Rabu, 13 Juli 2011

FF/Early Marriage part 16

Tittle : “Early Marriage (repackaged)"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length          : Chapter
Genre           : Friendship, romance 



==Part sebelumnya==
“Jun Hoon ayo berangkat?”, ajak Chang Hyun.
            “Tunggulah diluar  dulu,  masih ada sesuatu yang harus aku urus. Cuma sebentar”.
            “Baiklah kalau begitu, kami bertiga menunggumu di depan gerbang”. Kata Chang Hyun beranjak pergi meninggalkan dirinya bersama Soo Yun dan Hye Jin,  Jun Hoonpun mengangguk. . Mata Jun Hoon memandang tajam kearah Kibum yang masih asyik berkutat dengan buku-buku yang berserakan diatas mejanya. Jun Hoon berjalan mendekaati Kibum dengan mengabaikan Hyu Ra yang ada di depannya.
            “Kibum, bisakah kita bicara sebentar”.
===============================
Kata Jun Hoon tiba-tiba, Kibum menoleh kearahnya dengan pandangan tak percaya dan dengan ragu Kibum mengangguk, merekapun berjalan menjauh daari Hyu Ra.. Dan dari kejauhan Hyu Ra terus mengawasi gerak-gerik mereka.

            “Ada perlu apa?”, Tanya Kibum ketus.
            “Sejauh ini apa yang sudah kau lakukan kepada Hye Jin. kenapa kau memperlakukan Hye Jin seperti itu. Kau tega bermesraan di depannya sedangkan kau sendiri tidak peduli dengan istrimu. Apa kau itu pria yang punya hati..?”. Jun Hoon sudah tidak bisa menahan emosinya dia benar-benar tidak suka melihat gadis dicintainya tersiksa batinnya seperti ini.
            “Apa yang kau tahu tentang diriku hah?ini bukan seperti yang kau bayangkan. Aku melakukan ini semua ada alasannya.  Kenapa kau mencampuri urusanku dan peduli dengan Hye Jin? apa kau mencintai istriku?”
            “Iya, aku mecintainya, tidak peduli dia sudah menjadi istrimu tapi aku akan terus mencintainya. Apapun alasanmu itu, kau seharusnya tidak melakukan hal itu pada Hye Jin”.
            “Tapi apakah Hye Jin juga mencintaimu, Kevin?”. Kibum menyebut nama “Kevin” dengan tegas dan menekankan nada bicaranya. “Aku sudah tahu siapa kau sebenarnya, bukan berarti karena kau seorang actor maka Hye Jin dengan mudah akan mencintaimu, jangan berharap terlalu banyak. Dia hanya mencintaiku”. Kibum benar-benar geram amarahnya pada Jun Hoon dari dulu karena selalu berusaha dekat dengan istrinya sudah tidak bisa terbendung lagi.
            “Oppa, apa pembicaraan kalian masih lama?”, Kata Hyu Ra dari kejauhan. Kibum hanya sekilas melihat Hyu Ra dan kembali menatap pria yang ada di depannya, sekarang giliran Jun Hoon alias Kevin  yang berbicara.
            “Dengarkan aku Kim Kibum, selama ini aku diam saja karena aku yakin kau bisa membahagiakan dirinya. Tapi ternyata dugaanku salah dari awal menikah sampai sekarang apa kau yakin sudah membuat dirinya bahagia? Yang dia dapat hanyalah hinaanmu dan amarahmu. Jangan menyesal kalau dia berpaling darimu dan mulai melihat  kearahku. Kalau kau terus seperti ini aku tidak segan-segan untuk merebutnya darimu. Mengerti!”. Jun Hoon pergi begitu saja meninggalkan Kibum yang berdiri kaku.
            Kibum tahu apa yang Jun Hoon katakan ada benarnya  juga. Apa yang pernah dia lakukan pada Hye Jin? lebih banyak memarahinya, menghinanya tentunya hanya membuat Hye Jin sakit hati daripada membuatnya bahagia. Jun Hoon benar-benar sangat serius dengan perkataannya tadi, bagaimana kalau omongan Jun Hoon benar kalau suatu saat nanti Hye Jin akan meninggalkannya? Tidak, itu tidak akan mungkin terjadi dan tidak boleh terjadi karena dia sangat mencintainya.
            “Oppa, ada apa? Bisahkah kita pulang sekarang?”. Ujar Hyu Ra
            “Baiklah ayo kita pulang sekarang “
********
Hye Jin beserta teman-temannya sudah berada di salah satu restoran mie yang terkenal di Seoul, tepatnya di daerah Namdaemun.. Restoran yang mereka kunjungi sekarang, selain  terkenal dengan mienya namun juga terkenal dengan Kimchi rasa jahe dan pedas sehingga membuat orang yang pernah berkunjung mau datang ke restoran ini lagi. Namdaemun adalah merupakan pusat belanja murah  yang letaknya ada di tengah kota Seoul, ibu kota Korea selatan, tempat ini juga di kelilingi oleh daerah Myeongdong dan Menara Namsan. Namdaemun sejak dulu sudah menjadi kawasan bisnis terbesar di Korea.. Pedagang-pedagang di daerah ini selalu berteriak “Harga murah, harga murah” untuk menarik para pembeli. Suasana di kawasan Namdaemun sangatlah ramai termasuk di restoran yang mereka kunjungi. Hye Jin duduk disamping Jun Hoon dan tentunya dengan Soo Yun dan Chang Hyun yang selalu bersama. Sudah sekitar sepuluh menit mereka menunggu akhirnya mie yang mereka pesan datang juga tanpa banyak berlagak mereka langsung menyantap makanan yang sudah mereka pesan.
“Bagaimana menurut kalian masakan di restoran ini?”, Tanya Chang Hyun.
“Ehm, iya benar-benar sangat enak. Darimana kau bisa menemukan tempat seperti ini Chang Hyun?”, Ujar Jun Hoon dengan mulut yang penuh dengan mie..
“ Sejak kecil sampai sekarang ayahku selalu membawaku kemari kalau ibuku tidak memasak”.Hye Jin tidak ikut mengobrol sedikitpun dia terus-terusan makan, memang akhir-akhir ini Hye Jin terlihat pendiam beda dari biasanya.
“Haish, rugi sekali Kibum tidak ikut kemari. Sepertinya dia lebih memilih Hyu Ra daripada kita”. Soo Yun asal nyeplos. Hye Jin menghentikan makannya sejenak, meletakan sumpitnya, dan meminum segelas air penuh. Chang Hyun menyenggol siku Soo Yun sedikit memarahinya dengan nada berbisik. Semua memandang ke arah Hye Jin yang kembali memakan mienya. Hye Jin akhir-akhir ini paling benci dan sensitif dengan hal yang ada kaitannya dengan Kibum  dan Hyu Ra.
“Kau ini, bicaranya lebih hati-hati”. Bisik Chang Hyun pada Soo Yun.
“Maaf aku lupa”. Soo Yun balik berbisik pada Chang Hyun.
“Wah mie aku sudah habis, aku ingin pesan lagi. Pelayan!! Pesan satu mangkok mie lagi”. Jun Hoon sengaja mencairkan suasana dan mengalihkan pembicaraan yang membuat suasana tidak menyenangkan.
            “Omo, kau nambah satu porsi lagi aku juga kalau begitu ahahahahaha”. Ujar Chang Hyun
            Berkat Chang Hyun dan Jun Hoon suasana kembali kondusif seperti awal mereka kesini. Usai makan mereka langsung pulang tapi tidak untuk Hye Jin dia berencana pergi  ke supermarket dulu karena bahan makanan di kulkas sudah habis. Hye Jin ke supermarket tidak sendirian karena Soo Yun memutuskan untuk menemaninya lagipula Soo Yun juga ingin membeli sesuatu untuk Chang Hyun. Jadi mau tidak mau Chang Hyun pulang dengan Jun Hoon walaupun dari hati sebenarnya Chang Hyun ingin pulang dengan kekasihnya tapi kalau dia ikut maka tidak kejutan lagi namanya. Sesampainya di supermarket, Hye Jin  memilih-milih belanjaan sesuai dengan kebutuhan yang dia butuhkan. Soo Yun menemani sahabatnya berbelanja lebih banyak diam dan memperhatikan Hye Jin dengan teliti. Soo Yun sangat tahu apa yang dirasakan Hye Jin, dirumah sendirian sedangkan Kibum terang-terang’an tinggal bersama wanita lain. Sungguh itu sangat menyakitkan.
 “Hye Jin-a, apa kau baik-baik saja?”.
 “Tentu aku baik-baik saja. Apa aku terlihat tidak baik-baik saja sekarang?”. Kata Hye Jin sambil memilih-milih sayuran segar.
 “Bukannya seperti itu, apa kau tidak sakit hati melihat Kibum selalu ada untuk Hyu Ra seperti yang terjadi akhir-akhir ini?”.
 “Sakit itu pasti ada, tapi mau bagaimana lagi  untuk sekarang  Hyu Ra memang lebih membutuhkan Kibum daripada aku. Apa salahnya membuat orang bahagia aku yakin Tuhan akan memberikan kebahagiaan yang lebih buatku nanti iya kan?”.
“Aigoo, Hye Jin-ah kau itu sungguh baik hati, beruntungnya Kibum mendapat istri sepertimu”.
“Lagi pula Kibum menyuruhku untuk bertahan dengan keadaan seperti ini, dia juga mengatakan padaku kalau dia sangat menrindukanku dan mencintaiku hehhe”.
“Kau sangat mencintai suamimu ya?”. Tanya Soo Yun Jahil, tanpa di duga Hye Jin mengangguk dan tersenyum.
“Katanya kau ingin membeli sesuatu untuk Chang Hyun? Kalau boleh tahu apa itu?” Tanya Hye Jin penasaran.
“Tiga hari lagi Chang Hyun kan ulang tahun, makanya aku ingin membuatkan biscuit coklat untuknya, aku disini hanya untuk membeli resep kue hehehe”.  Soo Yun memperlihatkan buku resep yang dibelinya.
Bicara tentang Ulang tahun, Hye Jin jadi ingat kalau sebentar lagi Ulang tahun Kibum yang jatuh pada tanggal dua puluh tiga September tepatnya tinggal beberapa minggu lagi  dan sekarang sudah menginjak bulan September tanggal sepuluh,  kalau di hitung-hitung sudah hampir satu tahun mereka berumah tangga tapi mereka belum punya seorang anak, lagipula itu bukan prioritas utama untuk saat yang terpenting bagi Hye Jin sekarang adalah bagaimana caranya dia masuk universitas yang akan diadakan pada bulan November nanti. Hye Jin mengitari supermarket mencari-cari sesuatu yang cocok untuk Kibum saat ulang tahun, tanpa Hye Jin Sengaja melihat setumpukan benang rajutan beserta alat rajutannya. Hye Jin tahu apa yang harus dia berikan pada suaminya nanti. Hye Jin mengambil satu paket benang rajut kemudian berjalan menuju kasir untuk membayar semua yang sudah dia beli dan sampai detik inipun Soo Yun masih bersamanya.
“Hye Jin-ah apa Kibum ada dirumah?”. Tanya Soo Yun.
“Tidak, dia sekarang tidur dirumah Hyu Ra memangnya kenapa?”.
“Bolehkah aku menginap dirumahmu, sudah lama kita tidak tidur bersama semenjak kau sudah menikah hehehe”. Rayu Soo Yun. Hye Jin memandang sahabatnya tersenyum senang dan mengangguk.
Sesampainya dirumah Hye Jin menyalakan lampu rumahnya yang gelap gulita tanpa penghuni satupun. Soo Yun baru pertama kali ini berkunjung di rumah Hye Jin dan Kibum. Bagi Soo Yun rumah Hye Jin ini sangatlah bagus, walaupun kecil tapi terkesan sangat mewah, pantas saja Hye Jin betah sendirian disini tanpa Kibum. Batin Soo Yun.  Hye Jin berjalan menuju dapur dia menaruh semua sayuran segar yang dia beli ke lemari pendingin, tak lupa Soo Yun juga membantunya. Setelah usai mereka berdua menuju kamar Hye Jin, betapa terkejutnya Soo Yun ketika melihat box bayi beserta teman-temannya tertata rapi. Soo Yun menunjuk-nunjuk box bayi itu sambil melihat Hye Jin, sedangkan Hye Jin hanya senyum-senyum malu.
“Hye Jin-ah kenapa ada perlengkapan bayi disini? Jangan- Jangan sekarang kau sudah hamil?!!” tanyanya sedikit berteriak karena saking terkejutnya.
“Ya!! Apa yang kau bicarakan aku tidak hamil”. Jawab Hye Jin singkat. Soo Yun yang berdiri untuk ganti baju yang di pinjami Hye Jin beringsut mendekati sahabatnya yang duduk bersandar di atas ranjang.
“Kalau begitu apa kau sudah melakukan hal itu dengannya?!!”.  Soo Yun pasang muka puppy eyes harap-harap cemas menunggu jawaban Hye Jin. Hye Jin hanya diam dan terus tersenyum, meihat tingkah laku sahabatnya membuat Soo Yun penasaran dan gregetan “Ya!! Hye Jin-ah katakan padaku. Kau sudah melakukan hal itu dengannya benarkan? ayo jujurlah padaku!!” Soo Yun menarik-narik baju Hye Jin, mereka terdiam sejenak detik kemudian Hye Jin mengangguk malu. “Kiaaaaaa!!! Benarkah itu? Bagaimana itu bisa terjadi? Cerita padaku, cepat!!”.
“Aku juga tidak tahu, hal itu terjadi begitu cepat kalau kau menyuruhku untuk menceritakan kronologisnya aku tidak bisa. Yang jelas hal itu terjadi setelah aku dan dia pulang kencan”. Jawab Hye Jin cepat.
“Benarkah!! Ahahaha..Hye Jin-ah aku yakin kau sebenarnya sudah hamil”.
“Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?”. Tanya Hye Jin penasaran.
“Lihatlah tubuhmu semakin gemuk dan terlihat sangat segar, biasanya orang hamil cirin-cirinya seperti itu”. Ucap Soo Yun sambil mengelus-ngelus perut sahabatnya. Apa yang dikatakan Soo Yun mungkin ada benarnya dan memang kalau berat badannya naik sekitar lima kilogram.
“Tapi biasanya tanda-tanda ibu hamil itu muntah-muntah. Aku belum merasakan hal itu? Lagipula kalau aku ingat kembali aku hanya melakukan hal itu dengannya sebanyak dua kali, jadi tidak mungkin hamil kan?”. Iya dua kali karena waktu sebelumnya mereka tidur terpisah dan belum ada rasa cinta lalu waktu berikutnya setelah rasa cinta itu ada Kibum di tuntut berada di samping Hyu Ra yang sakit.
“Kalau kau melakukan itu bersamaan dengan hari suburmu semuanya juga bisa terjadi, lagipula Kehendak Tuhan siapa tahu. Aku yakin anakmu nanti pasti sama persis denganmu dan Kibum. Aku harap untuk wajah meniru ayahnya yang perfect tapi kalau sifat aku ingin mereka memiliki sifatmu yang baik hati  hehehe”.
“YA!! Apa aku begitu jelek di depan matamu?” Tanya Hye Jin, Soo Yun mengangguk sambil tertatwa “Haish, kau ini berani-beraninya seperti itu”. Hye Jin memukul-mukul guling kearah Soo Yun pelan. Tawa mereka meramaikan suasana rumah yang sepi.
*******
Keesokan harinya….
Hye Jin dan Soo Yun sengaja bangun lebih pagi sebelum ayam berkokok, karena nanti mereka berdua harus pulang kerumah Soo Yun untuk mengganti bajunya dengan seragam sekolah. Di pagi buta begini Hye Jun sudah lengkap dengan seragam sekolahnya sambil berkutat dengan dapur untuk memasakan sarapan buat Soo Yun dan dirinya. Saat masakan sudah siap, Soo Yun melahap habis sarapan yang ada di depannya begitu pula dengan Hye Jin tapi baru beberapa sendok Hye Jin merasa perutnya sangat mual. Sesegera mungkin dia berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semuanya.
“Hoekkk….Hoekkk…”. Mata Hye Jin berair karena muntah-muntah yang tak mau berhenti. Terlihat Soo Yun yang ada di belakangnya berdiri sambil mengurut-urut leher Hye Jin dengan wajah shock.
“Hye Jin-ah….” Seru Soo Yun.
“Apa?”. Jawab Hye Jin yang membasuh mulutnya dengan air.
“Apakah yang aku katakan kemarin malam itu benar? Jangan-jangan kau beneran hamil?”. Tanya Soo Yun. Mungkinkah hal itu terjadi dengan singkat, apa asal bicaranya itu menjadi kenyataan, “Hye Jin-ah aku Tanya padamu apa kau sudah datang bulan?”.
Hye Jin berpiikir keras seharusnya Jadwal datang bulannya itu sekitar tanggal lima belas bulan kemarin tapi menginjak tanggal lima belas bulan ini dia belum juga datang bulan. Apakah yang di perkirakan Soo Yun itu benar, apa itu semuanya benar?!!!
“Aku sudah telat tiga ming…Minggu”. Jawabnya ragu. Mereka berdua saling pandang dan saling berpikir, tiba-tiba wajah mereka mendadak berubah dan bersamaan menutup mulutnya dengan kedua tangan mereka masing-masing.
“Hye Jin-ah jangan-jangan kau..?!! tidak sekarang cepatlah berkemas lebih baik kita memeriksakan ini segera di dokter. Cepat!!”. Soo Yun mendorong Hye Jin.
“Memangnya ada dokter yang buka dipagi buta seperti ini?”. Tanya Hye Jin.
“Jangan banyak bicara, saudara sepupuku ada yang seorang dokter, nanti kita kerumahnya oke cepatlah!!!!”.
Akhirnya mau tidak mau Hye Jin menuruti perintah sahabatnya. Untung masih ada bus yang beroperasi di pagi buta seperti ini. Ada beberapa kejadian yang membuat Hye Jin sedikit kesal sama Soo Yun, selama perjalanan menuju Halte Soo Yun menggandeng Hye Jin erat sekali seolah dia itu wanita lanjut usia yang minta bantuan untuk berjalan, jalanpun juga harus berhati-hati kata Soo Yun dia tidak mau terjadi apa-apa pada Hye Jin karena Soo Yun yakin sekali kalau Hye Jin memang benar hamil. Di dalam bis juga sama saat mau duduk Soo Yun juga menyuruh Hye Jin duduk pelan-pelan, kadang Hye Jin bingung yang merasa hamil itu dia apa Hye Jin. Di dalam bis sangatlah sepi hanya ada mereka berdua, Hye Jin duduk di dekat jendela bis sedangkan Soo Yun duduk di sampingnya sambil terus melihatnya.
“Kenapa kau memandangku seperti itu?”, Tanya Hye Jin
“Hehehehe aku tidak menyangka kalau kelak kau akan menjadi ibu di usiamu yang masih muda seperti ini”.  Soo Yun tersenyum jahil dan memerah membayangkan hal yang tidak-tidak.
“Ya!! Aku ini tidak hamil, aku yakin hanya masuk angin biasa”. Sergah Hye Jin
“Tapi apa masuk angin itu berkaitan dengan datang bulanmu yang sudah telat tiga minggu?” Ucap Soo Yun tak mau kalah untuk berargumen dengan sahabatnya, perkataan Soo Yun membuat Hye Jin tidak bisa mengatakan apa-apa. “Sudahlah, aku yakin kau itu hamil”
Sepuluh menit sudah mereka menempuh perjalanan sampailah mereka disebuah klinik kandungam. Soo Yun menggedor-nggedor pintu rumah sepupunya. Tidak menunggu lama pintu rumah itu terbuka, terlihat sosok yang cantik dengan rambut sedikit acak-acakan sambil sesekali menguap karena baru bangun tidur. Melihat penampilan sepupu Soo Yun, Hye Jin sedikit tidak yakin kalau itu adalah dokter professional.
“Soo Yun ada apa pagi-pagi datang kemari?”.
“Maaf Eonni, aku hanya ingin memeriksakan temanku, karena dari tadi pagi dia mual-mual”.
Tidak banyak basa-basi lagi mereka berduapun masuk disebuah klinik yang ternyata jadi satu dengan rumah pribadinya. Sekarang penampilan sepupu Hye Jin berubah rambutnya terlihat lebih rapi karena habis disisir dan muka yang sedikit segar. Hye Jin sekarang sudah berbaring di tempat klinik yang sudah di sediakan. Ketika stetoskop dokter cantik itu menempel di perut Hye Jin, terlihat raut wajah dia yang sedikit aneh atau bahkan kaget, tidak lama setelah itu dokter cantik itu menyuruh Hye Jin untuk turun dari ranjang dan menyuruhnya duduk, tidak ketinggalan Soo Yun juga menemani Hye Jin duduk mendengarkan penjelasan dokter tersebut. Entah mengapa dia begitu gugup menunggu perkataan dokter selanjutnya.
“Jadi Eonni, sebenarnya Hye Jin sakit apa?”. Tanya Soo Yun
“Dia tidak sakit apa-apa kondisi kesehatannya tidak ada masalah sama sekali tapi..?
“Tapi apa dokter?”. Tanya Hye Jin tidak sabar.
“Kau hamil. Usia kehamilanmu sudah tiga minggu”. Jawab dokter itu singkat.
Mendengar perkataan dokter cantik itu, membuat jantung Hye Jin berdetak lebih cepat dari sebelumnya, seluruh darahnya berdesir hebat menuju kepalanya. Dia hamil?? Sontak senyum kebahagiaan terlintas di bibirnya, dia benar-benar sangat bahagia setidaknya dia mulai sekarang sudah tidak membohongi nenek lagi. Mulai hari ini kedepan dia akan ditemani oleh malaikat kecil yang ada di dalam rahimnya. Ini benar-benar kebahagiaan yang tidak bisa di nilai dengan apapun. Pikiran dia menerawang jauh tentang Kibum, pasti Kibum sangat senang seperti dirinya sekarang kalau tahu dirinya hamil. Hye Jin jadi ingat janji suaminya di menara namsan dulu, “membuat dirinya hamil” itu janji konyol tapi punya arti yang sangat dalam. Lamunan Hye Jin buyar ketika dia merasakan ada seseorang yang mengguncang-ngguncang tubuhnya.
“Kiaaa!!! Aku bilang juga apa. kau itu Hamil. Selamat ya Hye Jin”.  Soo Yun mendadak histeris.
“Iya terima kasih, aku benar-benar sangat bahagia hehehe”.
“Ya!! Kalian berdua, khususnya kau Hye Jin. baru pertama kali ini aku melihat gadis hamil diluar nikah sebahagia dirimu?”. Dokter cantik itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua gadis muda yang menurutnnya aneh.
“Eonnie, apa maksudmu? Siapa yang hamil diluar nikah? Hye Jin itu sudah menikah dan tentunya dia juga sudah bersuami, jadi kehamilan Hye Jin ini legal”. Soo Yun sedikit memandang Kesal pada sepupunya yang seenak hatinya menyimpulkan sesuatu.
“Apa Sudah menikah???!!!”. Tanyanya, mendadak kepala sepupu Soo Yun pusing menerima kenyataan bahwa gadis yang berumur delapanbelas tahun sudah menikah sedangkan dirinya yang usianya menginjak hampir tigapuluh tahun belum juga menikah.
********
Sekarang Hye Jin dan Soo Yun sudah berada di lapangan sekolah bersiap-siap untuk olahraga tapi Soo Yun melarang Hye Jin untuk ikut olahraga hari ini karena dia takut Hye Jin keguguran., jadi Soo Yun yang mengijinkan Hye Jin utnuk tidak ikut olahraga. Selain tadi periksa ke dokter itu hamil atau tidak tapi sebelum ke sekolah mereka juga memeriksa kandungan Hye Jin lewat USG dan hasilnya memang ada sebuah bongkahan bulat yang bisa berdenyut sendiri dan katanya itu adalah Janinnya. Hye Jin tidak buru-buru untuk memberitahu hal itu pada Kibum, dia berniat untuk memberitahu suaminya disaat dia memberikan kejutan ulang tahun pada Kibum tanggal dua puluh tiga September nanti. Selain Hye Jin yang tidak ikut olahraga ternyata Hyu Ra juga tidak ikut mengingat kondisinya yang terlihat lemah. Awalnya mereka berdua berjauhan di lapangan sambil melihat murid-murid lain yang olahraga tapi mendadak Hyu Ra berjalan mendekat kearah Hye Jin dan duduk disampingnya.
“Hai, Hye Jin kau tidak ikut olahraga juga? Apa kau sakit?”. Tanya Hyu Ra ramah.
“Iya aku tidak enak badan” Jawabnya bohong “bagaimana dengan keadaanmu apa kesehatanmu membaik?” Tanya Hye Jin tidak kalah ramahnya.
“Sama sekali tidak ada kemajuan bahkan aku merasa kondisiku semakin hari semakin buruk” Hyu Ra terasenyum seolah dia menertawakan keadaan dirinya sendiri “Hye Jin, aku benar-benar minta maaf padamu karena secara tidak langsung sudah merebut Kibum dari dirimu. Apa kau tahu? Aku sama sekali tidak mengakui kalau Kibum sudah menikah denganmu, dalam pandanganku sekarang tidak ada yang memiliki Kibum kecuali diriku” mata Hyu Ra sama berbicara sambil terus melihat Kibum “Mungkin aku terliht sangat egois, tapi di saat umurku yang tidak lama lagi tidak sepenuhnya salahkan kalau aku menginginkan seseorang yang aku cintai selalu ada disampingku, karena hanya hal itu yang membuatku semangat untuk menjalani hidup. Bahkan kalau bisa aku dan Kibum juga menikah seperti dia menikahimu”.
Hye Jin shock mendengar pernyataan Hyu Ra yang berani itu, apakah perkataan Hyu Ra itu mewakili perasaannya yang sesungguhnya atau jangan-jangan selain menyuruh Kibum menemaninya apa sekarang Hyu Ra berniat untuk menjadikan Kibum sebagai suaminya. Hye Jin berharap pikiran dia ini tidak akan pernah terjadi.
“Apa kau membenciku?”, Tanya Hye Jin polos.
“Jujur aku sangat membencimu dan sangat iri padamu karena kau, gadis yang baru mengenal Kibum tapi kau sudah bisa memiliki dirinya seutuhnya, sedangkan aku yang menemani hidupnya dan menjalin kasih dengannya selama bertahun-tahun hanya bisa memilikinya dengan cara seperti ini. Aku tahu dia selama ini menemaniku, perhatian padaku hanya berdasarkan atas rasa kasihan dan sayang dalam arti teman lama tidak lebih. Disini sebenarnya kau yang telah merebut Kibum dariku, bukan aku yang merebut Kibum darimu”.
Hyu Ra mengatakan hal itu penuh dengan amarah matanya melihat Hye Jin dengan pandangan tak bersahabat, Hye Jin tidak berani membantah kata-katanya dia hanya bisa balik memandang Hyu Ra. Tiba-tiba cairan kental berwarna merah keluar dari lubang kiri hidung Hyu Ra.
“Hyu Ra, Hidungmu mengeluarkaan darah”. Hye Jin segera mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya namun Hyu Ra menolak kemudian mengambil sapu tangannya sendiri, bukan merasa bersalah karena sudah berkata dseperti itu kepada Hye Jin malah dia semakin benci pada Hye Jin yang tidak marah padanya.
“Kenapa kau diam saja?!! Kenapa kau tidak balik memarahiku?!! Apa karena kau kasihan melihat diriku yang sakit-sakitan seperti ini. Jangan bertingkah baik padaku. Ingat sampai kapanpun Hye Jin aku tidak akan pernah menyerahkan Kibum padamu”. Hyu Ra berdiri sedikit sempoyongan dan benar saja baru beberapa langkah dia berjalan tubuhnya langsung jatuh di tanah, tak sadarkan diri. Tanpa banya berpikir lagi Hye Jin mendekat dan mencoba menolongnya.
“Tolong..!! Hyu Ra pingsan !!” Teriak Hye Jin, semua murid berlari kearahnya. Kibum terlihat sangat panic, dia langsung mebopong Hyu Ra ke ruang kesehatan, Hye Jin pun mengikutinya.
Sesampainya di ruang kesehatan Kibum membaringkan Hyu Ra ditempat yang sudah disediakan, ada dokter khusus yang selalu menjaga ruang kesehatan ini untuk mengobati murid yang sakit. Kibum dan Hye Jin berdiri melihat Hyu Ra yang sedang di periksa oleh dokter. Setelah memeriksa dokter itu mengatakan kalau memang kondisi Hyu Ra sangatlah lemah seharusnya dia itu dirumah istirahat bukan banyak melakukan aktivitas seperti ini. Sesudah mendengar pernyataan dokter, mereka berdua keluar dari ruang kesehatan.
“Aku berharap semoga Hyu Ra cepat sembuh dari penyakitnya”. Kata Hye Jin pada Kibum.
“Aku Juga berharap seperti itu. Hye Jin, kenapa kau tidak ikut olahraga apa kau sakit? Sakit apa? Apa sudah minum obat? Tanya Kibum panic sambil memegang dahi Hye Jin yang tidak panas sama sekali.
“Tidak apa-apa, aku tidak ikut olahraga karena aku Ham----Tidak maksudku aku sedang tidak enak badan. Maaf sudah membuatmu khawatir”. Hampir saja dia keceplosan mengatakan kalau dirinya sedang Hamil, tapi untung kata-katanya bisa di control kalau seandainya dia benar-benar keceplosan maka rencananya akan berantakan.
“Oh syukurlah kalau begitu aku lega mendengarnya. Pokonya kau harus menjaga kesehatanmu mengerti, makan yang teratur aku tidak mau kalau kau kenapa-kenapa karena aku mencintaimu”. Ucap Kibum. Hye Jin mengangguk dan tersenyum. “Aku lapar, aku ingin kau menemaniku makan. Kau tidak keberatan kan?”.
“Tentu saja tidak heheh”.
Mereka berdua melangkahkan kaki menuju kantin dengan bergandengan tangan. Ditengah perjalanan Hye Jin teringat kembali dengan apa yang dikatakan Hyu Ra padanya kalau dia ingin menjadikan Kibum suaminya juga. Hye Jin sebenarnya takut dengan perkataan itu, takut kalau hal itu benar-benar akan Hyu Ra lakukan. Hye Jin jadi penasaran kalau seandainya Hyu Ra mengajaknya menikah apakah dia akan menerimanya apa tidak?.
“Kibum, bagaimana kalau Hyu Ra tiba-tiba mengajakmu menikah disaat kondisinya sangat kritis, dan itu merupakan permintaan terakhir darinya? apa kau akan menerima tawarannya?”. Tanya Hye Jin. Kibum sedikit kaget saat itu juga dia menghentikan langkahnya dan beralih memandang Hye Jin.
“Kenapa kau bertanya seperti itu padaku? Tentu saja aku tidak akan menerimanya”. Jawab Kibum.
“Tapi itu merupakan hal yang benar-benar Hyu Ra inginkan disaat terkahir hidupnya, apa kau benar-benar tidak akan menerimanya, walaupun ibu Hyu Ra memohon dan bersujut padamu?”. Pandangan Hye Jin pada suaminya sangatlah tegas sekarang, nyali Kibum sedikit ciut mendapat pandngan seperti itu.
“Aku mohon jangan bertanya hal-hal konyol seperti itu padaku Hye Jin-ah”. Entah kenapa Kibum benar-benar tidak bisa menjawab pertanyaan itu, dia tidak bisa mengatakan “Tidak” tapi dia juga tidak bisa mengatakan “Iya”. “Apapun yang terjadi kau adalah prioritas utama dalam hidupku”
Mendengar ucapan itu dari suaminya Hye Jin tidak bisa mengatakan apa-apa.
*******
Malampun tiba, Hye Jin duduk sendirian di depan TV sambil merajut syal berwarna biru untuk hadiah ulangtahun Kibum sebentar lagi. Kebetulan saat ini merupakan berita tentang artis-artis korea salah satunya memberitakan tentang Kevin alias Jun Hoon temannya yang akan membintangi salah satu drama yang berjudul “Choco strawberry” drama remaja dan dia menjadi peran utama di drama tersebut. Dia masih tidak menyangka bahwa seorang Kevin bisa jatuh cinta padanya, padahal banyak sekali artis-artis cantik yang digosipkan dengannya bahkan ada yang terang-terangan mengatakan pada publik kalau dia mengagumi dan menyukai Kevin. Melihat Judul drama terbaru Jun Hoon tersebut membuat Hye Jin ingin sekali makan choco strawberry tapi dia tidak tahu harus beli dimana, bagaimanapun caranya dia harus bisa makan choco strawberry itu malam ini juga dia tidak bisa menahannya mungkin bawaan dari ibu hamil. Tanpa di duga ponselnya bergetar terpampang nama Jun Hoon di layar ponsel. 
“Halo, Jun Hoon-ah ada apa?—Oh iya aku ada dirumah---apa mau kesini?baiklah. Jun Hoon-ah, bolehkah aku memintamu untuk membelikanku choco strawberry. Terimakasih”. Untung ada Jun Hoon jadi dia tidak perlu jauh-jauh keluar untuk beli choco strawberry.
Setelah sekitar lima belas menit menunggu akhirnya Jun Hoon datang juga. Penampilannya berubah menjadi Kevin yang amat sangat tampan, bukan Jun Hoon si kaca mata besar. Hye Jin langsung menyuruhnya masuk di ruang tengah. Kevin menyerahkan choco strawberry itu pada Hye Jin.
“Maaf sudah menyuruhmu, ini uangnya”. Kata Hye Jin sambil menyodorkan uang pada Kevin.
“Tidak usah, itu aku yang membelikannya untukmu”. Ucap Kevin tersenyum.
“Tadi aku lihat di berita kau akan bermain di drama remaja baru ya? Aku harap rating drama yang kau mainkan sekarang akan mendapat rating terbaik seperti drama-dramamu sebelumnya hehehe”.
“Aku harap begitu. Dimana Kibum apa dia masih dirumahnya Hyu Ra?”. Hye Jin hanya mengangguk lemas sambil melahap satu choco strawberry yang di belikan Kevin. Sekarang Kevin sudah tahu semuanya kecuali kehamilannya karena sejak kejadian yang terjadi disekolah tadi Hye Jin mulai bercerita, meluapkan segala emosinya pada Kevin alias Jun Hoon itu. Hye Jin sekarang merasa kalau curhat dengan Kevin membuat dirinya lebih baik dan nyaman. Mata Kevin tertuju disebuah syal biru yang belum jadi seutuhnya.
“Kau yang membuat syal ini?”, tanyanya sambil memegang syal itu.
“Iya aku yang membuatnya, aku berniat untuk memberikan itu pada Kibum di hari ulangtahunnya”. Ucap Hye Jin yang membuat wajah Kevin sedikit kecewa ketika mendengar hal itu.
“Apa suasana hatimu sudah lebih baik sekarang?”.
“Iya begitulah, semuanya terasa lebih lega ketika aku menceritakan semuanya padamu. Aku benar-benar sangat berterima kasih padamu, aku tidak bisa membayangkan kalau seandainya tidak ada kau yang menghiburku saat ini, mungkin aku akan menjadi gila karena beban batin yang harus aku tanggung”.
“Tidak usah berterimakasih seperti itu. Kalau aku boleh jujur padamu hatiku sangat terasa perih dan sakit melihat dirimu yang seperti ini. Ingin sekali aku memukul Kibum karena telah menyakiti hatimu, tidak peduli alasannya itu baik tapi kalau harus mengorbankan dirimu aku tidak bisa menerimanya karena aku tidak kuat melihat gadis yang aku cintai menderita seperti ini”.
“Ini bukan kesalahan dia , dia hanya ingin membahagiakan Hyu Ra itu saja”.
“Tapi tidak seharusnya meninggalkanmu sendirian seperti ini dirumah kan. Terkadang aku berpikir kenapa kau tidak terlebih dahulu bertemu denganku dan jatuh cinta padaku. Kenapa kau tidak bisa menerima hatiku Hye Jin?”.
“Karena aku sudah terlanjur mencintai Kibum bahkan mencintainya melebihi cintaku pada diriku sendiri”. Jawab Hye Jin mengambil syal setengah jadi dan merajut kembali benang-benag itu. Kevin alias Jun Hoon hanya bisa memandang perih gadis yang di cintainya itu.
*********
Di malam hari yang sunyi dan sepi dirumah yang besar terlihat Kibum berdiri dibalkon rumah sambil meminum secangkir kopi hangat. Mata Kibum tak henti-hentinya memandang bintang di langit yang bersinar terang. Tangan kanannya meletakkan secangkir kopi itu di meja, kemudian dia merogoh ponsel. Ketika dia membuka layar ponsel terpampang jelas wajah Hye Jin yang tersenyum manis melihat itu Kibum juga ikut tersenyum. Dia sungguh merindukan Hye Jin ingin sekali dia pulang tapi tidak bisa karena keadaan Hyu Ra semakin parah, sedangkan ibu Hyu Ra selalu menangis setiap hari melihat kondisi putrinya yang seperti sekarang, jadi tidak ada ruang buatnya untuk bergerak bebas. Kibumpun mengirimkan sebuah pesan pada Hye Jin “Apa kau merindukanku?aku harap bertahanlah. Aku mencintaimu”. Pesanpun terkirim tapi setelah sekitar lima menit menunggu tidak ada balasan dari Hye Jin. Kibum merenung dengan apa yang dia perbuat selama ini, baginya dia hanya bisa menyakiti Hye Jin dia sangat tahu walaupun Hye Jin tersenyum di depannya dan semua orang tapi sebenarnya hatinya sangatlah sakit, Kibum bisa merasakan itu semua. Ada kesempatan di sekolah untuk bertemu dengan Hye Jin tapi dia tidak bisa leluasa karena Hyu Ra yang selalu mengikutinya. Tiba-tiba bayangan wajah Jun Hoon alias Kevin terpampang jelas di benaknya, mungkin benar hanya Jun Hoon satu-satunya orang yang bisa menjaga istrinya dengan sepenuh hati bukan dirinya yang berstatus sebagai suami tapi tidak melakukan apa-apa. Walaupun begitu Kibum sangat memperhatikan Hye Jin, baginya istrinya sekarang terlihat sedikit gemuk dan terlihat sangat segar padahal badannya tidak seperti itu, bagi dirinya itu terkesan sedikit aneh.
“Apa yang sedang kau pikirkan Kibum-ssi?”, suara perempuan di belakangnya membuat dirinya kaget di kiranya hantu yang gentayangan di malam hari.
“Bibi, aku pikir itu suara hantu”. Ibu Hyu Ra tersenyum namun agak sedikit dipaksakan “apa kau merindukan istrimu?”.
“Iya, aku sangat merindukannya walaupun di sekolah aku sering bertemu dengannya tapi aku merasa jauh darinya, aku sangat merindukannya”. Jawab Kibum.
“Maafkan aku dan putriku karena secara tidak langsung memisahkan kalian berdua. Tapi mau bagaimana lagi aku hanya ingin putriku bahagia. Dia mau menjalani pengobatan kemoterapi itu karena dirimu, dia semangat hidup itu karena kau bahkan kaupun sendiri juga tahu kalau dia tidak berani untuk tidur karena dia sangat takut kalau dia tidak bisa bangun dan melihatmu lagi, dia tidak bisa tidur sebelum dia melihat dirimu. Kau benar-benar sangat penting bagi putriku Kibum”. Ucap ibu Hyu Ra panjang lebar tapi Kibum tidak menanggapinya sama sekali.
“Bibi tidak usah berbicara seperti itu, aku mengerti apa yang dirasakan bibi khususnya Hyu Ra. Lagipula Hye Jin baik-baik saja walaupun aku tidak tahu bagaimana suasana hatinya sekarang. Hubunganku dan Hye Jin sejauh ini masih baik-baik saja jadi bibi jangan khawatir”.
 “Istrimu itu memang memiliki hati yang baik. Hal yang dialami sekarang itu tidaklah mudah, istri manapun juga tidak akan rela kalau suaminya lebih perhatian, menjaga wanita lain daripada dirinya sendiri bahkan tidur di rumah wanita lain. Aku sendiri tidak yakin apakah bisa bertahan lama seperti Hye Jin dalam menahan sakit yang dirasakan. Sekali lagi aku tahu aku salah tidak seharusnya seperti ini tapi Hyu Ra memang sangat membutuhkanmu Kibum-ssi benar-benar sangat membutuhkanmu kau adalah oksigen bahkan kau mungkin bisa dibilang separuh nyawanya yang hilang sekarang karena di gerogoti oleh penyakit itu”.
“Bibi, Aku akan melakukan apapun bagi Hyu Ra agar dia bahagia dan bisa sembuh dari penyakit ini, bagaimanapun Hyu Ra, dia adalah seorang gadis yang pernah aku cintai selama bertahun-tahun. Aku tidak akan mungkin membiarkan dia seperti ini”.
“Aku benar-benar berterima ksaih padamu Kibum-ssi”.
“Bibi, mungkin seharian besok aku tidak disini tidak apa-apa kan? Aku ingin pulang dan menemani Hye Jin”.
“Tentu lagi pula aku tidak punya hak untuk melarangmu bertemu dengan istrimu”
Kibum tersenyum dan merangkul ibu Hyu Ra, baik Hyu Ra maupun ibunya sudah dia anggap sebagai saudara sendiri.
            Hari demi hari Kibum lalui hari-harinya dirumah Hyu Ra, walaupun dia sudah lumayan lama tinggal disini tapi dia belum sepenuhnya merasakan nyaman disini. Kibum membaringkan dirinya diatas kasur sambil mengingat pembicaraannya dengan Ibu Hyu Ra bagi Kibum terlihat sekali kalau Ibu Hyu Ra merasa sangat bersalah padanya dan Hye Jin. Melihat Ibu Hyu Ra yang seperti itu membuat Kibum benar-benar kasihan dengan yang dihadapi beliau sekarang, merawat putrid satu-satunya yang terkena penyakit parah seorang diri itu bukan hal yang mudah. Sekarang matanya tertuju pada kalender kecil dimeja yang dekat dengan tempat tidurnya. Tangannya meraih kalender itu, pandangannya tertuju pada angka 23 yang tidak lain itu merupakan hari ulang tahunnya. Kibum ingin melewatkan hari itu seharian dengan Hye Jin, apapun yang terjadi dia harus bisa bersama dengan Hye Jin. KIbum kembali mengambil ponselnya dan mulai menulis sesuatu.
            To : My Lovely_my Wife
            Hye Jin-ah apa besok ada waktu, aku ingin seharian kau menemaniku jalan-jalan. Apa kau bisa?
            Kibum menekan tombol “send” tidak lama kemudian dia mendapat balasan dari Hye Jin.
            From : My Lovely_my Wife
            Iya tentu aku ada waktu. Mungkin aku mengucapkan ini terlalu cepat. Selamat ulang tahun suamiku, aku punya sesuatu yang special untukmu dan aku yakin kau sangat bahagia setelah menerimanya. Saranghae ^__^
            Kibum tersenyum bahagia mendapat balasan dari istrinya, diapun sekali lagi membalas pesan yang di terimanya.
To : My Lovely_my Wife
Nado saranghae. Kalau begitu besok kita bertemu di Cheonggyecheon stream park, oke. Sudah malam tidurlah, mimpi indah istriku ^__^
            Kibum kemudian segera memejamkan matanya dia sudah tidak sabar untuk menunggu hari esok. Ingin sekali dia melepaskan semua kerinduan pada Hye Jin.
********
Keesokan harinya……
Suasana rumah Hyu Ra terasa sangat sepi seperti biasanya karena hanya ada mereka bertiga. Hyu Ra duduk memandang dirinya di depan cermin, tangan kanannya meyisir rambutnya secara hati-hati tapi ketika dia melihat sisir yang di pegangnya, banyak sekali rambutnya yang rontok. Hyu Ra tersenyum kecut melihat sisir yang di pegangnya, dia tahu penyakitnya semakin hari semakin parah, tidak hanya itu dia juga merasakan kalau pintu kematian sudah terbuka lebar untuk tapi tentunya dia tidak tahu tepatnya kapan kematian itu datang menghampirinya. Rambutnya semakin sedikit bahkan sudah terlihat sedikit botak, jadi mulai hari ini dia memakai topi untuk menutupinya. Dalam hidupnya, Hyu Ra hanya mempunyai satu impian yaitu bisa menikah dengan Kibum, bisa merasakan menjadi istri Kibum walau sebentar. Hatinya benar-benar tidak sanggup menerima kenyataan yang di alami sekarang. Mengingat kenyataan pahit dalam hidupnya, Hyu Ra hanya bisa memandang dirinya didepan cermin sambil menangis. Tanpa Hyu Ra sadari dan tanpa permisi Kibum masuk kedalam kamarnya. Hyu Ra tidak berkutik bahkan menoleh kearah Kibumpun tidak namun dia bisa merasakan Kibum mendekatinya. Wajah Kibum terlihat sangat sedih ketika melihat sisir yang dipegang Hyu Ra penuh dengan rambutnya yang rontok, matanya juga tidak sengaja melihat kulit kepala Hyu Ra yang terlihat jelas sekarang. Tangan Kibum reflek mengambil topi yang ada di meja rias Hyu Ra dan memakaikannya.
“Kau terlihat lebih cantik kalau memakai topi seperti ini, sekarang turunlah saatnya sarapan!”. Ajak Kibum lembut.
“Oppa, Apa ada kemungkinan aku akan sembuh dan akan terus hidup?”. Tanya Hyu Ra. Pertanyaan itu membuat Kibum ingin menangis dan terasa sangat perih.
“Hyu Ra apa yang kau katakan, percayalah kau akan sembuh. Umurmu itu adalah urusan Tuhan, kapan kau akan mati juga urusan Tuhan. Jangan hiraukan apa yang dokter katakan padamu, mereka hanyalah manusia biasa. Tidak semua orang mengidap penyakit leukemia berakhir dengan kematian, ada yang sembuh dan menjalani hidupnya seperti semula”.
“Tapi prosentase orang yang sembuh itu sangat kecil kan oppa?”.
“Hyu Ra dengarkan aku, bertahanlah demi ibumu, yakinlah padaku kalau kau pasti akan sembuh dan bisa melakukan aktivitas seperti semula”. Kibum memandang gadis di depannya dengan pandangan penuh simpati, Hyu Ra tidak mengatakan apa-apa dia hanya memandang Kibum dengan segenap perasaannya. Bulir-bulir air mata kembali menetes di pipinya
“Oppa, aku mohon peluklah aku ”. ucap Hyu Ra. Tanpa banyak berpikir lagi Kibum langsung menuruti perkataan Hyu Ra, dia merasakan gadis didepannya itu memeluknya semakin erat dengan tangis “Aku benar-benar mencintaimu oppa. Aku mohon temani aku untuk saat ini, aku mohon padamu oppa”.
Kibum tidak mengiyakan permintaan Hyu Ra, Kibum terdiam karena dia sudah janji kalau hari ini dia akan pulang dan merayakan ulang tahun dengan Hye Jin. Sedikt ada rasa kecewa dihatinya karena Hyu Ra melupakan hari ulang tahunnya, namun dia bisa mengerti masalah yang di hadapi Hyu Ra sekarang.
“Maaf untuk saat ini aku tidak bisa menemanimu Hyu Ra”. Batin Kibum.
********
Pukul 19.00 di Cheonggyechon stream park
Terlihat Hye Jin yang tersenyum bahagia di antara orang-orang yang berlalulalang didepannya. Indahnya pemandangan di Cheonggyecheon di malam hari seolah mewakili suasana hatinya, di tambah lagi adanya aliran sungai buatan di depannya menambah kesejukan di hatinya. Tidak jauh dari tempat dimana Hye Jin  duduk ada air terjun kecil yang mengalir dengan indah. Semuanya menjadi lengkap ketika lampu-lampu warna-warni gedung bersinar terang. Cheonggyechon stream park merupakan taman yang berada di tengah kota, dengan sungai buatan sepanjang 6 km menyusuri pusat kota yang mengalir serta di atasnya terdapat jembatan di atasnya. Sepanjang sungai terdapat lampu warni-warni, serta semburan-semburan air yang memiliki irama terntu. Benar-benar sangat indah. Hye Jin sudah tidak sabar untuk bertemu suaminya, melepas kerinduannya lalu kemudian memberikan syal buatanya beserta test laboraturium hasil pemeriksaan kehamilannya.  Hye Jin yakin Kibum akan sangat bahagia mendengar kabar ini, mengingat janji dia dulu di menara namsan. Tak terasa sudah hampir setengah jam menunggu tapi Kibum belum datang juga, tapi Hye Jin berpikir kalau Kibum mungkin sekarang sudah ada di perjalanan. Hye Jin menunggu, menunggu dan terus menunggu. Jam tangannya sudah menunjukan pukul setengah Sembilan tapi Hye Jin tidak menyerah, dia yakin Kibum pasti akan datang, Kibum bukan tipe orang yang suka mengingkari janjinya. Tiba-tiba ponselnya bergetar, tertulis nama Kibum di layar ponselnya ada sedikit kelegaan di hatinya.
“Halo, Kibum kau dimana? Aku sudah daritadi menunggumu?
            “Hye Jin-ah…”. Suara Kibum terdengar sangat buru-burru dan disekitarnya sangatlah berisik. “Maaf aku tidak bisa datang, ini benar-benar diluar dugaanku. Apa kau masih disana??”, di balik telfon Hye Jin bisa mendengar suara seorang ibu yang menangis histeris bersamaan dengan suara seperti roda besi yang menggelinding benar-benar berisik sekali.
            “Iya, aku masih disini. Kau ada dimana? Apa yang terjadi?”.

==TBC==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar