Rabu, 06 Juli 2011

FF/Early Marriage part 9

Tittle : “Early Marriage (repackaged)"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length          : Chapter
Genre           : Friendship, romance 


==Part sebelumnya==
Jujur Hye Jin sebenarnya ingin marah ketika tahu Hyu Ra dan Kibum bergandengan mesra di depannya. Namun dia terlalu bodoh untuk melakukan hal itu. Dia merasa kalau Kibum benar-benar aneh, atau jangan-jangan Kibum tidak mengajaknya bicara sejak pulang sekolah karena Kibum tahu kalau dia akan pergi dengan Jun Hoon. Kibum hanya diam mendengar omelan Hye Jin tanpa membantahnya sedikitpun. Kibum bisa melihat jelas kalau sekarang Hye Jin memandangnya lekat-lekat dan ingin mengatakan sesuatu padanya.
“Kibum-ah, apa kau cemburu?” Tanya Hye Jin ragu.
 ================



Wajah Kibum bagaikan di tampar, mendapat pertanyaan aneh seperti itu. Perkiraan Hye Jin sama sekali salah besar. Kibum tidak pernah merasa cemburu padanya, tapi kenapa dia tidak suka melihat Hye Jin dekat-dekat dengan Jun Hoon, buktinya sekarang ini dia mendadak di marah tidak jelas karena Hye Jin akan keluar dengan Jun Hoon. Kibum sendiri merasa dirinya sedikit aneh akhir-akhir ini.  Hatinya menerima kalau Hye Jin keluar dan bersama Chang Hyun namun entah kenapa untuk Jun Hoon dia punya perasaan lain. Benarkah dia tidak cemburu??
“Ahhh, aku sudah kenyang!! Kau membuat nafsu makanku hilang!!”. Kibum membanting sumpit, dan pergi menuju kamar tanpa menjawab pertanyaan Hye Jin.
Kibum hari ini membuat dia benar-benar marah. Dia tidak habis pikir kenapa ada orang aneh seperti dirinya di dunia. Kalau dia memang cemburu, apa susahnya berkata jujur. Malah dalam hati kecil Hye Jin, dia akan membatalkan janjinya saat itu juga kalau Kibum melarangnya dia keluar. Dengan adanya pertengkaran ini Hye Jin ingin segera pergi keluar dengan Jun Hoon. Siapa tahu pikirannya akan tenang setelah betemu dengan sahabat barunya itu. Untuk Soo Yun dan Chang Hyun tidak bisa di harapkan karena ini malam minggu otomatis mereka keluar berdua. Setelah makan Hye Jin bersiap-siap untuk ganti baju dan pergi. Penampilan Hye Jin sangat sederhana dia hanya memakai celana beserta jaket tebal untuk menghangatkan tubuhnya dari cuaca yang dingin. Sebelum Hye Jin pergi, dia berhenti di depan pintu Kibum berniat untuk pamitan. Hye Jin mengetuk pintu itu, namun tidak ada jawaban. Hye Jin merasa sangat bersalah karena dia membenrak-bentak Kibum seperti tadi.
“Kibum, aku pergi dulu ya! Apa kau mau nitip sesuatu? Untuk masalah tadi aku minta maaf. Aku sungguh menyesal mengatakan itu padamu!!”.
Teriak Hye Jin di depan pintu, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda balasan untuknya. Hye Jin berdiri dan melangkah pergi. Kakinya terasa berat untuk meninggalkan rumah. Dia melambatkan langkahnya berharap Kibum mengejarnya dan melarangnya pergi. Langkah demi langkah dia lakukan, dan  semakin dekat menuju pagar namun sampai sekarangpun Kibum tidak mencegahnya. Hye Jin menolah dan melihat kamar Kibum dari luar yang menyala terang. Senyum kecil menghiasi wajahnya, dia tahu Kibum tidak akan melakukan hal itu karena Kibum sangatlah membencinya, beda lagi kalau Seandainya dia adalah Hyu Ra mungkin dari awal Kibum akan mencegahnya pergi. Hye Jin memantapkan langkahnya dan meninggalkan rumah dengan cepat.
Di sisi lain terlihat Kibum yang duduk sambil membaca buku sekolahnya. Dia berusaha untuk memecahkan soal matematika yang menjadi pelajaran favoritnya di sekolah, tapi dia tidak bisa mengerjakan dan sama sekali tidak bisa konsentrasi. Kibum membolak-balik buku panduan miliknya dengan kasar dan lama-lama dia membanting buku itu di lantai. Pikirannya di penuhi oleh bayang-bayang Hye Jin, apa yang akan lakukan dengan Jun Hoon? Tempat apa saja yang akan mereka kunjungi?. Kibum tidak habis pikir kalau Hye Jin membuatnya seperti ini. Jujur dia benci kalau Hye Jin keluar dengan Jun Hoon, dia benci melihat Hye Jin dekat-dekat Jun Hoon.  Apakah dia harus mencegahnya?, Hati kecil Kibum seolah berbisik padanya, kalau memang dia harus mengejarnya. Lakukan apa yang dia rasakan di dalam hati yang sebenarnya. Sebelum semuanya terlambat. Buang semua gengsi atau ego sementara. Pentingkanlah perasaan itu. Karena kalau kau tidak melakukannya, kau pasti akan menyesal semuanya. Setelah lama merenung, Kibum tahu apa yang dia inginkan sebenarnya. Iya dia sudah tahu. Tanpa berpikir lagi Kibum berlari keluar mengejar Hye Jin. Dia tidak ingin Hye Jin meninggalkannya, dia sadar kalau dia sudah mulai tertarik padanya walaupun dia belum yakin kalau dia menyukainya, dia juga sadar kalau Hidupnya sudah bergantung pada Hye Jin.
“Jangan pergi. Tolong jangan pergi, tunggu aku.”. kata Kibum pada dirinya sendiri.
Kibum berlari sekuat tenaga. Kibum bukanlah tipical orang yang bisa berlari cepat ataupun tipical orang yang pandai dalam olahraga. Nafasnya pendek jadi kalau di buat lari sedikit aja dia sudah merasa ngos-ngosan dan dadanya terasa sangat sakit. Namun, perasaan ingin mencegah Hye Jin pergi membuat semuanya tidak terasa. Sebentar lagi dia akan sampai di depan halte yang biasa dijadikan tempat Hye Jin untuk menunggu Bis. Tidak lama kemudian, akhirnya dengan jarak yang lumayan jauh dan samar-samar, dia bisa melihat Hye Jin yang berdiri. Kibum tersenyum, namun senyum itu tidak lama menghilang ketika dia tahu bis sudah datang. Tidak, tidak jangan pergi. Batinnya. Kibum makin mempercepat larinya. Namun sayang, dia tidak behasil, Hye Jin sudah naik dan bispun berjalah jauh dari halte. Kibum duduk tersungkur di aspal jalan. Sambil mengatur kembali nafasnya. Tangannya memegang dadanya yang terasa sesak, sakit dan panas. Sakit yang dia rasa di dadanya bukan karena dia berlari namun sakit karena tidak bisa mencegahnya.
 “Aku sudah terlambat”. Gumamnya pelan.
Dia berangsur berdiri dan berjalan sempoyongan. Kakinya gemetar karena baru pertama kali ini Kibum menempuh jarak yang jauh dalam berlari. Kibum tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya sudah terjadi, dia hanya bisa pasrah dengan semuanya. Tentunya Hye Jin mengiyakan ajakan Jun Hoon, karena Jun Hoon memang sangat baik dan perhatian padanya, bahkan kadang terkesan perhatian Jun Hoon sebagai teman sangat berlebihan. Perhatian Jun Hoon itu terlihat seperti perhatian seseorang terhadap kekasihnya. Kibum tahu kalau Jun Hoon menyukai Hye Jin, dia bisa melihat tingkah laku Jun Hoon selama ini. semua orang juga akan memliih orang yang baik terhadapnya, begitu pula dengan Hye Jin yang mungkin lebih memilih Jun Hoon dari pada dririnya. Selama ini dia hanya memarahai, memaki bahkan mengejek Hye Jin, tidak pernah sekalipun dia bersikap lembut pada Hye Jin. Ini memang pantas di terima olehnya.
********
Di sebuah restoran mie terkenal, di daerah Myongdeong masih di sekitar kota seoul.  Terdapat seorang pria yang duduk sendirian di sudut restoran tersebut sambil sesekali melihat jam di pergelangan tangannya. Pria itu terdiam di antara hiruk pikuk keramaian di daerah Myeongdong. Myeongdong adalah salah satu pusat belanja terbesar di seoul, banyak toko-toko yang menjual barang-barang dengan harga sedang sampai mahal. Baik itu produksi dalam negeri maupun luar negeri. Selain pusat belanja Myeongdong juga merupakan tempat salah satu fashion di Seoul. Selain toko tentunya juga banyak restoran yang ada di daerah ini. Kebanyakan orang-orang yang berlalu-lalang sekarang ini adalah sepasang kekasih, maklum hari ini sabtu jadi tidak heran kalau banyak orang yang weekend. Pria itu menunggu seseorang dengan cemas, takut kalau orang itu lupa dengan janjinya. Berulang kali dia mencoba untuk menghubunginya, tapi dia selalu mengurungkan niatnya karena dia takut kalau orang itu akan merasa tidak nyaman dengannya. Tidak lama kemudian dari dalam restoran dia bisa melihat orang yang di tunggunya sudah beranjak masuk ke restoran ini. Pria iru tersenyum senang, sambil merapikan rambutnya agar terlihat lebih baik. Orang yang di tunggunya itu clingak-clinguk, pria itupun melambaikan tangannya. Senyumpun mengembang dan diapun menghampiri pria tersebut.
“Jun Hoon, maaf aku terlambat apa kau sudah menungguku lama?”.
“Tidak, aku baru saja sampai”. Bohong Jun Hoon, padahal sebenranya dia sudah menunggunya hamper setengah jam lamanya. Jun Hoon menyodorkan menu makanan pada gadis yang duduk di depannya. “Hye Jin, kau ingin makan apa?”.
Hye Jin melihat menu-menu yang ada di daftar buku menu. Dia kembali lapar ketika melihat contoh-contoh makanannya. Hye Jin adalah seorang gadis yang suka sekali makan jadi tidak heran kalau tubuhnya agak gendut apa lagi pipinya yang terlihat tembem. Hye Jin bingung harus pilih yang mana, karena semuanya terlihat sangat enak. Jun Hoon tersenyum kecil melihat Hye Jin yang kebingungan memilih makanan.
“Aku sarankan kau, lebih baik pesan besan belut BBQ. Di jamin kau akan ketagihan dan akan terus mengunjungi restoran ini”. ucap Jun Hoon
“Benarkah. Apa kau pernah kesini sebelumnya?”. Tanya Hye Jin. Jun Hoonpun mengangguk pelan “baiklah, aku pesan belut BBQ seperti yang kau katakan”.
Jun Hoon memanggil pelayan dan memesan dua porsi belut BBQ. Dia memandang Hye Jin dengan penuh arti. Dia merasa senang dan nyaman tiap kali berada di samping Hye Jin. Hasrat untuk memiliki gadis itu pun mulai ada. Dia tahu entah sejak kapan, apa waktu pertama kali di kantin? atau semenjak dia mereka sebangku? Jun Hoon benar-benar tidak tahu, yang jelas Hye Jin memberikan kebahagiaan tesendri dalam hidupnya yang selalu di radang oleh kesepian. Namun tampaknya kebahagiaan yang dia rasakan, tidak diikuti dengan Hye Jin. Jun Hoon merasa kalau Hye Jin sedih dan tidak bersemangat. Apakah ajakannya membuat beban buat Hye Jin? atau dia memang punya masalah lain?. Selama dia berteman dengan Hye Jin dia tidak pernah melihat Hye Jin yang seperti ini. melihat Hye Jin yang seperti itu membuat hatinya sedih dan sakit. Belut BBQ yang mereka pesan akhirnya datang. Mereka berdua mulai menyantap makanan tersebut. Jun Hoon melihat Hye Jin lekat-lekat yang mulai mencicipi Belut BBQ itu, seolah dia menunggu konfirmasi dari Hye Jin tentang apa yang di katakana, kalau BBQ di restoran ini sangatlah enak.
“Ehmm..!!! enak sekali, benar-benar enak!!”. Ujar Hye Jin. Jun Hoo pun bisa makan dengan tenang.
“Sungguh??”. Hye Jin mengangguk penuh semangat. Tapi senyuman itu pudar kembali dan raut wajahnya berubah menjadi sedih. Jun Hoon makin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi dengan Hye Jin. “Hye Jin-ah, apa kau ada masalah?”.
“Eoh, tidak, aku tidak ada masalah”. Jawabnya gugup.
“Benarkah? Tapi aku lihat wajahmu itu terlihat sangat sedih. Kalau kau punya masalah ceritakan saja padaku. Aku akan membantumu”.
“Sudah aku bilang, aku tidak apa-apa. Mungkin aku hanya kecapekan karena olahraga hari ini. jangan khawatir aku baik-baik saja”. Ucapnya.
Hye Jin bohong, benar-benar bohong. Memang sebenarnya hatinya sedang tidak enak bahkan terasa sedikit sakit. Di dalam pikirannya hanya ada Kibum, Kibum dan Kibum. Dia tidak habis berpikir kenapa dia bisa mulai tertarik dengan pria yang selama ini hanya membuatnya marah, sedih bahkan sakit hati. Andai Jun Hoon itu adalah Kibum yang selalu perhatian dan baik padanya, betapa bahagianya dia. Namun sayang Jun Hoon tetap Jun Hoon, Kibum tetap Kibum. Mereka pribadi yang berbeda, Jun Hoon adalah pria yang mebut, baik dan mengerti sekali dengan pikiran seorang wanita beda dengan Kibum yang egois, pemarah, bahkan terkesan kasar dan dingin terhadap wanita.
 “Baiklah. Hye Jin-ah bolehkah aku Tanya sesuatu?”.
“Katakan saja”. Katanya sambi terus makan belut BBQ’nya.
“Apakah kau sudah punya pacar?”. Hye Jin terkesiap, mengerjapkan kedua matanya dan mencerna pertanyaan Jun Hoon. Hye Jin tidak mengerti kenapa Jun Hoon bertanya seperti itu padanya. Apa jangan-jangan Jun Hoon menyukainya. Ah tidak mungkin, Jun Hoon mana mungkin gadis urakan sepertinya. Dia bingung harus menjawab apa. “Ehm, aku belum punya pacar memangnya kenapa?” Iya pacar tidak punya tapi suami sudah punya.
Jun Hoon tersenyum kecil, dia benar-benar senang mendengar pernytaan Hye Jin. dia merasa kalau dia memiliki peluang yang amat besar untuk lebih dekat dengannya. “Tidak, aku Cuma ingin tahu saja. Hye Jin, bagaimana kalau setelah makan kita pergi jalan-jalan?”.
Deg!! Ternyata apa yang di katakan suaminya benar. Kalau Jun Hoon memang tidak hanya mengajaknya makan namun pergi ke tempat lain. Apa benar Jun Hoon secara tidak langsung mengajaknya kencan?. Bagaimana ini, apa dia harus menerima ajakan Jun Hoon lalu bagaimana dengan Kibum. Tapi dia berpikir lagi untuk apa dia memikirkan Kibum, lagi pula Kibum juga tidak pernah mempedulikannya. Ini memang waktu yang tepat untuk melepaskan semua penat dalam pikarannya.
“Baiklah, aku setuju. Memangnya kita jalan-jalan kemana?”.
“Bagaimana kalau di Everland Park?”.
“Oh. Setuju hehehe”.
“Kalau begitu cepat habiskan”.
Sekitar lima belas menitan mereka udah selesai makan belut BBQ dan melanjutkan perjalanan selanjutnya di taman hiburan terbesar di korea yaitu Everland Park. Everland termasuk dari dalam Everland resort. Everland Resort mencakup Everland (theme park), Carribean Bay (water park), Home Bridge (lodging bertema nature) dan Resort Facility berupa Speed Way (motorcar racing), Transportation Museum, Hoam Art Museum dan sebuah golf course bernama Glen Ross Golf Club. Tempat hiburan yang sudah dibuka pada tahun 1976 kalau di hitung-hitung sudah tiga puluh tahunan ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Daya tarik utama theme park ini adalah festival-festivalnya yang beragam tergantung dengan musim. Dari bulan Januari-Februari pasti diadakan Snow Festival karena masih musim dingin. Bulan Maret ada Pre-Spring Festival ini merupakan festival terpendek di Everland. Flower Festival diadakan April-Mei karena bersamaan dengan musim semi, terus bulan Juni-Agustus adalah Water & Music Festival. September-Oktober saatnya Autumn Journey, banyak sekali terdapat pajangan labu ukir.  Terakhir, di bulan November-Desember terdapat Christmas Fantasy untuk menyambut hari natal. Everland memiliki lima zona di antaranya Global fair, Zoo-Topia, Eropa Adventure, Magic Adventure, Magic Land, dan America Adventure.
Tidak lama setelah menempuh perjalanan, sampailah mereka di Everland park. Walaupun malam hari pengunjungnya banyak sekali dan ramai, tentunya banyak sepasang kekasih yang lagi keluar untuk menikmati malam minggu. Begitu Hye Jin dan Jun Hoon masuk, mereka sudah di suguhi oleh pajangan labu ukir di seluruh kawasan taman Everland. Hye Jin yang tadinya sedih menjadi ceria lagi, Jun Hoon juga bisa merasakan kalau Mood Hye Jin sudah membaik. Hye Jin dan Jun Hoon menuju ke zona Eropa Adventure. Zona Eropa Adventure, memiliki banyak sekali restoran dan bangunannya pun meniru bangunan eropa. Mereka berdua terlihat sangat menikmati malam ini. Mata Jun Hoon tertuju pada sebuah wahana yang biasa di sebut Roller coaster. Ingin sekali dia menaiki itu tentunya bersama dengan Hye Jin. Roller coaster di zona eropa adventure ini beda dari yang lainnya karena terbuat dari kayu. 
“Hye Jin, apa kau mau naik roller coaster?”. Ajak Jun Hoon. Hye Jin mengangguk senang Awalnya dia mengira kalau Hye Jin bakalan menolak ajakannya, namun ternyata pikirannya salah besar. Hye Jin malah mengiyakan sepertinya Jun Hoon lupa kalau Hye Jin itu adalah seorang gadis tapi berhati preman alias tidak takut sama apapun.
Mereka mulai berjalan mendekati wahana tersebut. Karena yang naik sedikit maka mereka tidak perlu mengantri untuk menunggu giliran untuk naik. Hye Jin dan Jun Hoon mengambil tempat paling depan, ini adalah usulan dari Hye Jin, katanya kalau naik roller coaster di barisan paling depan itu sangat mengasyikan. Jun Hoon sebenarnya merasa ngeri, tapi karena dia cowok maka malu kalau tidak mengiyakan ajakan Hye Jin. Pelan-pelan roller coaster bergeak maju. Wajah Jun Hoon terlihat sedikit masam, dia belum pernah naik Rolles coaster dan duduk paling depan. Hye Jin menoleh ke arah Jun Hoon yang agak pucat, melihat Jun Hoon seperti itu Hye Jin tidak bisa menahan tawanya.
“Jun Hoon, Kau takut ya?”. Tanyanya menahan tawa.
“Tidak, aku tidak takut”. Elaknya.
“Tapi kenapa wajahmu masam begitu hehehe”.
Sekarang Roller coaster itu sudah menuju puncak siap akan meluncur. Jun Hoon melihat ke bawah, kepalanya tiba-tiba pusing melihat ketinggian yang mereka capai. Dia berharap agar semuanya lancar, dan tidak akan terjadi apa-apa. Sebenarnya dia sering naik roller coaster, tapi entah kenapa mala mini dia sangat ketakutan mungkin akibat dari letak tempat duduknya. Wussshh!!! Roller coaster itu sudah meluncur cepat. Semua teriakan dari pengujung yang naik sangat memekakan telinga.
“WoooHooooooo….!!!”. Hye Jin berteriak senang sambil merentangkan kedua tangannya ke atas sedangkan Jun Hoon hanya diam dan tegang. Angin bertiup kencang menerpa wajah mereka dan membuat kaca mata Jun Hoon Jatuh. Di saat yang sama Hye Jin menoleh ke arah Jun Hoon, matanya tidak berhenti memandangnya. Jun Hoon terlihat berbeda, dia terlihat lebih tampan seperti biasanya. Bagi Hye Jin wajah Jun Hoon sangatlah familiar, seperti pernah bertemu sebelumnya. Tapi dia tidak tahu kapan dia pernah melihat Jun Hoon dimana. Apa matanya yang salah?

==TBC==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar