Rabu, 06 Juli 2011

FF/Early Marriage part 7


Tittle : “Early Marriage (repackaged)"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length          : Chapter
Genre           : Friendship, romance

Rating          : General


==Part sebelumnya==

Oppa, bisakah kita bicara sebentar?”
Ajaknya manja. Sontak Hye Jin menghentikan aktivitasnya sejenak kemudian beralih memandang gadis itu, tidak hanya Hye Jin namun Chang Hyun dan Soo Yun juga menatapnya. Kibum mengangguk ragu kemudian pergi dengan gadis itu.
Apa yang dia katakan tadi "Oppa" batin Hye Jin
=================
“Hye Jin-ah apa kau dengar itu? Dia memanggil Kibum dengan sebutan Oppa. Sudah aku duga sebelumnya karena dia dari tadi memandang lurus ke suamimu”. Ujar Soo Yun.
“Hye Jin apa kau mengenalnya? Apa dia salah satu keluarga Kibum?”, Tanya Chang Hyun.
“Aku rasa tidak”. Memang benar tidak karena Hye Jin ingat betul setiap sepupu Kibum yang datang di acara penikahan mereka waktu itu.

Kibum mengikuti gadis cantik itu pergi, dia tidak tahu kemana Hyu Ra akan membawanya. Kibum tidak percaya kalau dia bisa bertemu dengan Hyu Ra lagi. Lee Hyu Ra adalah gadis yang mengisi hatinya  selama beberapa tahun. Dia adalah cinta pertama Kibum sekaligus pacar pertama Kibum. Mereka menjalani hubungan mulai dari kelas 1 SMP sampai kelas 2 SMA. Dan mungkin saat ini Kibum masih mencintainya. Mereka putus karena Kibum beserta orang tuanya harus tinggal di seoul ikut nenek. Kota asal mereka adalah Busan. Di mata Kibum Hyu Ra sama sekali tidak berubah tetap cantik dan imut. Hyu Ra duduk di kursi panjang di bawah pohon maple, Kibumpun mengikuti kemana Hyu Ra pergi. Kibum bingung harus berkata apa, dia canggung Karena sudah beberapa bulan terakhir ini mereka tidak pernah bertemu dan saling menghubungi.
 “Oppa, bagaimana kabarmu?”.
“Baik, kau sendiri bagaimana?dan kenapa kau bisa sekolah disini?”.
 “Aku memang sengaja pindah kesini, aku tidak bisa jauh dari Oppa. Janggan tanyakan dari mana aku tahu sekolah oppa itu rahasia hehehehe”. Kibum hanya bisa tersenyum padanya, jujur dia sangat merindukannya. “Oppa selama beberapa bulan ini kau meninggalkanku, apa kau sudah menjalin hubungan dengan gadis lain?”. Hyura menyandarkan kepalanya ke bahu Kibum. Kibum bingung harus menjawab apa padanya, antara jujur atau tidak kalau sebenarnya dia sudah menikah.
 “Aku..ten..tentu saja tidak aku masih sendiri”. katanya bohong, dan saat itu juga dia merasa bersalah dengan Hye Jin istrinya. Padahal seharusnya untuk apa dia merasa seperti itu, toh pernikahan ini tidak di dasari oleh rasa cinta.
“Benarkah. Syukurlah aku sangat lega mendengarnya. Aku ingin hubungan kita berlanjut seperti dulu lagi, jangan tinggalkan aku lagi Oppa”. Ucapnya lembut, jari jemari kecilnya meraih tangan Kibum dengan erat. Kibum lagi-lagi tidak bisa menjawabnya. Otaknya berpikir haruskah dia memulai hubungan cinta kasihnya dengan Hyu Ra dari awal lagi tanpa menghiraukan pernikahan yang sudah di jalaninya, khusunya nenek.
*****
Di tempat lain, terlihat Hye Jin di kantin sendirian. Karena kedua sahabatnya entah kemana perginya. Hye Jin mengambil beberapa makanan yang sudah disediakan dimeja. Dia celingak-celinguk lihat tempat kosong ternyata semua meja sudah penuh, adapun yang kosong itu cuma satu kursi dan kursi satunya sudah mau di pakai orang. Setelah dia lihat dengan teliti ternyata orang itu adalah Choi Jun Hoon anak baru itu. Hye Jin perlahan berjalan menuju kearahanya. Tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Jun Hoon sehingga sup yang dia bawa tumpah dan hanya tersisa nasi saja. Orang yang menabrak Jun Hoon pergi  tanpa meminta maaf dan langsung pergi meninggalkannya.  Hye Jin merasa kasihan segera menolongnya.
“Apa kau baik-baik saja??”.
“Iya aku baik-baik saja, terima kasih sudah menolongku”.  Ucapnya datar.
 “Dasar dia tidak punya sopan santun!!” Gumamnya pelan penuh amarah, Hye Jin paling benci melihat orang yang seperti itu. “bolehkah aku duduk disini?”. Tanyanya lembut kepada Jun Hoon.
 “Tentu saja…”.
Hye Jin melihat Jun Hoon yang hanya memakan nasi karena sayur beserta laukanya yang tumpah. Hye Jin kasihan melihat cowok yang ada di depannya, tanpa banyak mikir Hye Jin mengambil mangkok Jun Hoon dan memberinya lauk beserta sup punyanya. Hye Jin mengembalikan lagi kepada Jun Hoon. Jun Hoon diam sesaat memandang aneh ke arahnya.
“Kenapa?apa kau tidak suka. Aku sedih melihatmu hanya makan nasi jadi aku berikan separuh sup dan lauk punyaku lagipula aku juga tidak bisa menghabiskannya. Makanlah”. Ucap Hye Jin dengan senyum manisnya.
“Terima kasih, maaf sudah merepotkanmu”. Ucap Jun Hoon. Hye Jin hanya membalasnya dengan senyuman dan mulai melahap makanannya. “Kalau boleh tahu siapa namamu? Ucapnya dengan mulut yang penuh dengan nasi.
“Hoh, aku?”, Hye Jin menunjuk diriny, Jun Hoonpun mengangguk pelan. “Namaku Hye Jin, Kim Hye Jin. kalau kau Choi Jun Hoon kan?”. Pria di depannya itu mengangguk dan kembali melahap makan siangnya.
Selama makan siang, Hye Jin melihat Jun Hoon dengan penuh konsntrasi, kalau dilihat lebih dekat Jun Hoon itu sebenarnya pria yang sangat tampan, cuma ketampanannya tertutup oleh kaca mata tebal, besar dan bulat yang selalu dia pakai. Dan saat itulah Jun Hoon dan Hye Jin banyak mengobrol, bercertita tentang kehidupan sehari-hari mereka bahkan saling tukar nomer ponsel. Hye Jin kaget ketika Jun Hoon bercerita kalau dulu diisekolahnya dia sering di Bully sama temannya karena dia yang terlalu pendiam dan penampilannya  yang terkesan sedikit aneh. Hye Jin tidak masalah untuk berteman dengan teman seperti apa,  yang penting dia enak diajak ngobrol dan curhat. Hye Jin merasa sangat nyaman dan tenang selama berbicara dengan Jun Hoon, sama persisi ketika berbicara dengan Soo Yun maupun Chang Hyun, Mungkin mulai saat ini Hye Jin ingin menjadikan Jun Hoon sahabatnya. Detik berikutnya mata Hye Jin tidak sengaja melihat Kibum dan Hyu Ra bergandengan tangan menuju kantin dan lebih parahnya lagi mereka duduk di samping Hye Jin dan Jun Hoon. Hye Jin melihat mereka sesaat kemudian segera memalingkan wajahnya. Ada perasaan aneh yang hinggap dalam dirinya, dia merasa tidak nyaman melihat Kibum seperti ini. Kibum tidak berbalik menatapnya sekalipun.
“Omo, bukannya kalian berdua teman sekelas kami?”, Tanya Hyu Ra tiba-tiba. Hye Jin mengangguk pelan sedangkan Jun Hoon terus saja melahap makanannya.
“Hye Jin, aku sudah selesai makan. Apa kau juga?”. Tanya Jun Hoon,
“Iya sudah”
“Baiklah kalau begitu ayo ke kelas”.
“Kami pergi dulu”. Pamit Hye Jin pada Hyu Ra sambil membungkukan badannya.
Hye Jin dan Jun Hoon pergi meninggalkan kantin. Tak sedikitpun Hye Jin berani melihat Kibum lagi, karena kalau melihat mereka hati Hye Jin terasa aneh dan tidak nyaman. Tanpa sadar, Hye Jin tidak mengetahui kalau dari jauh Kibum memperhatikan mereka keluar dari kantin. Tidak hanya Hye Jin namun Kibum juga merasakan perasaan tak nyaman ketika melihat kedekatan Jun Hoon dan Hye Jin. Kibum bertanya-tanya Kenapa mereka begitu dekat?? Apa mereka sudah saling kenal sebelumnya?. Haish, untuk apa aku bingung memikirkannya memangnya apa urusanku. Ucapnya dalam hati.
“Oppa, kau ingin makan apa??
“Terserah kau sajalah”. Jawab Kibum singkat.
*******
Jam pulang sekolahpun tiba. Sama seperti berangkat sekolah, Hye Jin dan Kibum di jemput oleh sopir pribadi nenek. Hye Jin dan Kibum tidak pernah berjalan beriringan atau bersamaan saat keluar ataupun masuk mobil saat di sekolah. Hye Jin selalu duluan dan jarak 3 menit barulah Kibum.Ada yang berbeda kali ini bahwa sopir itu tidak sendirian menjemputnya melainkan dengan nenek dengan wajah yang sumringah. Kibum tahu sekali kalau nenek tiba-tiba muncul secara tiba-tiba pasti sesuatu akan terjadi. Firasat Kibum terasa sedikit tidak nyaman. Selama di dalam mobil seperti tadi bagi, Hye Jin dan Kibum berjauhan serta tidak berbicara satu sama lain apa lagi sejak kejadian di kantin. Nenek memperhatikan mereka dari spion, nenek menggeleng kecil melihat cucu dan cucu menantunya yang selalu seperti itu. Mobilpun terus berjalan, Kibum merasa aneh karena jalan yang di lewatinya bukn jalan menuju rumahnya.
“Nenek, kita mau kemana?? Ini kan bukan jalan menuju rumah kita?”. Hye Jin melihat Kibum sejenak karena mendengar ucapan dia yang seperti itu. Hye Jin sama sekali kalau ini bukan jalan yang seharusnya mereka lewati.
“Memang, ini bukan jalan menuju rumahku. Tapi ini jalan menuju rumah kalian”. Ujar nenek santai.
“Ru..mah?”. Tanya Hye Jin ragu.
“Iya Rumah kalian. Rumah ini sudah aku siapkan jauh-jauh hari sebelum pernikahan kalian, Rumah ini khususn untuk tempat tinggal kalian berdua, jadi kalian bisa melakukan apapun tanpa ada orang yang meganggu kalian”. Jawab nenek.
 Bagaikan di jatuhi batu yang besar. Hye Jin merasa kalau beban hidupnya semakin berat. Dia tidak bisa membayangkan nasibnya kalau dia hanya tinggal berdua dengan orang macam Kibum. Baik nenek Kibum maupun neneknya sendiri membuat masa mudanya menjadi masa muda yang sangat kelam. Di sisi lain Kibum tampak sedikit marah dengan ulah neneknya yang semakin menjadi-jadi. Sempat terjadi perang mulut antara nenek dan Kibum selama di atas mobil. Kibum tidak mau seperti ini, namun Argumen Kibum tidak membuahkan Hasil. Neneknya tetep kukuh untuk membiarkan mereka tinggal berdua.
Sepuluh menit kemudian sampailah mereka berdua dirumah yang berbentuk minimalis namun terlihat sangat elegan dan indah. Rumah itu sudah lengkap dengan perabotannya. Ketika sampai di ruang tamu, mata Kibum dan Hye Jin terbelalak lebar ketika melihat foto pernikhan mereka tepajang di dinding. Mereka merasa kalau nenek itu benar-benr seenaknya sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain. Kibum tidak terima dia bergegas berjalan menuju foto itu berniat untuk mengambilnya kalau perlu membuangnya. Namun sayang ketika tangan Kibu sudah bisa meraih foto itu ternyata, foto itu tidak mau lepas dari dinding. Nenek tanpa sengaja tahu dengan apa yang di lakukan cucunya beliau hanya tersenyum manis.
“Kibum, sia-sia kau mau melepas foto pernikahanmu. Karena foto itu sudah di paku dengan kuat, jadi percuma kalau kalian mau menurunkannya. Nenek sudah tahu kalian akan melakukan hal seperti itu, makanya nenek sudah mengantisipasi sebelumnya”. Kibum menumpat pelan. Nenek berjalan menuju ruang tengah yang meupakan ruang santai, disitu sudah lengkap dengan adanya LCD TV, dvd serta yang lainnya. Tidak jauh dari ruang tengah terdapat dua buah kamar dan dapur beserta meja makan. Nenek berjalan menuju sebuah ruangan dan membuka pintu ruangan itu. “Kibum, Hye Jin ini adalah kamar kalian”.
Mereka berdua tampak biasa saja bahkan malah tidak merasa senang. Walaupun beberapa hari sebelumnnya mereka tidur sekamar tapi mereka tidak pernah tidur satu ranjang, sudah ada gilirannya sendiri siapa yang tidur di sofa dan siapa yang tidur di ranjang. Kalau hari senin Hye Jin tidur di ranjang maka hari selasa Hye Jin tidur di sofa, begitu pula sebaliknya. Itu sudah perjanjian dari mereka. Hye Jin mencoba masuk di kamar yang terdapat dua lemari didalamnya, satu lemari buatnya dan lemari satunya buat Kibum. Hye Jin iseng-iseng membuka lemari itu ternyata sudah penuh dengan baju-bajunya. Bagaimana bisa?. Seolah tahu nenekpun menjelaskan padanya.
“Selama kalian di sekolah, nenek membawa baju kalian kesini di bantu dengan yang lain”. Hye Jin diam saja memasang ekspresi datar. “Aku rasa sudah saatnya pulang, aku harap kalian betah tinggal disni. Hye Jin jangan lupa minumlah obat yang aku berikan padamu. Aku tahu kau sama sekali belum meminumnya, jadi jangan bohong lagi dengan nenek. Obatnya aku taruh di kulkas”. Nenekpun berjalan keluar menuju rumah, dan kemudian naik di dalamnnya.  Hye Jin merasa sangat malu karena dia ketahuan berbohong. Mereka berduapun mengantar kepergian nenek.
“Hati-hati nek”. Ucap Hye Jin melambaikan tangan sambil tersenyum.
“Tentu, jangan lupa minum obatnya”. Hye Jin mengangguk sekali lagi. “Kibum jaga isrimu baik-baik  ”. pesan nenek pada cucunya.
“Aku tidak mau, lagipula dia sudah besar jadi dia bisa menjaga dirinya sendiri”. Mendegar perkataan Kibum nenek melotot ke arahnya. Kibumpun ketakutan kalau sudah melihat nenek seperti itu. “Iya..iya. aku akan menjaganya”. Jawabnya ogah-ogahan.
“Dan satu hal lagi, kalian harus tidur sekamar. Awas nanti kalau nenek tahu kalian tidur sendiri-sendiri, nenek tidak segan-segan menghukum kalian. Aku serius”. Wajah nenek berubah menjadi wajah yang mengerikan sehinggah harus membuat Kibum dan Hye Jin mengangguk.  “Bagus, aku pergi dulu”.
Nenekpun pergi dengan mobilnya. Hye Jin dan Kibum melangkah menuju kedalam rumah. Kibum membanting tas beserta tubuhnya di sofa ruang tengah. Kibum benar-benar tidak habis pikir kalau nenek benar-benar akan melakukan hal konyol seperti ini. Hye Jin berdiri di meja dapur sambil menuangkan segelas air dingin di gelasnya.  Kibum memandang Hye Jin sejenak, dia mengakui kalau Hye Jin adalah gadis manis. Sambil melihat Hye Jin, Kibum teringat tentang kejadian di kantin antara Hye Jin dan Jun Hoon. Mereka benar-benar dekat dan lagi-lagi mengingat kejadian itu dia merasa tidak nyaman. Tiba-tiba Hye Jin memandang ke arahnya tanpa sengaja, kibumpun langsung mengalihkan pandangannya dan berjalan menuju ruangan di dekat kamarnya. Ternyata ruangan itu adalah kamar yang lengkap dengan tempat tidur namun tidak ada lemari ataupun apapun. Terbesit ide cemerlang setelah melihat ruangan itu.
“Hye Jin, apa kau mau membantuku?”.
*******
“Hei!! Kibum yang benar dong mendorongnya. Kau itu laki-laki tapi tidak bertenaga sama sekali”.
“Iya aku juga sudah berusaha cerewet sekali sih”.
Kibum dan Hye Jin sedang berusaha memindahkan lemari yang penuh dengan bajunya di kamar sebelah. Kamar yang akan di tepati oleh Kibum. Menurut Kibum kamar ini sangat menguntungkan baginya karena dia tidak harus lagi duduk di lantai begriliran dengan Hye Jin. Bukan hanya Kibum yang merasakan di untungkan tapi Hye Jin juga.  Setelah berjuang selama hamper lima belas menit untuk memindahkan lemari besar itu akhirnya sekarang terletak tepat di tempatnya. Hye Jin dan Kibum duduk lemas dengan nafas yang terengah-engah seolah habis lari berjarak ribuan meter. Namun berhasilnya memindahkan lemari itu, bukan berarti semua selesai. Beberepa menit setelah istirahat mereka berdua membersihkan kamar yang penuh dengan debu, mereka berdua harus mengepel dan menyapu. Hye Jin membersihkan jendela kaca sedangkan Kibum sibuk membersihkan debu yang menumpuk di tembok yang putih. Hye Jin melihat Kibum sibuk mengucek-ngucek matanya, sepertinya matanya terkena debu.
“Kibum apa kau tidak apa-apa?”. Tanya Hye Jin.
“Hoh, Iya aku tidak apa-apa”. Namun Kibum semakin menjadi-jadi mengkucek matanya.  Hye Jin merasa pasti ada yang tidak beres. Dia berjalan mendekati Kibum, meraih tangan kanannya dan memeriksa matanya. Mata sebelah kanan Kibum memerah.
“Haish, matamu merah mungkin ini karena debu. Jangan di kucek”. Perintah Hye Jin. “aku akan mengambilkan obat mata untukmu”.
“Tidak usah!! Aku baik-baik saja”.
“Aih, kau ini sudah tahu matamu iritasi tapi masih sempatnya kau berpenampilan angkuh seperti itu.” Hye Jin berlari menuju tempat obat yang sudah tersedia dirumah itu. Hye Jin mengacak-acak tempat obat itu akhirnnya dia menemukan juga. Hye Jin berlari kembali menuju kamar Kibum. Kibum terlihat mengedip-ngedipkan kedua matanya untuk menghilangkan rasa gatal luar biasa di matanya. “Kibum baringkan tubuhmu”.
“Heh..memangnya apa yang akan kau lakukan?”.
“Jangan berpikir macam-macam, tentu saja aku akan mengobati matamu”. Sekarang Kibum terlentang di atas ranjang. Wajah Hye Jin tepat di atas wajahnya. “Buka lebar matamu”.
Kibum membuka lebar matanya dengan bantuan dengan jai-jari tangannya. Hye Jin meneteskan cairan itu dengan hati-hati. Setelah selesai meneteskan obat itu, Hye Jin merasa Kibum memandangnya penuh arti, pandangan tajam dari mata indahnya membuat Hye Jin tidak bisa bergerak. Mereka berdua saling berpandangan tanpa berkedip. Jantung Hye Jin berdegup kencang sama persis dengan yang dia alami di bali ketika mereka berdua hampir berciuman. Pria yang di depaannya memanglah sangat tampan dia tidak mengingkari kenyataan itu. Kibum juga merasakan hal yang sama, entah kenapa dia tidak henti-hentinya memandang gadis manis yang tepat di wajahnya. Debaran aneh hinggap didadanya, rasa ini sama seperti rasa di saat dia jatuh cinta dengan Hyu Ra dulu. Tidak-tidak mungkin kalau dia menyukai gadis itu.
“Ehm aku rasa, sudah selesai mengobati sekaligus membersihkan kamarnya”. Ujar Hye Jin.
Hye Jin beranjak berdiri dan cepat-cepat keluar dari kamar Kibum. Sepeninggal Hye Jin, Kibum menghela nafas panjang. Dia tidak menyangka merasakan hal ini lagi. Kibum meraba dadanya, sambil terus berpikir, kenapa dia bisa deg-deg’an seperti itu?Kenapa juga dia merasa tidak nyaman saat melihat Hye Jin dan Jun Hoon bersama? Apakah dia sudah mulai menyukainya?

==TBC==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar