan alasan untuk bisa merebut Kibum.Batin Hye Jin. Hye Jin ingin sekali semuanya kembali seperti dulu, tidak ada orang ketiga yang menghalangi dia dan Kibum. Jujur Hye Jin sangat merindukan belaian Kibum, rindu saat dia mengobrol dengan Kibum, rindu saat dia bertengkar dengan Kibum, Rindu saat Kibum memeluknya. Semuanya dari Kibum dia sangat merindukannya. Beberapa hari terakhir ini dia dirumah sendirian tanpa kehadiran Kibum karena dia harus bersama Hyu Ra, sejauh ini Hye Jin lebih sering berbicara dengan Kibum lewat ponsel baik itu sms atau telfon. Hal ini membuat dada Hye Jin terasa sesak dan susah untuk bernafas. Saat dimana dia memperhatikan wajahnya di dalam cermin, dia melihat sosok Kibum berdiri di pintu toilet, tanpa basa-basi lagi Hye Jin langsung membalikan badan. Tidak salah lagi itu memang Kibum, Hye Jin hanya berdiri dan memandangnya. Hye Jin melihat Kibum yang sekarang berjalan menuju kearahnya. Tangan Kibum meraih punggungnya dan mendekap Hye Jin di dalam pelukannya. Hye Jin masih terbengong-bengong dengan kejadian spontan yang dia alami ini.
            “Maafkan aku Hye Jin, beberapa minggu ini aku tidak bisa bersamamu. Aku benar-benar minta maaf, hanya itu yang bisa aku berikan kepada Hyu Ra karena aku tidak bisa memberikan hatiku padanya. Aku tahu kau pasti sakit hati, aku mohon bertahanlah”. Kibum semakin mengeratkan pelukannya.
            “Aku sangat merindukanmu”.

Hanya kalimat itu yang bisa di ucapkan Hye Jin dengan berlinang air mata. Rasanya dia benar-benar sangat membutuhkan Kibum sekarang. Dia ingin waktu berhenti mulai detik ini juga, karena Hye Jin tahu kalau setelah ini Kibum akan kembali dengan Hyu Ra.
            “Aku juga sangat merindukanmu dan juga mencintaimu”. Ucap dengan suara bergetar Kibum menahan tangisnya.
            Beberapa menit kemudian seperti dugaan Hye Jin sebelumnya, kalau Kibum kembali bersama dengan Hyu Ra. Setidaknya pelukan yang dia rasakan cukup untuk mengobati kerinduan yang teramat besar pada suaminya walaupun tidak semuanya. Hye Jin mulai konsentrasi dengan materi yang diberikan oleh guru. Sebentar lagi dia akan menghadapi ujian untuk kelulusan jadi Hye Jin harus berusaha agar nilainya nanti bagus dan bisa masuk di universitas favoritnya. Hal yang sama juga di lakukan temannya yang lain yaitu Jun Hoon, Chang Hyun, Soo Yun bahkan juga Kibum. Hanya Hyu Ra saja yang tidak memperhatikan materi yang diberikan malah dia melihat kearah Kibum terus menerus. Hye Jin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingakah Hyu Ra. Detik demi detik, menit demi menit sudah berlalu tidak terasa jam sekolahpun usai, seperti janji Chang Hyun dan Soo Yun tadi kalau mereka akan menraktir Jun Hoon dan Hye Jin makan.
            “Jun Hoon ayo berangkat?”, ajak Chang Hyun.
            “Tunggulah diluar  dulu,  masih ada sesuatu yang harus aku urus. Cuma sebentar”.
            “Baiklah kalau begitu, kami bertiga menunggumu di depan gerbang”. Kata Chang Hyun beranjak pergi meninggalkan dirinya bersama Soo Yun dan Hye Jin,  Jun Hoonpun mengangguk. . Mata Jun Hoon memandang tajam kearah Kibum yang masih asyik berkutat dengan buku-buku yang berserakan diatas mejanya. Jun Hoon berjalan mendekaati Kibum dengan mengabaikan Hyu Ra yang ada di depannya.
            “Kibum, bisakah kita bicara sebentar”.

==TBC==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar