Rabu, 06 Juli 2011

FF/Early Marriage part 2


Tittle : “Early Marriage"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length          : Chapter
Genre           : Friendship, romance
Rating          : General

==Part sebelumya==
Bibi itupun menuruti perintah nenek tersebut “Hye Jin-a, dulu nenekmu itu adalah teman dari ibuku. Beliau berdua sangat akrab seperti saudara sendiri. suatu saat mereka berjanji kalau mereka punya anak yang berjenis kelamin beda akan di jodohkan tapi ternyata mereka berdua sama2 melahirkan seorang anak perempuan. Entah ide aneh dari mana yang ada pada mereka, kalau mereka punya cucu berjenis kelamin beda akan di nikahkan. Dan sekarang aku punya seorang anak laki2 dan ibumu punya kau jadi,…..”
“Jadi..?”. Tanya Hye Jin sedikit ragu.
********
“Jadi Aku ingin kau segera menikah dengan cucuku. Sebelum nenekmu meninggal dia berpesan untuk tidak melupakan janji ini. memang ini semua terdengar aneh dan konyol tapi ini semua nyata, jadi menikahlah dengan cucuku”. Ucap nenek itu enteng.
Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Menikah? Kata-kata itu membuat pikirannya kacau. Hye Jin tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi pada hidupnya. Hye Jin tidak bisa membayangkan apa yang akan di lakukannya saat dia menjadi ibu rumah tangga dan memiliki seorang anak. Seharusnya di umur 18 tahun Hye Jin menghabiskan waktu dengan temannya dan melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi bukan menikah. Ini pasti hanya mimpi buruk di siang hari, iya ini pasti mimpi aku yakin. Batinya.
“Ahahahaha….nenek, kau ini pintar sekali mengagetkanku. Jangan bercanda seperti ini hehehe. Ini sama sekali tidak lucu Nek”. Hye Jin memaksakan tawanya.


“Aku tidak bercanda, tapi aku serius”. Nenek itu memasang muka yang benar-benar sangat serius. Suara tawa Hye Jin menghilang, suasana jadi terasa sunyi dan sepi. Hye Jin memandang orang di sekitar secara bergantian. Dia sadar apa yang terjadi sekarang ini bukan mimpi dan bukan lelucon.
“Aku tidak mau!!!!” teriaknya dengan suara yang lumayan keras “aku masih berumur 18 tahun nenek. Kenapa harus aku?? Ibu katakan sesuatu” Hye Jin menarik-narik baju ibunya dan merengek.
 “Maaf Hye Jin-ah Ibu juga sudah berjanji pada nenekmu”. Jawab ibu Hye Jin lemas.
 “AKU TIDAK MAU TITIK!!!!”. Kata Hye Jin sambil menggebrak meja dengan keras.
Tiba-tiba Nenek itu memegang dadanya dengan nafas yang tersengal-sengal dan terdengar bunyi ngik..ngik..setiap dia bernafas. Hye Jin panik melihat Nenek yang tiba-tiba jantungan seperti itu. Apa mungkin nenek kaget karena dia menggebrak meja terlalu keras atau juga karena teriakannku yang begitu keras. Pikir Hye Jin bingung.
“Nenek apa kau baik-baik saja?bagaimana ini?”.
“Hye Jin-ah umur nenek tidak akan lama lagi, aku hanya ingin kau mengabulkan permintaan nenekmu dan aku. Apa kau pernah membuat bangga nenekmu?”. Hye Jin mencerna kata wanita tua yang ada di depannya sekarang, kalau di ingat-ingat lagi selama ini Hye Jin tidak pernah membuat neneknya bangga sekalipun yang ada malah dia selalu bikin neneknya kesa serta marah-marah. Hye Jin hanya diam tidak menjawab pernyataan nenek itu. “Hye Jin-a tolong kabulkanlah permintaanya..”. terdengar bunyi Ngik ngik lagi dari nafas nenek. Otak Hye Jin blank karena takut nenek itu mati karenanya.
 “Baiklah..aku akan menikah dengan cucu nenek”. Bibir Hye Jin asal nyeplos tanpa menyadari resiko apa yang akan dia tanggung selanjutnya dia benar-benar takut kalau nenek itu akan mati karena dirinya.
 “Benarkah”. Nenek itu tiba-tiba duduk tegak dan terseyum bahagia kepada Hye Jin. di saat yang bersamaan Hye Jin mengerjapkan kedua matanya memandang nenek heran dan penuh selidik, Kenapa sakitnya cepat sekali sembuh sepertinya beliau tidak apa-apa. Tanya Hye Jin dalam hati. Nenek yang  sadar akan hal itu serta telah membuat Hye Jin curiga kembali beracting sakit lagi. “Aduh jantungku…”.
 “Jin Ho cepat ambilkan air putih ”. perintah omma Hye Jin. Jinhopun mengambilkan air putih kemudian memberikannya pada nenek. Sekarang nenek sedikit tenang dan baikan setelah minum obat.
******
Jam pun berlalu dengan cepat, Nenek beserta anak dan menantunya pulang dari rumah keluarga Hye Jin. Wajah Hye Jin beserta ibunya terlihat sangat kusut karena harus menerima semua ini, bagi ibu Hye Jin dia tidak rela putrinya menikah di usia yang sangat muda lain halnya dengan Hye Jin dia berpikir pasti tidak bisa bermain layaknya seorang gadis biasa yang hidupnya normal. Hye Jin dan ibunya mengantarkan nenek beserta keluarga di depan pintu pagar rumah mereka.
“Kamsahamnida, sudah menerima kami dengan baik. Kami harus pulang, karena nenek harus menangani beberapa urusan di perusahaan”. Kata bibi itu sambil membungkukan kepala.
‘Iya, kami mengerti terima kasih sudah sudi berkunjung di rumah kecil kami”. Senyum Ibu Hye Jin ramah.
“Kami pulang dulu. Hye Jin-ah jangan lupa hari Sabtu ya. Dandanlah yang cantik”. Kata Nenek itu, namun Hye Jin diam aja malah memasang muka cemberut dan marah. Ibu Hye Jin yang melihat anaknya berkelakuan tidak sopan pada orang tua, sontak menginjak kaki putrinya.
“Aoucchh…Haish Ibu, kenapa kau menginjakku”. Bisiknya pelan.
“Jangan bertingkah seperti itu dengan orang tua, bersikap ramahlah”.
Hari ini benar-benar hari yang sial baginya, di sekolah dia bertemu dengan pria yang menyebalkan, sekarang di rumah dia dapat kabar kalau dia akan menikah dengan cucu pengusaha kaya raya di Seoul. Hidupnya benar-benar rumit dan menyedihkan. Hye Jin memandang ibunya penuh amarah seolah nggak mau kalah ibunya melotot kearahnya. Hye Jin menghela nafas tanda dia frustasi dengan suasana sepert ini.
“Ya, Nenek hari sabtu aku pasti kesana dan berdandan ala putri raja”. Senyum palsu Hye Jin mengembang di pipinya. Nenek itu mengangguk dan masuk kedalam mobil mewah miliknya.
Di dalam mobil itu hanya ada empat orang beserta sopir mereka. tampak sekali kebahagiaan di raut wajah nenek, beda dengan anak beserta menantunya yang wajahnya terlihat kusut karena sebenarnya mereka juga tidak setuju dengan adanya pernikahan ini, karena usia putra mereka juga sama 18 tahun.
“Ibu, aku tidak menyangka kau akan melakukan hal seperti itu. Berpura-pura sakit?Wa, ibu benar-benar pintar acting”. Kata anak nenek itu.
“Mau bagaimana lagi, kalau aku tidak melakukan hal itu, Hye Jin pasti akan menolak pernikahan ini. tidak ada jalan lain selain berpura-pura seperti itu”. Jawab Nenek enteng tanpa melihat kearah putrinya.
“Ibu mertua, putra kami juga tidak mau menerima pernikahan ini. apa ibu tidak berpikir ini sedikit ketelaluan. Mereka masih berumur 18 tahun.”.
“Tidak ada seorang pun yang bisa mengubah keputusanku mengerti!!’. Tatapan Nenek berubah garang bagaikan singa yang siap akan menerkam mangsanya. Anak dan menantu nenek itu beringsut ke posisi duduknya masing-masing karena takut dengan Nenek kalau wajahnya sudah seperti itu.
*******
Hye Jin duduk sendirian di kelas, termenung sambil menyangga dagu dengan tangannya, matanya melihat daun-daun yang ada di batang pohon seakan menari-nari bahagia ketika angin menyentuh mereka. Indahnya pemandangan di kota Seoul tidak seindah suasana hatinya. Hye Jin menghela nafas panjang, dia masih tidak percaya kalau kejadian macam ini akan menimpa hidupnya. Dia sudah berusaha untuk berbicara dengan ibunya tentang pernikahan ini bahkan sempat bertengkar dengan ibunya sepeninggal keluarga Nenek pulang, tapi sayang ibunya tidak bisa berbuat apa-apa. Dan parahnya dia bahkan tidak bisa menolak tawaran nenek itu, karena selama ini biaya hidup keluarga mereka sebagian besar di topang oleh nenek itu. Semenjak ayah Hye Jin meninggal, keadaan ekonomi mereka sangatlah sulit, ibunya hanya bekerja di sebuah toko kue. Kalau di hitung-hitung sebenarnya gaji ibunya tidak cukup untuk membiayai sekolahnya dan adiknya. Demi kedua anaknya ibu Hye Jin mau menerima bantuan dari Nenek itu. Anggap saja ini sebagai hutang budi, itulah yang di katakan oleh ibu Hye Jin padanya. Hye Jin membenamkan wajah di antara kedua telapak tangannya, kepalanya seakan pecah menerima nasib buruknya. Dooorr!!! Hye Jin terperanjat kaget karena tiba-tiba ada orang yang mengagetinya, ketika melihat orang tersebut ternyata orang itu adalah Chang Hyun tidak lupa juga Soo Yun juga ada di situ.
 “Hye Jin kau kenapa?aku lihat dari tadi kau melamun terus”.Tanya Chang Hyun yang sekarang duduk tepat di depannya bersama Soo Yun.
“Kalau kau punya masalah, curahkan saja pada kami. Pasti kami akan membantumu” Tawar Soo Yun. Memang Soo Yun adalah sahabat Terbaik Hye Jin di dunia masalah apapun yang dihadapi olehnya pasti  Soo Yun selalu berusaha untuk membantunya.
“Soo Yun, apa kau tahu bagaimana rasanya menikah di usia dini?”. Hye Jin bertanya sedikit berbisik takut orang akan mendengar pertanyaanya selain dua sahabatnya itu.
“Apa!!!!”, teriak Soo Yun tanpa sadar, sontak membuat orang di kelas melihat ke arah mereka. Hye Jin reflek membekap mulut Soo Yun sebentar lalu melepaskannya, “Mana aku tahu, aku kan belum menikah. Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu padaku?
“Apa kau akan menikah??” Tanya Chang Hyun polos.
“Ti..Tidak. Siapa yang akan menikah?? aku Cuma Tanya. Aduh perutku sakit aku mau ke toilet dulu”. Ujarnya,
Hye Jin meninggalkan Chang Hyun dan Soo Yun bersama, dia bersandar di balik pintu kelas, Hye Jin hanya pura-pura sakit perut agar Chang Hyun nggak banyak Tanya, karena dia orangnya selalu ingin tahu sesuatu sampai ke akar-akarnya. Hye Jin merasa dia gadis bodoh yang pernah ada, untuk apa dia bertanya hal macam itu pada mereka berdua. Hye Jin melihat sekitarnya, tanpa sengaja dari lorong kelas dia melihat Kibum berjalan dan di ikuti oleh sekerumunan cewek. Aish dia itu makin lama mkin blagu aja. Kibum juga melihatnya dengan tampang sinis.
 “Apa kau lihat-lihat !!!??”. Bentak Hye Jin.
“Cuih, Siapa yang melihatmu….”. Jawab Kibum dingin.
**********
Hari sabtupun tiba, hari dimana Hye Jin harus berkunjung ke rumah calon suaminya beserta Ibunya.  Kata nenek nanti ada hal penting yang akan di bahas. Di luar rumah sudah menunggu sebuah mobil mewah lengkap beserta sopirnya, semua fasilitas itu didapatkan dari nenek. Sebenarnya Hye Jin tidak ingin pergi ke rumah nenek itu, tapi mengingat nenek sudah banyak membantu keluarganya, maka dia mengharuskan dirinya untuk kesana.  Hye Jin berjalan keluar dengan Ibunya. Sambutan ramah kepada mereka berdua di peroleh dari sopir nenek itu. Ibu Hye Jin tersenyum sedangkan Hye Jin terus-terusan memasang muka cemberut. Secara perlahan mobil itu berjalan meninggalkan rumahnya, Hye Jin tidak mengerti kemana sopir itu pergi membawa dirinya.
“Ibu, kita mau kemana?”, Tanya Hye Jin penasaran.
“Sudahlah jangan banyak Tanya”.
Hye Jin menuruti apa yang dikatakan ibunya. Selama perjalanan Hye Jin hanya diam tidak melakukan apapun dan sibuk memandang pemandangan kota Seoul di luar jendela mobil. Kejadian aneh apa lagi yang akan menimpaku?batinnya. Selang sepuluh menit dari rumahnya, mobil yang di kendarai oleh Hye Jin berjalan melewati daerah Apugujeong Rodeo Street, tempat ini merupakan daerah yang ramai di kunjungi orang-orang dimana disitu banyak sekali terdapat butik-butik brand mewah, restaurant brand terkenal, dan kedai kopi yang buka setiap hari sampai pagi. Tidak hanya brand-brand local korea saja tetapi, brand dunia juga ada di  Daerah Apugujeong ini.  Tidak heran kalau daerah Apugujeong di sebuat daerah orang terkaya di seoul Korea Selatan. Bisa di bilang daerah ini merupakan pusat ekonomi, budaya serta pendidikan di korea bahkan sebagai tempat trend fashion. Biasanya para pemuda kaya sering nongkrong di tempat ini. Tanpa terasa mobilpun berhenti di depan sebuah salon mewah. Sopir itu turun dari mobil sambil membukakan pintu untuknya dan Ibunya. Hye Jin berjalan ragu.
“Eoma, untuk apa kita salon??”. Tanya Hye Jin kesal, Namun Ibunya sama sekali tidak menggubrisnya, beliau hanya menarik lengan putrinya kemudian membawanya masuk.
Sesampainya di dalam salon, banyak sekali orang yang sedang sibuk merias diri dan sebagian besar pengunjung di sini adalah perempuan. Hye Jin berusaha membenrontak, tapi sayang genggaman tangan ibunya sangat kuat.
“Selamat datang, apa ada yang bisa saya bantu?”, Tanya salah satu pelayan ramah.
“Tolong dandani putriku bak seorang putri”. Kata Ibu Hye Jin.
Pelayan itu tersenyum ramah. Ibu Hye Jin mendorong pelan kearah pelayan tersebut, jadi mau tidak mau Hye Jin menuruti perintah ibunya. Ternyata yang di permak tidak hanya Hye Jin namun Ibunya juga. Hye Jin pasrah dengan peristiwa yang akan terajdi selanjutnya. Jari jemari peñata rias di salon ini sangat lihai melukis wajah Hye Jin. Baru pertama kali ini Hye Jin memakai bedak dan lipstick seperti sekarang. Selain wajah, peñata rias itu juga menata rambutnya yang panjang dan lurus itu. Lima belas menit berlalu, usailah sudah para perias itu me-make over wajahnya. Perlahan namun pasti Hye Jin membuka matanya, di dalam cermin terlihat sosok gadis yang sangat cantik dengan rambut panjang agak bergelombang, mengenakan dress berwarna pink. Gadis itu terlihat mirip sekali dengannya.
“Omo…Hye Jin-ah kau terlihat cantik sekali”. Puji Ibu Hye Jin tiba-tiba di sampingnya.
“Benarkah ini aku Eoma?”, tanyanya tidak percaya.
“Tentu saja ini kau, memangnya siapa lagi. Sudah kuduga kalau kau adalah gadis cantik, tapi karena tingkahmu yang urakan itu membuat kecantikanmu pudar”. Hye Jin terus memndang kagum dirinyaa di dalam cermin “Sudah saatnya kita berangkat, Kaja”.
********
Sekarang Hye Jin dan Ibunya sudah sampai di sebuah rumah yang megah dan mewah. Banyak guci di sana-sini. Banyak foto-foto di dinding sepertinya itu keluarga, tapi di foto itu Hye Jin tidak melihat seorang yang umurnya muda, seperti dirinya.  Tanpa sengaja di meja dekat kursi yang Hye Jin duduki ada sebuah foto anak kecil dengan pipi yang sangat chubby, memakai kaos biru dan ada pita merah di kepalanya sedang duduk diam sepertinya dia habis nangis. Anak kecil itu terlihat sangat manis dan lucu. Disini juga banyak sekali body guard maklumlah nenek adalah pengusaha tersukses di korea jadi selalu di kawal. Tak lama kemudian nenek beserta anak dan menantunya datang lagi-lagi Hye Jin tidak melihat calon suaminya datang bersama mereka.  Mereka semua berpakaian sangat rapi dan terkesan sedikit mewah kalau di pakai dalam rumah.
Annyonghaseo nenek..”. sapa ibu Hye Jin ramah
“Duduklah tidak usah sungkan begitu”. Perintah nenek, sebagai tamu yang baik kita menuruti apa saja yang di perintahkan oleh pemilik rumah. Mata nenek itu tertuju ke arahnya, Hye Jin sedikit gugup dengan cara pandang nenek itu serius. “Hye Jin, kau benar-benar terlihat sangat cantik. Cocok sekali dengan cucuku yang begitu tampan”. Hye Jin hanya tersenyum tipis dalam menganggapi omongan nenek itu.
Satu pelayan wanita berjalan mendekat sambil membawa lima cangkir teh hijau untuk mereka. Nenekpun memerintahkan semuanya agar segera meminum. Hye Jin menyeruput sedikit demi sedikit teh yang pahit itu, ingin sekali dia membuangnya tapi sebagai tamu dia tidak boleh menyinggung perasaan pemilik rumah.  Hye Jin terlihat begitu gugup untuk menemui calon suaminya.
“Pengawal, tolong bawa cucuku kemari”.
“Baik nyonya” kata orang itu tegas.
Pria itu berjalan meninggalkan kami dan menuju lantai atas. Beberapa saat kemudian terdengar suara teriakan seorang pria yang berkata“aku tidak mau”. Ya Tentunya Hye Jin  sudah tahu kalau pria itu juga tidak mau dengan adanya pernikahan konyol ini. Hye Jin berharap dia bisa melakukan sesuatu untuk mencegah pernikahan atau perjodohan ini. Hye Jin melihat dua orang yang melewati tangga karena jarak ruang tamu dengan tangga agak jauh maka dia tidak bisa melihatnya dengan jelas. Ketika sampai di depan kami, begitu shocknya Hye Jin ternyata cucu nenek itu adalah murid baru itu yang namanya Kibum. Lengkap sudah penderitaanku kali ini. Ujar Hye Jin.
 “Kau…!!!!!” pekik mereka bersamaan sambil saling tunjuk antara satu dengan lainnya.

==TBC==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar