Rabu, 13 Juli 2011

FF/Early Marriage part 17

Tittle : “Early Marriage (repackaged)"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length          : Chapter
Genre           : Friendship, romance 


==Part sebelumnya==

“Hye Jin-ah…”. Suara Kibum terdengar sangat buru-burru dan disekitarnya sangatlah berisik. “Maaf aku tidak bisa datang, ini benar-benar diluar dugaanku. Apa kau masih disana??”, di balik telfon Hye Jin bisa mendengar suara seorang ibu yang menangis histeris bersamaan dengan suara seperti roda besi yang menggelinding benar-benar berisik sekali.
            “Iya, aku masih disini. Kau ada dimana? Apa yang terjadi?”.
============
“Hye Jin-ah, terjadi sesuatu pada Hyu Ra. Lebih baik datanglah kerumah sakit, aku bisa menjelaskan semuanya nanti aku mohon datanglah aku ingin sekali bertemu denganmu tapi dengan kondisi seperti sekarang tidak memungkinkan untukku. Aku mohon”. Mohon Kibum. Hye Jin sudah tidak bisa mengatakan apa-apa lagi dia hanya pasrah dan khayalan indah hari ini tentangya dan Kibum memudar.
            “Baiklah aku akan kesana”. Hye Jin menutup telfonya lemas.

Ada rasa kecewa yang sangat besar, sakit hati yang teramat perih menghinggapi hatinya. Perlahan air matapun keluar dari pelupuk matanya, dia tidak bisa menahan sakit yang dia rasakan. Kenapa? Kenapa bersama dan bertemu dengan suaminya sangatlah sulit? Kenapa selalu ada cobaan yang mereka hadapi? Kenapa seolah Tuhan tidak ingin melihat dirinya bahagia bersama Kibum?Apa karena dia bukanlah Jodoh Kibum sebenarnya? Hye Jin benar-benar tidak bisa berpikir lagi dia, yang ingin dia lakukan adalah menangis sepuasnya. Dreet…Dreet..Untuk kedua kalinya ponsel Hye Jin bergetar, ternyata Jun Hoon yang menelfonnya. Jun Hoon selalu ada dan datang dengan tepat di saat dia membutuhkan seseorang untuk mendengarkan curhatannya.
“Halo Jun Hoon-ah…” Suara Hye Jin terdengar jelas oleh Jun Hoon alias Kevin kalau dia itu memangis.
“Hye Jin, kau kenapa?Kau menangis?Apa kau baik-baik saja?”. Tanya Jun Hoon di seberang.
“Tidak, aku tidak baik-baik saja”. Suara Hye Jin kecil karena di sekitarnya yang sangatlah ramai, Jadi Jun Hoon tidak begitu jelas mendengar ucapan Hye Jin.
“Kau dimana sekarang?”
“Di Cheonggyechon stream park”
“Tunggulah aku. Jangan kemana-kemana”
Jun Hoon menepati janjinya berdandan ala Kevin dia menjemput Hye Jin di taman, dia dan Hye Jin sekarang berdiri di pinggiran sungai Han, walaupun keberangkatan dia tidak begitu nyaman karena Jun Hoon merasa ada seseorang yang mengikutinya. Pemandangan Sungai Han di malam hari juga sangatlah indah tidak kalah dengan taman Cheonggyechon stream park. Mereka berdua berada dekat dengan Jembatan Banpo. Di pinggiran jembatan banpo ini terdapat banyak sekali selang. Terkadang Jembatan ini mempertunjukan atraksi air mancur yang luar biasa menakjubkan seperti yang Hye Jin dan Jun Hoon lihat sekarang. Konon katanya jembatan Banpo menembakkan air mancur itu sekitar 190 ton tiap menitnya. Walaupun atraksi air mancur Jembatan Banpo sangatlah indah dan terkadang menunjukan warna pelangi tapi hal itu tidak bisa membuat suasana Hye Jin kembali baik. Sungai Han malam ini sangatlah sepi hanya ada mereka berdua. Baik Jun Hoon maupun Hye Jin tidak mengatakan sepatah katapun. Hanya terpaan angin dan suara mobil yang berlalu lalang di sekitar mereka terdengar sangatlah jelas, tapi itu tidak bertahan lama Jun Hoon benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Sebenarnya ada apa? Ceritakan padaku? Apa Kibum menyakitimu lagi?”.
“ Dia tidak datang, dia mengingkari janjinya karena terjadi sesuatu pada Hyu Ra. Kadang aku berpikir apakah Hyu Ra begitu penting bagi dirinya sehingga membatalkan janjinya padaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Hyu Ra? Tapi benarkah dia lebih mementingkan Hyu Ra daripada aku istrinya? Aku sangat merindukannya, aku ingin merasakan kehangatan pelukannya tapi sepertinya dia tidak mengerti”. untuk ketiga kalinya Hye Jin meneteskan air mata. Jun Hoon meraih wajah Hye Jin dengan kedua tangannya dan mengusap air mata dipipinya dengan ibu jarinya.
“Aku mohon Jangan menangis lagi ada aku yang akan selalu menemanimu, ada aku yang selalu memperhatikanmu dan selalu ada untukmu. Aku tidak suka cara dia memperlakukanmu seperti ini”. Ucapnya lirih.
“Ini bukan kesalahan Kibum tapi ini sudah takdir antara aku, Kibum dan Hyu Ra. Takdir ingin melihat siapa yang bisa bertahan aku atau Hyu Ra. Hanya waktu yang bisa menjawab semuanya”. Hye Jin sudah tidak bisa menahan cairan bening dimatanya.
Jun Hoon terdiam dia menatap Hye Jin penuh makna begitupula dengan Hye Jin. Perlahan dia mendekatkan wajahnya pada wajah Hye Jin dan menempelkan bibirnya pada bibir mungil Hye Jin. Jun Hoon mencium gadis yang dia cintai itu penuh dengan segenap jiwanya. Sedangkan Hye Jin, batinnya bergejolak antara menolak atau tidak tapi pada akhirnya dia juga membalas ciuman Jun Hoon. Hye Jin tahu dia tidak boleh melakukan ini tapi rasa sakitnya yang begitu perih membuat dia melakukan hal ini, seolah dia mencari pelampiasan untuk semua apa yang terjadi. Detik berikutnya, kilatan cahaya menyambar wajah mereka berdua, sontak membuat keduanya membuka mata dan mencari sumber cahaya itu. Tanpa di duga oleh mereka, ternyata kilatan cahaya itu berasal dari seorang wartawan yang menguntit Jun Hoon beberapa hari ini. Jun Hoon yang mulai sadar segera mendekat pada pria itu tapi wartawan itu berlari menjauh darinya.
“Ya!!! Kau Berhenti! Hye Jin Aku pergi sebentar. Ya!! Berhenti kau brengsek!!”. 
Tanpa pamit Jun Hoon mengejar wartawan itu. Hye Jin terlihat shock, otaknya berpikir keras dengan apa yang terjadi sebenarnya detik kemudian dia baru sadar kalau ada seorang wartawan yang memotret dia dan Jun Hoon saat berciuman. Detak jantugnnya tidak karuan bukan karena efek dari ciuman itu tapi karena dia takut dengan yang terjadi di keesokan harinya. Pasti cepat atau lambat bahkan hari ini juga foto itu tersebar. Kalau memang terjadi hal seperti itu, bagaimana dengan karir Jun Hoon nanti? Kibum, nenek atau ibunya yang melihat foto itu. Ingin sekali dia ikut mengejar wartawan itu tapi kakinya sama sekali tidak bisa digerakkan. Tidak lama kemudian Jun Hoon datang dengan nafas yan tersengal-sengal, wajahnya menyiratkan kefrustasian.
“Jun Hoon-ah bagaimana apa kau berhasil menangkapnya?”Tanya Hye Jin khawatir. Jun Hoon hanya menggeleng karena sesak di dadanya akibat berlari tidak sanggup untuk berbicara. “Lalu bagaimana ini?bagaimana dengan karirmu nanti kalau foto itu tersebar”.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi firasatku mengatakan kalau ini merupakan awal yang buruk”.
“Jun Hoon-ah aku benar-benar minta maaf. Aku tidak seharusnya…”.
“Ini bukan salahmu. Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi pada diriku atau karirku nanti. Yang penting adalah pikirkan kondisimu sekarang, pikirkan apa yang akan kau lakukan jika keluargamu mengetahui hal ini. aku akan mencaritahu siapa wartawan itu lagipula aku sudah muak menjadi seorang actor yang penuh dengan kepalsuan dalam menjalani hidup dan sangat tidak nyaman dengan lingkungan disekitar kita. Sebenarnya aku ingin mengakhiri semua ini dan aku rasa ini adalah waktu yang tepat”.
“Jun Hoon-ah….”.
“Sudahlah lebih baik kita pergi bukankah kau ada janji dengan Kibum dirumah sakit”. Ucap Jun Hoon singkat sambil membuka pintu mobilnya seolah menyuruh Hye Jin segera masuk. Dengan ragu Hye Jin masuk kedalam mobil lalu kemudian di susul oleh Jun Hoon.
********
Dua puluh menit berlalu sampailah mereka berdua dirumah sakit tempat Hyu Ra di rawat. Jun Hoon sengaja tidak ikut karena dia akan mengurus dan mencari tahu siapa wartawan itu. Bukan hanya Jun Hoon yang khawatir dengan kedaan ini tapi Hye Jin lebih khawatir dengan semuanya. Hye Jin turun dari mobil dan memandang hampa mobil yang beranjak meninggalkannya. Dia berdoa semoga semuanya baik-baik saja. Karema Hye Jin tidak sanggup kalau itu benar-benar akan menyebar nantinya. Hye Jin berjalan di koridor dengan sesekali menghela nafas untuk menghilangkan semua bebannya. Langkah kakinya terhenti disebuah kamar, perlahan diapun masuk. sesaat dia sudah di dalam terlihat ibu Hyu Ra yang menangis sambil mengenggam tangan anaknya selain itu Kibum juga terlihat sangat gelisah melihat keadaan Hyu Ra yang seperti ini. selangkah demi selangkah Hye Jin mendekat kearah mereka, matanya sekarang terpaku pada pergelangan tangan kanannya yang di balut perban.
“Hyu Ra, Jangan tinggalkan Eomma. Bangunlah!!”. Ibu Hyu Ra terus menangis. Hye Jin tidak berkomentar apapun, matanya sekarang mengarah ke Kibum. Suaminya itu memberi isyarat padanya untuk keluar. Sesampainya diluar kamar mereka berdua duduk di kursi panjang dekat pintu kamar Hyu Ra.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengan Hyu Ra?”.
“Dia berusaha untuk bunuh diri. Untung disaat yang tepat aku masuk kedalam kamarnya tapi pada saat itu kondisinya sudah tidak sadarkan diri”. Jawab Kibum. “Maafkan aku, karena tidak menepati janjiku padamu Hye Jin. kejadian ini benar-benar diluar dugaanku”
“Tidak apa-apa aku bisa menyadari dengan apa yang terjadi sekarang”
            Hye Jin yang awalnya marah dengan Kibum, sekarang berubah menjadi perasaan kasihan pada suaminya, seperti ada beban berat yang ditanggungnya.  Hye Jin melihat selembar kertas yang digenggam erat-erat oleh Kibum dengan tangan bergetar. Ketika Hye Jin membuka mulutnya ingin bertanya itu kertas apa tiba-tiba terdengar suara ibu Hyu Ra yang memanggil-manggil nama Kibum. Dengan cepat mereka berdua kembali masuk kedalam kamar.
            “Ada apa bibi?”. Tanya Kibum singkat.
            “Hyu Ra sudah bangun lihatlah”. Kata Ibu Hyu Ra tersenyum gembira dengan pipi yang penuh air mata. “Hyu Ra syukurlah kau sudah sadar. Kalau bukan karena Kibum yang menyelematkanmu aku tidak tahu apa yang terjadi dengan kamu” Terlihat Hyu Ra dengan mata sedikit terbuka, bibir yang sangat pucat mengucapkan sebuah kata “Oppa” dengan sangat pelan. Ibu Hyu Ra yang mendengar itu langsung menanggapinya “ Oppa?! Kau ingin berbicara dengan Kibum”. Tanya Ibunya Hyu Ra pun mengangguk lemas. Kibum berjalan mendekat ke arah Hyu Ra, duduk disampingnya dan mengenggam tangan kanannya. Kertas yang digenggamnya tadi tergeletak disampingnya, karena penasaran Hye Jin mengambilnya.
            “Kenapa kau menolongku?apa oppa tahu kalau aku ingin sekali mati. Aku merasa hidup sekarang atau esok sama saja”. Kata Hyu Ra pelan “Tidak ada gunanya kalau aku tidak bisa memenuhi impian terakhirku. Aku hanya ingin di akhir hidupku mimpi itu akan menjadi nyata tapi sepertinya itu benar-benar tidak mungkin dan oppa atau bahkan Eomma tidak akan bisa mengabulkannya”.
            “Hyu Ra jangan berkata seperti itu, eomma akan berusaha mengabulkan impianmu. Demi kebahagiaanmu eomma akan melakukan apa saja, apa impianmu?katakanlah?”.
            Mata Hye Jin terbelalak lebar ketika melihat isi tulisan kertas itu. Bukan sebuah kata-kata panjang tapi hanya beberapa huruf  yang ditulis dengan darah itu adalah nama suaminya “Kim Kibum”. Dari situ Hye Jin tahu kalau Hyu Ra memang benar-benar sangat mencintai suaminya atau mungkin cinta Hyu Ra lebih besar daripada cintanya dan yang lebih membuat dia tak percaya dengan cintanya pada Kibum ketika Hye Jin mengingat kembali kejadian di dekat jembatan Banpo dengan Jun Hoon. Kalau memang dia mencintai Kibum tidak seharusnya dia melakukan hal itu. Dia benar-benar merasa sebagai istri terburuk didunia mungkin sebenarnya yang menjadi istrinya adalah Hyu Ra bukan dirinya. Matanya berair melihat tulisan darah  itu.
            “ Di saat akhir hidupku. Aku hanya ingin menikah dengan Kibum oppa”. Hyu Ra tersenyum pahit “aku tahu kalau itu tidak mungkin karena Oppa sudah menjadi suami orang lain”. Kata Hyu Ra. Baik Ibu Hyu Ra, Kibum dan Hye Jin sangat kaget dengan yang dikatakan Hyu Ra. Semua bibir terkunci rapat, apa lagi Kibum yang semua tubuhnya tidak bisa digerakkan. Hye Jin menatap Hyu Ra penuh arti.
            “Kalau begitu menikahlah”. Kata Hye Jin.
            Sontak semua wajah menoleh kearahnya dengan pandangan tak percaya.
********
            Sekarang Hye Jin dan Kibum berada di taman rumah sakit. Kibum berjalan sambil menggandeng tangan Hye Jin atau bahkan terlihat sedikit  menyeret istrinya. Hye Jin kesakitan dengan genggaman Kibum dipergelangan tangannya. Semua pasang mata yang ada di taman itu melihat kearah mereka tapi Kibum sama sekali tidak peduli. Dia benar-benar sangat marah dan kecewa kepada Hye Jin yang dengan gampangnya menyuruh dia dan Hyu Ra menikah. Kibum tidak berdaya dan tidak tega untuk menolak hal itu secara langsung karena dia ada di depan Hyu Ra. Ketika dia menemukan tempat yang aman untuk menyelesaikan masalah ini, Kibum menghempaskan tangan Hye Jin dengan kasar, wajahnya terlihat gusar dan merah padam menahan amarah.
            “Apa maksud dari ucapanmu itu Kim Hye Jin. Hah!!??” Tanya Kibum dengan nada tinggi.
            “Aku hanya ingin membantu Hyu Ra. Lagipula apa kau tidak melihat kalau Hyu Ra sangat mencintaimu. Dia menulis namamu dengan darahnya, apa kau tidak melihatnya?”.
            “Tapi aku tidak mencintainya. Aku mencintaimu, apa kau ingin aku benar-benar menikah dengannya? Hah!! Kenapa kau begitu tega menyuruh suamimu menikah dengan orang lain!!”.  Bentak Kibum.
            “Aku kasihan pada Hyu Ra. Apa salahnya kau membuat hidupnya bahagia di saat-saat terakhirnya. Lagipula cinta Hyu Ra sangat besar padamu. Jujur aku tidak akan berani melakukan hal itu demi dirimu. Seharusnya disini yang menjadi istrimu bukanlah aku tapi Hyu Ra!!! Apa kau mengerti!!”.  Hye Jin membalas perkataan Kibum dengan bentakan yang tak kalah keras dengan berlinang air mata.
            “Ahh, apa katamu membuat hidupnya bahagia tapi dengan mengorbankan pernikahan kita. Menghancurkan sendiri rumah tangga kita. Apa jangan-jangan kau ingin bercerai denganku?kalau itu yang kau inginkan sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu. apa Kau tidak mencintaiku lagi!! Apa karena Jun Hoon yang sekarang ada disisimu, selama aku tidak ada disampingmu lalu kau mencintainya dan mencampakanku”.
            “Aku juga tidak akan pernah ingin kita bercerai karena aku juga sangat mencintaimu. Di menara namsan aku berjanji kalau aku akan menemanimu apapun yang terjadi dan aku tidak akan mengingkari itu. Apa kau lupa akan hal itu!! Ini sama sekali bukan karena Jun Hoon, ini karena cinta Hyu Ra yang begitu besar padamu mungkin melebihi cintaku padamu”. Hye Jin menatap Kibum penuh ketegasan dan keyakinan sehingga membuat Kibum tidak perdaya lagi membantahnya.
            “Lalu apa yang kau inginkan, apa kau ingin aku menduakanmu hah?!! Jawab aku”. Tanya Kibum mengguncang-guncang pundak Hye Jin dengan kedua tangannya. Hye Jin terdiam, dengan diamnya Hye Jin Kibum mengerti yang diinginkan oleh istrinya. Kibum perlahan melepas tangannya dari pundak istrinya “Baiklah, aku mengerti. Kalau itu yang kau inginkan akan aku lakukan. Tapi aku harap kau jangan menyesal dengan keputusanmu yang ceroboh ini”.
            Kibum kemudian berjalan menjauh. Hye Jin hanya bisa menangis melihat kepergian Kibum. Semua yang direncanakan dari awal oleh Hye Jin berantakan. Syal yang dibuatnya dengan susah payah tidak jadi diberikan pada suaminya bahkan hasil USG, kado special buat suaminya kalau dia hamil juga gagal. Semua hancur. Tiba-tiba Kibum menoleh ke arahnya dengan pelupuk mata yang basah karena menahan jatuhnya air mata.
            “Terima kasih atas hadiah ulang tahunku yang menyakitkan ini Hye Jin”. Kibum berbalik dan pergi menjauh.
            Mendengar ucapan Kibum membuat tubuh Hye Jin lemas. Dia kemudian menyandarkan tubuhnya di sebuah kursi panjang, menangis dengan semua kejadian yang menimpanya. Menangis karena dia melakukan hal seperti ini. semuanya benar-benar terasa berat  baginya.
***********
            Keesokan harinya, Hye Jin masih melakukan aktivitas seperti biasanya walaupun ada perasaan was-was di hatinya karena hal yang terjadi antara Jun Hoon dan dirinya. Hye Jin benar-benar berharap kalau wartawan itu sadar kalau  tidak seharusnya mereka menghancurkan karir Jun Hoon. Kibum tidak pulang, tentu saja dia memilih tinggal dan menemani Hyu Ra karena dia merasa sangat kecewa dan tersakiti olehnya.. Hye Jin tidak menyangka kalau pernikahannya dengan Kibum akan serumit ini. Selama perjalanan kesekolah dia tidak menemukan adanya Koran atau apapun yang memuat berita skandal tentang Jun Hoon. Hye Jin bisa bernafas lega dengan begini dia bisa sedikit tenang menjalani harinya, dan masalahnya setidaknya tidak bertambah. Selang sepuluh menit dia menempuh perjalanan, Hye Jin sudah sampai disekolahnya. Semua pasang mata melihat kearahnya dan sesekali mereka saling berbisik satu sama lain. Perasaan Hye Jin mendadak tidak enak, dia yakin pasti sudah terjadi sesuatu atau mungkin seluruh sekolah sudah mengetahui sesuatu. Dari kejauhan dua sahabat mereka Soo Yun dan Chang Hyun berlari menuju ke arahnya.
            “Ya!! Hye Jin-ah, apa yang aku lihat itu bohong kan dan itu bukan dirimu kan?”. Tanya Soo Yun.
            “Apa yang kalian katakan, aku tidak mengerti”. Jawab Hye Jin ragu, padahal sebenarnya dia agak yakin kalau itu adalah masalah dirnya dan Jun Hoon.
            “Lebih baik kau ikuti aku”. Ujar Chang Hyun menarik tangan Hye Jin dan mengajaknya di laboratorium komputer.
Di dalam lab computer itu terdapat banyak sekali siswa yang datang dan saat Hye Jin masuk suara bising yang mereka buat mendadak menghilang dan melihat ke arahnya dengan pandangan sinis. Hye Jin mengalihkan pandangannya ke layar computer. Begitu terkejutnya dia, memang benar tidak ada berita tentang Jun Hoon dan dirinya di Koran tapi berita itu menyebar melalui internet. Foto ciuman mereka terlihat sangat jelas dan yang lebih mengagetkan lagi ada beberapa foto Hye Jin yang diambil secara diam-diam. Hye Jin merasakan seperti ada batu yang sangat besar jatuh dikepalanya. Kepalanya mendadak pusing, dadanya sesak kehabisan nafas.
“Hye Jin-ah ini bohong kan?” Tanya Soo Yun.
“Ini….ini….hanya….”. Ucap Hye Jin terbata-bata.
Tiba-tiba Hye Jin merasa ada seseorang yang berjalan kearahnya dari belakang. Perlahan Hye Jin menoleh dan melihat orang itu. Perasaan Hye Jin semakin tidak karuan karena melihat Kibum yang berdiri dismpingnya, mengepalkan tangannya dan memandang kearahnya geram. Bibir Kibum bergetar hebat menahan amarahnya. Hye Jin menggelengkan kepalanya seolah dia ingin menjelaskan sesuatu pada Kibum.
“Bagus sekali. Jadi ini alasanmu. Aku tahu sekarang kenapa kau menyuruhku menikah dengan Hyu Ra, ternyata ini semua alasannya. Kau benar-benar wanita berbisa Kim Hye Jin”. Kata Kibum. Mendengar ucapan Kibum sontak membuat Soo Yun dan Chang Hyun shock.
“Apa?? menikah dengan Hyu Ra?!” ucap Chang Hyun tiba-tiba.
“Kibum-ah ini hanya salah paham kejadian sebenarnya….”.
“Jangan bicara lagi padaku. Aku sama sekali tidak peduli dengan semua omonganmu. Sekarang aku benar-benar membencimu”. Kibum berjalan Keluar. Kursi yang menghalanginya di tendangnya kuat-kuat sehingga membuat suara keras karena benturan kursi dengan dinding. Hye Jin sudah tidak bisa menahan air matanya.
“Ya! Hye Jin-ah tolong ceritakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi?”. Ujar Soo Yun mengelus-ngelus pundak sahabatnya.
Mereka bertiga keluar dari lab computer, dan berjalan menuju ke sebuah ruang kelas kosong yang sudah tidak terpakai. Hye Jin duduk dengan terus menundukan kepalanya, dua sahabatnya Soo Yun dan Chang Hyun sudah berada di depannya untuk meminta kejelasan perihal yang dikatakan Kibum tadi. Soo Yun benar-benar merasa kasihan pada sahabtanya, dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa untuk membantunya.
“Katakan pada kami sebenarnya Hye Jin”. Soo Yun lagi-lagi angkat bicara. Hye Jin menghela nafas panjang lalu detik berikutnya dia mulai bercerita dengan apa yang terjadi secara detail tidak ada yang dikurangi atau ditambahi. Soo Yun dan Chang Hyun menyimak penuh konsentrasi, mereka tidak mau melewatkan satu patah katapun yang keluar dari mulut Hye Jin. sekitar lima menit lebih Hye Jin bercerita, baik Soo Yun dan Chang Hyun manggut-manggut.
“Jadi seperti itu kronologisnya?”. Tanya Soo Yun. Hye Jin mengangguk dan terus saja menangis. Melihat sahabatnya yang seperti itu, Soo Yun tak tahan lagi untuk tidak memeluknya dan sebisa menenangkannya. “Jangan bersedih lagi, aku dan Chang Hyun akan selalu ada untukmu”.
“Lalu Hye Jin-ah apa Kibum benar-benar akan menikah dengan Hyu Ra?”. Tanya Chang Hyun.
“Aku tidak tahu, aku benar-benar tidak tahu”. Jawab Hye Jin.
“Apa Kibum tahu kalau kau hamil?”. Soo Yun terus bertanya sambil memeluk sahabatnya. Hye Jin menggeleng. “Kau tidak memberitahunya?” Hye Jin menggeleng lagi.
“Apa!! Hye..Hye Jin HAMIL!!!”. Chang Hyun  tidak sadar kalau suaranya sangatlah keras. Soo Yun melotot kearah kekasihnya. Chang Hyun yang takut kembali duduk dengan tenang. “Wah, ternyata Kibum hebat. Aku jadi penasaran bagaimana cara dia melakukannya?”. PLAAAAAAK!!! Soo Yun memukul kepala Chang Hyun dengan kuat. Sontak Chang Hyun meringis kesakitan dan mengelus-elus kepalanya. “YA!!  Kenapa kau memukulku?”.
“Apa kau gila!! Di saat seperti ini bukan saatnya untuk memikirkan hal-hal yang aneh seperti itu. Apa kau mengerti!!”. Kata Soo Yun marah. Si Chang Hyun tidak berani membantahnya tapi bibirnya komat-kamit sendiri. “Hye Jin, aku akan berusaha membantumu untuk keluar dari masalah ini”.
“Terima kasih Soo Yun-ah”.
**********
Di dalam kelas Hye Jin duduk sendirian. Walaupun ada Kibum tapi dia sama sekali tidak mau menyapa atau melihat kearahnya bahkan karena marahnya dia pada Hye Jin, ketika Hye Jin masuk Kibum langsung keluar. Soo Yun dan Chang Hyun juga keluar sebentar karena ada urusan sedangkan Jun Hoon alias Kevin belum datang, atau mungkin dia tidak datang karena masalah rumit ini menimpa dirinya tentunya dia akan menyelesaikan masalahnya sendiri. Semua pasang mata dikelas melihat kearahnya. Suasana seperti ini membuat Hye Jin tidak nyaman. Hye Jin merasa ada tiga orang gadis yang berdiri di depannya.
“Ya!, kau Kim Hye Jin. apa kau gila? Beraninya kau mencium Kevin?bagaimana bisa kau mengenalnya?dia kelas satu sedangkan kau kelas tiga” Kata gadis pertama.
“Aku yakin kalau dia yang menggoda Kevin lebih dulu dan menciumnya. Tidak mungkin Kevin suka dengan gadis sepertimu”. Ucap gadis kedua. Hye Jin teus diam menerima cacian seperti itu dari teman sekelasnya.
“Kenapa Kevin mau berciuman dengan gadis sepertimu?. Dasar gadis murahan. Kami penggemar Kevin sangat-sangat membencimu”. Ujar gadis ketiga.
Sooooorrrrrr!! Sekaleng tepung menghujani kepala Hye Jin. Seolah tidak ada tenaga dia melawan orang-orang yang semena-mena terhadapnya, padahal dia dulu bukan gadis seperti ini. Hye Jin membersihkan rambut beserta tubuhnya yang putih karena tepung. Semua teman sekelas tidak ada yang membantu malah semua pada syik tertawa melihat dia yang perlakukan seperti ini. Matanya menitihkan air mata dia benar-benar lelah dengan semua ini.
“Apa yang kau lakukan pada Hye Jin?”. Kata seseorang dengan suara bass yang khas. Semua mata terpana melihat seorang pria tampan berseragam memasuki kelas. Hye Jin sedikit lega mlihat kedatangannya. Pria itu menghampiri tiga gadis yang me-bully Hye Jin dan menatap mereka sinis.
“Omo..Kevin oppa, kenapa kau bisa ada disini?”. Tanya gadis ketiga. “Kenapa kau memakai seragam sekolah kami, apa kau pindah sekolaha disini?”. Wajahnya semu merah karena malu. Tanpa menjawab Kevin melihatkan nama di dadanya. “Choi Jun…Jun Hoon”.
“Benar tanpa sepengetahuan kalian aku bersekolah disini dan menyamar. Kenapa? Kalian terkejut. Jun Hoon yang sering kalian Bully, Jun Hoon yang sering katakan culun dan masih banyak lagi”. Suasana kelas yang tadinya sunyi menjadi berisik karena kehebohan ini. “Kenapa kalian memeperlakukan Hye Jin seperti ini?”.
“Karena kami tidak suka melihat Hye Jin menggodamu oppa”. Jawab gadis kedua.
“Hye Jin sama sekali tidak menggodaku. Aku yang menggodanya karena aku mencintainya”. Ujar Jun Hoon tegas. Ketiga cewek tadi terlihat sangat shock bahkan satu diantara mereka ada yang pingsan. Jun Hoon mengambil sapu tangan dari tasnya dan membersihka rambut dan tubuh Hye Jin dari tepung. Soo Yun dan Chang Hyun datang, mereka berdua terkesiap melihat Hye Jin yang putih karena tepung.
“Omo, Hye Jin-ah apa yang terjadi padamu?”. Tanya Soo Yun panik. Dia tidak menyadari kalau ada seorang pria tampan disampingnya.
“Tadi ada seorang gadis yang menumpahkan tepung ini padanya karena berita yang menyebar”. Jawab Jun Hoon sambil terus membersihkan tubuh Hye Jin.
“Aisshh, mereka benar-benar keterlalu..”. kata-katanya terhenti ketika matanya tanpa sengaja melihat pria yang ada disampingnya. Baik Soo Yun maupun Chang Hyun menelan ludah melihat seseorang yang hari ini menjadi hot news di dunia maya atau mungkin sebentar lagi menjadi hot news di media elektronik. “Kau….kau bukannya Ke..Kevin”. Tanya Soo Yun gelapagan.
“Iya be..benar kenapa kau ada disini?” ujar Chang hyun, sebelum Jun Hoon menjawab mata Chang Hyun tertuju pada nama dada Kevin. “Choi Jun Hoon. Omo kau itu adalah Jun Hoon!!”. Chang Hyun membelalakan kedua matanya.
“Iya, maaf aku telah membohongi kalian. Aku memang menyamar agar aku mendapatkan perlakuan yang sama seperti murid lain dan tentunya aku merasa nyaman kalau tidak ada orang yang mengenalinku. Maafkan aku”. Kata Jun Hoon menyesal.Soo Yun dan Chang Hyun hanya bisa melihat Jun Hoon alias Kevin terbengong-bengong.
Perhatian untuk murid yang bernama Kim Hye Jin dan Choi Jun Hoon, harap segera datang di ruang kepala sekolah.

Suara sound di dalam kelas terdengar sangat keras. Sesaat Jun Hoon dan Hye Jin berpandangan. Mau tidak mau mereka harus mau datang ke ruang kepala sekolah. Mereka benar-benar dalam masalah besar.  Mereka tahu kalau akan mendapatkan sanksi. Hye Jin beserta Jun Hoon berjalan secara perlahan menuju ruang kepala sekolah. Setelah sampai mereka membuka pintu dan mulai masuk dengan sedikit ragu. Ternyata tidak ada hanya kepala sekolah namun juga guru-guru lainnya.
“Kalian sudah datang, duduklah”. Ujar kepala sekolah. Baik Jun Hoon maupun Hye Jin duduk tepat di depan kepala sekolah. Mereka berdua menundukan kepala karena merasa malu dengan kejadian yang sudah mereka lakukan. “Baiklah, aku tidak akan basa-basi. Kevin-ssi, kami pihak sekolah sudah berusaha untuk menyembunyikan identitasmu sebaik mungkin. Tapi kenapa ini semua bisa terjadi?kenapa kau bisa ceroboh seperti ini dan lebih parahnya lagi skandalmu menyangkut nama baik sekolah ini. lalu apa yang akan kau lakukan sekarang?”.
“Maafkan saya pak kepala sekolah, aku tahu ini kecerobohan saya”. Kata Jun Hoon singkat. Mata Kepala sekolah itu sekarang beralih melihat Hye Jin.
“Dan kau Hye Jin, apa orang tuamu sudah tahu tentang hal ini?walaupun kamu adalah seorang murid yang agak bandel tapi kami sangat mengkhawatirkanmu. Kenapa dengan seragammu putih seperti ini? apa kau di bully oleh murid disini setelah mengetahui kejadian ini.”. Tanya Kepala sekolah.
“Sejauh ini belum tapi saya yakin orang tua saya akan tahu. Masalah di bully aku bisa mengatasinya pak kepala sekolah”. Ucap Hye Jin.
“Aku dan semua guru disini sudah memutuskan sesuatu. Kalian berdua tahu kalau sekolah kita adalah sekolah teladan dan terpandang di Negara kita. Hanya karena kasus beberapa orang membuat image sekolah ini buruk dalam sekejap tanpa mempedulikan prestasi yang sudah di capai oleh sekolah kita. Aku beserta guru tidak ingin hal ini terjadi lagi. Kami hanya…”.
“Apa bapak akan mengeluarkan kami?”. Sergah Hye Jin.
“Tidak bukan kau Hye Jin, tapi kami ingin minta maaf pada Kevin. Kami tidak bisa menerima dia lagi sebagai murid disekolah kami lagi, kami tidak mau ada kejadian macam ini terulang kembali. Kevin-ssi kau lebih cocok bersekolah di sekolah seni karena disitu kau bisa mengembangkan actingmu dan vocalmu serta…”.
“Pak kepala sekolah ini tidak seharusnya…”. Sergah Hye Jin lagi
“Aku mengerti. Lagipula sebelum bapak mengeluarkan saya, saya berniat untuk mengundurkan diri dari sekolah ini karena untuk sementara aku akan pergi ke London. Memulai karirku dari awal lagi dan berlatih di sekolah acting yang ada disana. Maaf kalau selama ini sudah merepotkan kalian, saya juga berterima kasih atas kerja sama guru dan kepala sekolah karena mau membantu untuk menyembunyikan identitas saya yang sebenarnya. Aku sangat berterima kasih dan minta maaf” Jun Hoon berdiri lalu kemudian membungkuk 90 derajat kepada semua guru yang hadir di dalam ruang kepala sekolah.
“Jun Hoon-ah….”. Kata Hye Jin namun Jun Hoon hanya membalasnya dengan senyuman.
********
Di atas gedung sekolah terlihat Kibum berdiri sendirian melihat pemandangan kota di sekitar sekolah, angin yang bertiup dengan lembuta menerpa wajahnya. Pikirannya mengulang kembali kejadian dimalam ulang tahunnya. Kibum tersenyum pahit, air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi. Dia tidak menyangka kalau Hye Jin dengan mudah menyuruhnya menikah dengan Hyu Ra. Kibum tahu ternyata demi Jun Hoon Hye Jin seperti ini padanya. Foto ciuman itu benar-benar terlihat nyata tanpa rekayasa tapi walaupun begitu Kibum tidak sanggup kalau berpisah dengan Hye Jin, sampai detik inipun hatinya masih mencintai Hye Jin walaupun dia sudah mengoreskan luka yang menganga lebar di hatinya. Tiba-tiba ponsel Kibum berbunyi tertera nama Nenek di layar ponselnya. Kibum tahu kalau nenek ingin bertanya dengan apa yang sebenarnya dengan berat hati Kibum mengangkat ponselnya.
“Ya!!! Kim Kibum, apa yang sebenarnya terjadi!! Kenapa orang tua gadis bernama Hyu Ra datang kesini meminta kau menikahi anakanya dan kenapa ada artikel seperti itu tentang Hye Jin. Nenek tidak mau tahu, kau dan Hye Jin harus kerumah nenek sekarang!!!”.
Tuuutttt. Nenek langsung menutup telfonnya. Kibum tidak sempat mengatakan apa-apa. Drap..drap..drap!! terdengar suara langkah kaki datang mendekat ke arahnya. Kibum menoleh melihat siapa yang datang. Raut mukanya berubah tidak menyenangkan ketika tahu orang itu adalah Jun Hoon. Melihat wajah Jun Hoon ingin sekali dia memukulnya.
“Ternyata kau disini. Aku pikir disini tidak ada orang ternyata dugaanku salah besar”. Kibum tidak menaggapi omongan Jun Hoon dia terus menatap ke arah lain. “Sebelumnya aku minta maaf tentang artikel yang menyebar antara aku dan Hye Jin. Awalnya aku tidak punya niat untuk melakukan hal itu padanya, tapi melihat Hye Jin yang menangis karena kau membatalkan janji padanya membuatku tak tahan untuk menghiburnya”. Kata Jun Hoon.
“Apa menghibur katamu! Apa dalam pikiranmu menghibur Hye Jin hanya dengan cara seperti itu?”. Tanya Kibum dengan wajah merah padam menahan emosi.
“Aku ingin sekali menciumnya karena aku mencintainya tidak peduli dia itu istrimu atau bukan”
BUUUK!!! Kibum meninju pipi Jun Hoon dengan Kuat sehingga membuat Jun Hoon terhuyung jatuh kelantai dan membuat pinggiran mulutnya berdarah. Jun Hoon mengusap bagian yang terluka dengan tangannya. Kepalanya terasa sedikit pusing, rasa sakit bukan hanya dirasakan oleh Jun Hoon tapi Kibum juga merasakan nyeri yang luar biasa di tangan kanannya. Jun Hoon dengan susah payah berdiri walau agak sedikit sempoyongan.
“Ah, apa hanya sekecil itu kemampuanmu, Kim Kibum? Ternyata kau pria yang lemah. Ayo pukul aku lagi, ayo!! Apa kau takut!!”. Tantang Jun Hoon.   
“Kau itu benar-benar…”.
 BUUUK!! BUUUK!! Pukulan bertubi-tubi dihujamkan pada Jun Hoon. Jun Hoon sama sekali tidak melawan karena dalam hatinya dia ingin menebus semua kesalahan yang sudah diperbuat olehnya. Karena ulah dia Hye Jin di bully dan di buat bahan omongan oleh semua orang di sekolah bahkan di lingkungan sekitarnya. Ini benar-benar tidak bisa di maafkan membuat orang yang dicintainya sekarang merasa tidak nyaman. Mereka berdua sekarang tergeletak terbaring menatap langit yang biru dengan nafas yang terengah-engah. Wajah Jun Hoon memar sedangkan tangan Kibum memerah.
“Dia sangat mencintaimu Kibum, benar-benar mencintaimu. Jangan salah paham padanya karena adanya artikel seperti itu. Aku yang memulai semuanya, aku yang memulai menciumnya. sebelum aku pergi Aku benar-benar minta maaf dan berterima kasih padamu”
“Pergi dan berterima kasih?”.
“Iya, untuk sementara aku berhenti di dunia hiburan. Aku ingin bersekolah acting dan music di London. Aku ingin lebih mengasah kemampuanku, dan memulai semuanya dari awal lagi. Aku bereterima kasih karena kau sudah memukulku karena dengan ini aku merasa sudah menebus kasalahanku yang sudah masuk di antara kehidupan kalian”.
“Apa ini lebih tepatnya kau melarikan diri sekarang?”. Tanya Kibum.
“Aku rasa seperti itu”, Jun Hoon tersenyum pada Kibum, namun Kibum tidak membalas senyuman Jun Hoon malah sekarang dia merasa bersimpatik pada orang yang sudah habis-habisan dipukulnya.
*******
Hye Jin duduk bersandar di kaca bis, dengan headphone yang terpasang ditelinganya. Lagu mandy moore – only hope menemani kepedihan batin yang dirasakan olehnya sekarang. Bis yang ditumpanginya sepi hanya ada dia dan Kibum. Kibum duduk berjauhan dengannya. Sesekali Hye Jin melihat kea rah Kibum namun Kibum sibuk melihat pemandangan di luar jendela. Hye Jin yakin nenek akan marah besar nanti karena ulah mereka berdua. Tidak lama kemudian mereka sampai di jalan yang di tuju. Hye Jin berjalan lebih dulu dariapa Kibum. Dari belakang Kibum terus melihat Hye Jin dengan segenap perasaannya. Ingin sekali Kibum memeluk dan meminta maaf atas kesalah pahamannya terhadap Hye Jin yang mengira kalau dia menyuruh menikah dengan Hyu Ra karena Jun Hoon ternyata itu salah besar, tapi apapun alasannya Kibum masih sakit hati dengan perkataan Hye Jin. Sekarang mereka sudah sampai di rumah nenek, Kibum berdiri disamping Hye Jin tepat di depan pintu, menunggu pintu terbuka. Tak lama kemudian pintu terbuka. Di ruang tamu nenek sudah duduk dengan print out artikel yang lagi menyebar di internet . Perlahan mereka duduk. Nenek memandang mereka gusar dan penuh amarah, ternyata tidak nenek saja yang ada namun ibu Hye Jin dan orang tua Kibum juga ada.
“Tolong jelaskan padaku ada apa dengan semua ini!!!”. nenek berteriak marah sambil membanting print out artikel tentang skandal Jun Hoon dan dirinya. Melihat nenek yang amarahnya tak bisa di control membuat Hye Jin sedih dan merasa sangat bersalah. Hye Jin memohon dengan cara berlutut dihadapan nenek.
“Nenek maafkan aku, ini benar-benar kesalahanku. Aku benar-benar minta maaf”. Kata Hye Jin menangis sesenggukkan.
“Minta maaf katamu. Kau sudah membuat malu nenek dan keluargamu secara tidak langsung. Apa pantas seorang wanita yang punya suami berciuman dengan pria lain di tempat umum hah?! Apa yang ada di pikiranmu saat itu Hye Jin, kau itu benar-benar…”. Belum sempat nenek melanjutkan perkataanya. Dia dikejutkan oleh tingkah cucunya yang ikut berlutut di depannya.
“Nenek, ini bukan kesalahan Hye Jin seutuhnya ini sebenarnya adalah kesalahanku karena aku telah membuat Hye Jin menunggu selama berjam-jam karena terjadi sesuatu dengan Hyu Ra”. Ucap Kibum penuh penyesalan.
“Hyu Ra? Ah nenek ingat tadi pagi ada seorang wanita datang kesini dan dia mengaku kalau dia Ibu dari Hyu Ra. Dia mengatakan padaku kalau kau berjanji akan menikahi putrinya benarkah itu Kibum? Jawab pertanyaan nenek”. Kibum mengangguk “Oh Tuhan, YA!! Kibum apa yang ada di otak kalian, atas dasar apa kau berjanji menikahi gadis itu?!!”
“Aku yang menyuruh Kibum untuk menikahi Hyu Ra nek”. Hye Jin menoleh ke Kibum begitu juga Kibum. Terbesit rasa bersalah yang teramat besar dari diri Kibum karena dia sempat membenci bahkan marah pada istrinya “Hyu Ra adalah seorang gadis yang mencintai Kibum lebih dari apapun bahkan melebihi cintaku padanya. Sebenarnya Hubungan mereka sudah terjalin lama jauh sebelum Kibum datang ke Seoul. Hyu Ra mengidap Leukimia, karena dia tidak bisa memiliki Kibum dia nekat untuk bunuh diri tapi untung Kibum cepat menyelematkan nyawanya. Hanya satu impian Hyu Ra, dia ingin menikah dengan Kibum di akhir hidupnya. Aku tidak tega melihat Hyu Ra seperti itu dan dengan tulus aku menyuruh Kibum untuk menikahinya. Aku rela di duakan oleh Demi kebahagiaan Hyu Ra, aku mohon ijinkanlah Kibum Nek”.
Nenek tidak bisa mengatakan apapun. Nenek memang mengakui kalau Hye Jin adalah seorang yang sangat baik demi kebahagiaan orang lain yang sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk hidup dia rela mengorbankannya kebahagiaannya sendiri. Bukan Hanya Hye Jin namun cucunya juga seperti itu walaupun dia anak yang suka memberontak ternyata ada jiwa yang lembut di dalamnya, tentunya nenek juga bukanlah orang yang tega melihat penderitaan orang lain, dan dengan berat hati nenek akhirnya memutuskan untuk mengijinkan cucunya menikah lagi. Nenek benar-benar tidak menyangka kalau di usia mereka yang belia akan mengalami masalah serumit ini, terbesit sedikit rasa menyesal karena sudah menikahkan mereka di usia muda.
“Baiklah, lakukan apa yang ingin kau lakukan. Nenek sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi”. Nenek berjalan menjauh ke kamar meninggalkan mereka. Kibum secara tiba-tiba menoleh dan berdiri lalu kemudian mengatakan suatu hal.
“Aku sangat mencintai Hye Jin nek, kami sudah melakukan hal selayaknya suami istri. Aku hanya ingin nenek tahu kalau aku hanya mencintai Hye Jin, bukan hanya nenek ibu mertua, Appa, Eomma kami sudah bertindak terlalu jauh. Mungkin ini tidak membantu untuk menyelesaikan masalah tapi setidaknya kalian tahu kalau aku sudah mencintai Hye Jin. Dan aku melakukan ini karena permintaan Hye Jin dan hati nuraniku yang ingin membuat Hyu Ra bahagia di akhir hidupnya”.
*********
Malam harinya di Rumah sakit….
Disebuah kamar dimana Hyu Ra dirawat. Terlihat ibu Hyu Ra lagi sibuk mengepak baju putrinya ditas yang besar,  dokter mengatakan kalau Hyu Ra sudah bisa pulang karena kondisi fisiknya sudah stabil tapi tidak untuk penyakit leukemia yang di deritanya. Hyu Ra duduk diam dan termenung. Banyak sekali hal yang dilamunkannya, dia tiba-tiba tersenyum ketika tahu kalau Kibum bersedia menikahinya tapi senyum itu hilang seketika ketika dia sadar kalau Kibum sudah tidak mencintainya. Hyu Ra merasa kalau dirinya adalah orang yang sangat jahat di dunia ini. sudah tahu orang yang di cintainya sudah menikah malah dia ingin menikah dengannya juga. Mungkin dia bisa dikatakan perusak rumah tangga orang,  tapi walaupun begitu dia tidak mau hanya gara-gara adanya dia di kehidupan mereka sehingga membuat mereka bercerai. Yang di inginkan Hyu Ra adalah walaupun Kibum menikahinya tapi dia tidak menceraikan Hye Jin.
“Hyu Ra, apa yang sedang kau pikirkan?” Tanya ibunya.
“Tidak Eomma aku hanya terbayang-bayang Kibum Oppa”. Jawab Hyu Ra.
Tok..tok..tok.. terdengar seseorang mengetok pintu. Ibu Hyu Ra pun menyuruh orang itu masuk, ternyata orang tersebut adalah Kibum. Melihat kehadiran Kibum, Hyu Ra yang tadinya diam dan terkesan sedih, wajahnya mendadak berubah ceria dengan wajah yang memerah karena malu. Kibum langsung ambil posisi duduk di samping Hyu Ra dan menanyakan keadaannya.
“Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik?”. Tanya Kibum super ramah.
“Eung, karena kehadiran oppa disni semua yang sakit langsung sembuh hehehe”  Hyu Ra benar-benar bahagia ketika tahu Kibum datang untuk menjemput dan mengantarkan dia kerumahnya.
“Bersiap-siaplah untuk besok karena orang tuaku ingin sekali bertemu denganmu lagi dan membicarakan tentang pernikahan kita nanti, Bagaimana perasaanmu?”.
“Kiaaaa!! Benarkah oppa kalau orang tuamu ingin membicarakan tentang tanggal pernikahan kita?”. Tanya Hyu Ra kegirangan. Air matanya menetes bukan karena sedih tapi karena dia sangat bahagia dengan apa yang didengarnya sekarang. Kibum hanya mengangguk serta tersenyum ketika menjawab pertanyaan Hyu Ra. “Kiaaa!!! Eomma orang tuanya mengundang kita”.
“Benarkah itu Kibum-ssi, apa kau tidak bohong?”. Tanya Ibu Hyu Ra nggak yakin.
“Iya benar bibi aku tidak bohong jadi bersiap-siaplah”. Ujar Kibum dengan senyum manisnya.
Terlihat sekali disini kalau Hyu Ra sangat bahagia. Walaupun Kibum berat melakukan itu semua namun setidaknya dia membuat orang yang sakit bahagia dan mempunyai semangat hidup kembali.
**********
Jun Hoon berdiri lengkap dengan jasnya, matanya menatap pemandangan kota Seoul di kaca jendela rumahnya atau lebih tepatnya adalah apartemennya. Mata Jun Hoon tak henti-hentinya menelisik semua keadaan di sekitarnya. Hiruk pikuk kota Seoul, kesibukan kota Seoul, keramahan dan kelucuan orang Seoul yang sebentar lagi akan dia tinggalkan dan untuk beberapa tahun kedepan tidak akan bisa melihat hal itu lagi karena dia harus ke London. Akhir-akhir ini terasa berat baginya, banyak sekali kejadian yang tidak mengehnakan terjadi dalam hidupnya. Salah satunya adalah kisah cintanya yang tak berjalan mulus, di saat dia baru pertama kali mencintai seseorang tapi gadis itu mencintai pria lain bahkan sudah menjadi istri orang lain. Banyak sekali pengorbanan yang dia berikan pada Hye Jin tapi itu semua sia-sia perhatian dan kebaikannya tidak merubah perasaan Hye Jin padanya. Jun Hoon sama sekali tidak menyesal dengan yang sudah di perbuat.
            “Apa kau sudah siap?”. Tanya seorang pria dewasa secara tiba-tiba. Lamunan Jun Hoonpun buyar seketika. Wajah pria itu tampak tegang padahal yang akan menghadapi masalah ini nanti adalah dirinya.
            “Aku sudah siap Hyung”. Jawabnya singkat.
            “Aku ingin bertanya sekali lagi padamu, apa kau yakin dengan keputusan ini? tidakkah kau ingin berpikir kembali? Tanya orang itu, dia berusaha untuk meyakinkan pada Jun Hoon sesuatu.
            “Aku yakin dan aku tidak akan pernah menyesal dengan keputusan ini Hyung. Mengertilah”. Ucap Jun Hoon tegas, pria dewasa itu atau lebih tepatnya manajer Jun hoon alias Kevin hanya bisa menarik nafas lalu membuangnya pelang-pelan.
            “Baiklah kalau begitu, aku mengerti. Ini sudah waktunya, ayo kita kesana. Siapkan mentalmu”. Kata Manajer itu sambil menepuk-nepuk pundak Jun Hoon. Yang di lakukan Jun Hoon hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun.
Selangkah demi selangkah Jun Hoon dan manajernya keluar. Mereka sekarang menuju aula utama apartemen mewah yang dia tinggali ini. Sesampainya di depan pintu aula dan sebelum membuka pintu itu. Jun Hoon menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Jun Hoon melihat kea rah manajernya yang sudah dia anggap seperti kakak sendiri. Manajer itu membalas tatapan Jun Hoon dan mengepalkan tangan di depan wajahnya. Jun Hoon tahu isyarat itu. Manajernya memberi semangat padanya, Jun Hoon mengangguk. Kedua tangannya dengan sigap membuka pintu aula. Jun Hoon di sambut oleh puluhan wartawan yang dari tadi sudah menunggunya. Kilatan cahaya dari kamera memenuhi ruangan, matanya agak sakit karena kilatan-kilatan berwarna putih itu. Jun Hoon tanpa ragu berjalan menuju tempat duduk yang sudah disediakan untuknya. Suasana di aula ini sangatlah berisik. Selama karirnya menjadi artis Jun Hoon baru pertama kali mengadakan konfrensi pers seperti ini. Melihat wartawan yang begitu banyak membuat dirinya gugup dan sedikit salah tingkah namun dia ingat kalau dia harus melewatkan malam ini dengan sukses. Jun Hoon ini adalah saatnya, tenanglah. Batin Jun Hoon dalam hati.

==TBC==

Tidak ada komentar:

Posting Komentar