Rabu, 06 Juli 2011
FF/Early Marriage part 5
Tittle : “Early Marriage"
Author : Maulida Kimkeyong
Mian Cast :
-Kim Kibum SHINee
-Kim Hye Jin (Reader)
Support cast :
- Soo Yun (fiksi)
- Chang Hyun (Fiksi)
- Hyu Ra (Fiksi)
- Jun Hoon (Fiksi)
Length : Chapter
Genre : Friendship, romance
Rating : General
==Pat sebelumnya==
“Ini tiket untuk apa nek?untuk apa kita pergi ke Bali?Tanya Kibum
“Tentu aja untuk bulan madu kalian. baiklah nenek pergi dulu bersama orang tuamu. kalian boleh melanjutkannya”, senyum nenek penuh makna.
"APA!!!" Teriak meteka berdua. Kibum dan Hye Jin memandang amplop coklat itu secara bersamaan dengan tampang tidak percaya.
*******
Keesokan harinya di tempat yang sama alias dirumahnya Hye Jin. Pagi-pagi sekali terlihat Ibu Hye Jin sudah menyiapkan koper besar putrinya ternyata itu adalah baju-baju Hye Jin untuk bulan madu nanti. Tok..tok..tok.., Ibu Hye Jin mengetuk kamar Hye Jin, tidak lama kemudian Hye Jin membukakan pintu dengan wajah kusut dan mata yang masih setengah terpejam. Beliau mengintip kedalam kamar Hye Jin yang tanpa di sadari oleh putrinya, di dalam kamar beliau melihat Kibum yang terbaring di lantai dengan posisi tengkurap. Ibu Hye Jin hanya sekedar bisa menggelengkan kepala. Hye Jin ngeloyor menuju dapur, menuangkan air putih di gelasnya kemudian meneguknya. Ibu Hye Jin melihat putrinya seksama.
“Hye Jin-ah kalau kau sudah ada di Bali jagalah kesehatanmu”.
“Jadi, Ibu sudah tahu tentang rencana nenek ini??, Ibunya mengangguk dan tersenyum. “Tapi aku harus pergi kesekolah Ibu”.
“Kau tidak perlu cemas, nenek Kibum sudah mengurus semuanya”, Pagi-pagi begini Hye Jin moodnya sudah dibikin jelek oleh ibunya karena membicarakan tentang bulan madu. “Apa terjaadi sesuatu antara Kau dan Kibum tadi malam?”.
“Haish Ibu, Tidak terjadi apa-apa antara kami berdua”.
“Seharusnya terjadi apa-apa antara kalian berdua tadi malam”. Hye Jin memandang Ibunya dengan tatapan tajam. Tidak nenek dan tidak ibunya sama saja. “Aih..pandanganmu itu begitu menakutkan hehehehe. Hye Jin-ah. Sekarang kau dan suamimu bersiaplah untuk upacara pernikahan lanjutan di rumah mertuamu. Cepat mandi dan jangan lupa bangunkan suamimu”. Ibu Hye Jin mendorong punggung putrinya menuju ke kamarnya, beliau menutup pintunya, sambil tersenyum jahil.
Ketika masuk kembali ke dalam kamar. Hye Jin melihat Kibum yang tidur dengan mulut terbuka. Hye Jin perlahan mendekati Kibum dan berusaha membangunkannya. Tapi Hye Jin melihat sisi lain ketika Kibum tertidur, wajahnya terlihat imut sekali kalau tidur seperti ini. Hye Jin sedikit gemes melihatnya. Pandangan mata Hye Jin tertuju pada bibir Kibum yang tipis, kecil, seksi dan memerah itu. Tanpa sadar Hye Jin menelan ludah melihatnya, benar-benar membuat pikirannya ruwet. Dia kemudian menggelengkan kepalanya, untuk mengusir pikiran aneh yang ada di otaknya.
“Hei!! Kibum, cepat bangun. Ayo cepat!!’. Hye Jin membangunkan Kibum dengan cara menyenggol kakinya.
“Ah!! Berisik, iya aku tahu”. Kibum perlahan duduk dengan mata yang masih ngantuk. Tubuhnya sakit semua karena efek dari tidur di lantai semalaman. Kibum bangun sambil menepuk-nepuk punggungnya yang nyeri.
Semua sudah siap, Kibum beserta Hye Jin sudah lengkap dengan hanboknya untuk menuju kerumah orang tuanya. Hari ini hanya rentetan kecil upacara dari upacara pernikahan mereka kemarin. Upacra pernikahan ini disebut dengan “p’ye-baek”. Sudah banyak orang yang ada di rumah Kibum sekarang. Kibum dan Hye Jin berjalan masuk kedalam rumah dan melakukan prosesi pernikahan tambahan. Dalam upacara pernikahan ini, Hye Jin menawarkan korma dan chestnuts kepada orang tua Kibum, hal ini melambangkan anak-anak. Lalu orangtua Kibum menawarkan sake dan di lanjutkan melempar korma dan chestnuts pada Hye Jin yang mencoba menangkap keduanya dengan menggunakan baju pegantinnya. Jenis makanan yang dilemparkan oleh orang tua Kibum melambangkan keinginan untuk mendapatkan cucu bagi orang tua dan tentunya anak bagi Kibum dan Hye Jin. Hye Jin sedikit kuwalahan menangkap makanan yang di lempar oleh orang tua Kibum karena mereka melemparnya terlalu jauh, hal itu membuat Hye Jin terjatuh tengkurap di depan semua orang, tidak ada seorangpun yang menolongnya termasuk Kibum. Mereka semua menertawakannya tak terkecuali Kibum yang tertawa paling Keras, dia terlihat bahagia sekali melihat istrinya jatuh seperti itu. Tunggu pembalasanku Kim Kibum. Batinnya penuh amarah. Setelah upacara pernikahan selesai. Dilanjutkan dengan sesi foto bersama, walaupun dirumah Hye Jin melakukan hal itu tapi tidak enak kalau di hari pernikahan yang kedua tidak mengambil gambar untuk ini. Hye Jin kebanjiran permintaan foto dari banyak cowok yang hadir di upacara pernikahannya, khususnya cowok yang masih sekolah seumuran dengannya. Kibum yang sibuk ngobrol dengan ibunya hanya nyengir kuda melihat istrinya di kerubungi oleh cowok-cowok genit itu.
“Kibum-ah, dimana istrimu??”. Tanya Nenek tiba-tiba, Kibum memberitahu neneknya tanpa mengatakan apa-apa, dia menunjukan keberadaan Hye Jin dengan kepalanya. Tanpa berpikir lagi nenek menghampiri Hye Jin yang sibuk foto dengan undangan cowok yang hadir.
“Hye Jin ” panggil nenek lembut. Hye Jin menoleh kearah sumber suara dan keluar dari kerumunan cowok-cowok itu.
“Ya, Nek ada apa?”. Tanyanya. Nenek menarik Hye Jin dan menjauh dari keramaian tamu. Hye Jin sama sekali tidak mengerti apa yang nenek inginkan darinya. Nenek memberikan Hye Jin sebuah bungkusan berwarna hitam sambil sekali clingak-clingkuk melihat sekelilingnya. Sepertinya nenek memastikan agar seseorang tidak melihatnya. “apa ini Nek?”.
“Ini adalah obat agar kau sehat dan terlihat tetap cantik serta memperkencang kulit wajah”.
“Untuk apa nenek memberikan ini padaku?”.
“Aku tidak mau punya cucu menantu yang terlihat jelek dan tidak sehat. Minumlah ini setiap harinya, dalam sehari kau harus minum sebanyak dua kali saat pagi dan malam. Jangan lupa bawa minuman ini saat kau di Bali. Apa kau mengerti?”. Hye Jinpun mengangguk ragu “baiklah kalau begitu, nenek akan kembali menemani tamu-tamu itu”. Kata nenek tersenyum.
Sepeninggal nenek, Hye Jin membuka bungkusan hitam itu. Ada banyak minuman instan yang di bungkus dengan plastik. Minuman instan ini berbentuk gepeng dan memanjang, bungkusannya berwarna putih polos tidak ada ada komposisi bahan atau apapun, hanya ada sebuah setempel dan bertuliskan resep dokter. Hye Jin sedikit curiga dengan minuman ini tapi dia berpikir kembali bahwa nenek tidak mungkin akan meracuninya.
*******
Jam sudah menunjukan pukul tiga sore dimana proses pernikahan sudah selesai. Hye Jin dan Kibum sekarang memakai baju biasa bukan lagi memakai hanbok. Mereka berdua sudah ada di bandara, seperti rencana nenek sebelumnya kalau mereka hari ini akan pergi bulan madu ke Bali. Baik Hye Jin maupun Kibum ini sama sekali sangat membuat mereka tidak nyaman bahkan mungkin bisa di bilang benci melakukan hal ini, mereka sudah berusaha untuk mengelak namun nenek terus memakasa. Hye Jin dan Kibum di bandara incheon tidak sendirian namun mereka di temani oleh nenek dan mertua masing-masing.
“Hye Jin, berhati-hatilah jaga kesehatan ya!”. Ucap ibu Hye Jin seraya melepas pelukannya dari tubuh putrinya.
“Iya, Eomma aku pasti akan baik-baik saja”. Kata Hye Jin tersenyum.
“Kibum kau juga berhati-hatilah, kalau ada apa-apa hubungi kami”. Kata Ayah Kibum menepuk pundak putranya yang luar biasa tampan itu. Kibum hanya mengangguk.
“Sebentar lagi pesawatnya akan berangkat, lebih baik kalian bersiaplah”. Ujar Ibu Kibum. “Hye Jin, kau jaga kesehatan ya”. Ucapnya ramah, Hye Jinpun tersenyum manis pada mertuanya.
Nenek Kibum tidak mengatakan apa-apa selama di bandara. Beliau sekarang sedang sibuk mencari-cari sesuatu dan setelah ketemu. Beliau memberikan bingkisan berbentuk persegi panjang berwarna merah kepada cucunya. Kibum menerima bingkisan itu dengan sedikit ragu.
“Nenek, apa ini?”. Tanya Kibum penasaran sambil melihat bingkisan itu.
“Ini sesuatu yang sangat bermanfaat untukmu nanti. Bukalah kalau kalian sudah sampai di penginapan”. Senyum nenek. Melihat senyum nenek yang seperti itu membuat hati Hye Jin tidak nyaman. Pasti ada sesuatu yang tidak beres akan terjadi. “Saatnya tiba, kalian pergilah”.
“Kami berangkat dulu nek”. Sapa Hye Jin sambil membungkukan badannya. Nenek hanya mengangguk dan tersenyum.
Kibum sudah berjalan jauh meninggalkan Hye Jin sendirian. Mau tidak mau Hye Jin berlari mengejar Kibum, bisa gawat kalau Kibum meninggalkannya karena seumur hidup dia tidak pernah naik pesawat. Pikiran kotor memenuhi otaknya, dia takut kalau tiba-tiba pesawat pada saat lepas landas meledak seperti di film barat “Final destinantion”, dia tidak mau mati sekarang, dia tidak mau meninggalkan adik dan ibunya begitu cepat. Ingin sekali dia kabur dari bandara namun Hye Jin mengurungkan niatnya ketika dia teringat wajah ibunya yang terlihat bahagia saat mengantarkannya di bandara. Hye Jin menyelaraskan langkahnya dengan Kibum yang berjalan begitu cepat, dia melirik kecil kearah Kibum yang terlihat sangat santai dan tidak tegang seperti yang di alaminya. Sesaat kemudian sampailah mereka di pesawat dan masuk kedalamnya. Kibum mencari tempat duduk yang letaknya di tengah, dia mengambil posisi tempat duduk yang dekat dengan jendela. Di susul kemudian Hye Jin yang duduk di sampingnya. Kibum melihat Hye Jin seksama dia merasa kalau Hye Jin tegang dan mukanya terlihat pucat. Kibum tahu orang seperti Hye Jin pasti belum pernah naik pesawat sebelumnya. Senyum jahilpun tersungging di bibirnya.
“Hye Jin, kau takut?” tanyanya dengan nada mengejek.
“Tidak, aku tidak takut’. Kibum tahu kalau Hye Jin bohong terbukti dari keringat dingin yang membasahi keningnya. Kibum bukan merasa kasihan melihat istrinya yang ketakutan malah dia makin gencar melancarkan aksi untuk menggodanya. “Hye Jin, apa kau tahu kalau pesawat yang akan take off di seoul sebanyak 75% mengalami ledakan yang fatal. BANNNGGGG!!!”, teriak kibum tiba-tiba, Hye Jin sontak memandang Kibum dengan wajah yang ketakutan “Dan semua penumpang meninggal karena terpanggang, tidak ada satupun yang selamat”.
“Be…Benarkah itu?”, Hye Jin mengerutkan alisnya. Kibum diam sejenak memandang Hye Jin serius. detik berikutnya tawa nyaring Kibum melepas ketengangan di antara mereka, Kibum tidak bisa menahan tawa saat dia melihat wajah Hye Jin seperti itu.
“Ahahahahahahahaha..!!”. tawa Kibum keras.
“Hei!! Apanya yang lucu hah?”, Hye Jin emosi mengetahui Kibum yang menertawakan dia yang ketakutan.
“Kau itu bodoh sekali. Mana ada hal yang seperti itu. Aku hanya menggodamu, puas rasanya aku bisa menakutimu seperti ini ahahaha”. Mendengar ucapan Kibum ingin sekali dia menendangnya jauh-jauh dari hadapannya.
Kibum menggeleng pelan sambil terus tertawa karena tingkah Hye Jin yang ketakutan terlihat sangat lucu baginya. Kibum menyumpalkan headset di kedua kupingnya yang sudah terhubung di ipodnya, sambil sesekali mengangguk seirama dengan dentuman music yang di dengarnya. Raut wajah Hye Jin masih tampak tegang, dia bisa merasakan pesawat semakin lama semakin naik dan terus naik Dadanya bergemuruh, jantungnya berpacu cepat. Ini sungguh menakutkan baginya, apalagi setelah mendegar cerita Kibum yang menyeramkan seperti itu walaupun dia tahu Kibum hanya menggodanya tapi bagaimana kalau itu semua akan terjadi, tidak ada orang satupun yang tahu. Saking takutnya kedua tangan Hye Jin memegang pinggiran tempat duduk pesawat dengan erat, memejamkan mata dan terus berdoa. Kibum merasakan tangan kanannya di remas-remas ketika dia mencoba untuk mengecek ternyata dia mendapati tangan Hye Jin yang mengenggam erat tangannya. Kibum berniat untuk melepas paksa tangan Hye Jin tapi dia mengurungkan niatnya ketika melihat wajah Hye Jin yang benar-benar pucat serta ketakutan
“Tuhan, selamatkanlah hambamu ini. tolong lindungilah aku”. Hye Jin selalu mengulang kalimat yang sama dengan mata terpejam saat pesawat mulai take off, dia tidak sadar kalau cowok yang di sampingnya terus memperhatikannya.
******
Setelah menempuh perjalanan sekitar tujuh jam lebih sampailah mereka di bandara internasional Ngurah Rai, Denpasar, Bali, mereka langsung berjalan menuju hotel mewah yang terletak di sekitar daerah pantai kuta. Walaupun sudah turun dari pesawat namun wajah Hye Jin masih terlihat pucat, soalnya sewaktu masih di dalam pesawat tadi dia menghabiskan banyak sekali kantong plastic karena muntah terus menerus. Tubuhnya terasa lemas, kepalanya sedikit pusing. Dia juga merasakan tubuhnya melayang dan terbang karena efek dari naik pesawat selama berjam-jam. Jarak hotel bandara dan hotel yang di tujuh lumayan jauh, jadi mereka berdua tiduran terlebih dahulu. Waktu berjalan dengan cepat, mereka sekarang sudah tiba di hotel yang mereka inginkan. Sebenarnya baik Kibum dan Hye Jin tidak tahu menahu tentang Bali, jadi semua tempat penginapan dan wisata ini ide dari nenek Kibum. Awal tiba di hotel, mereka memesan kamar masing-masing tapi sayang, kamar di hotel itu tinggal satu, akhirnya mereka memutuskan untuk satu kamar saja. Ruangan kamar hotel ini tidak begitu besar tapi semuanya tertata dengan rapi. Di atas tempat tidur terdapat banyak sekali bunga kamboja yang bertebaran di atasnya. Kamar hotel itu walau tidak luas tapi terkesan sangat mewah. Hye Jin berjalan menuju tempat tidur dan membanting tubuhnya.
“Haaah…!!! Benar-benar terasa lebih nyaman dari pada di atas pesawat”. Ujarnya memejamkan mata dan tersenyum, merasakan sensasi empuk kasur itu. Namun tidak lama kemudian dia merasa ada seseorang yang menariknya kasar.
“Minggir, ini adalah tempat tidurku”. Kibum menghempaskan tubuhnya di kasur. Sekarang Hye Jin hanya bisa berdiri tepat di sampignya.
“Apa maksudmu!! Ini adalah tempat tidurku, siapa yang menempati duluan berarti dia yang berhak memakainya”. Bantah Hye Jin.
“Kapan kau berbicara seperti itu? Sebelumnya kita tidak ada perjanjian tentang ini”. apa yang di katakana Kibum benar, kalau mereka berdua tidak punya kesepakatan seperti itu.
“Aku tidak..tidak mau tahu, pokoknya ini adalah tempat tidurku”.
“Ya!!! Kau jangan membantahku. Sekarang giliranmu merasakan bagimana tersiksanya dirimu kalau kau tidak tidur di kasur. Disana ada sofa panjang jadi lebih baik kau yang tidur disana. Itu lebih baik daripada aku yang tidur di lantai waktu dirumahmu!!”. Benar saat malam pernikahn Kibum duduk di lantai yang hanya beralaskan selimut, itu semua dia terima karena kalah saat game batu, gunting, kertas. Melihat mata Kibum yang sipit dan melotot seperti itu membuat Hye Jin takut dan memutuskan untuk tidur di sofa saja.
Hye Jin mengangkat kopernya menuju sofa. Cuaca di Bali sangat panas beda sekali dengan di seoul. Keringat keluar dari sekujur tubuhnya, sehingga membuat badannya terasa lengket. Hye Jin memutuskan untuk mandi. Dia mengambil handuk putih yang sudah di sediakan oleh hotel yang letaknya di meja. Kibum memperhatikan Hye Jin seksama penasaran dengan apa yang di lakukan gadis itu. Namun Hye Jin hanya menatap Kibum sinis dan pergi ke kamar mandi. Kibum tak peduli Hye Jin mau apa itu semua bukan urusan dia. Kibum mulai membongkar semua isi pakaian dari tasnya yang akan dia pindahkan di lemari. Sesaat kemudian dia menemukan bingkisan yang diberikan oleh nenek. “Ini sesuatu yang sangat bermanfaat untukmu nanti. Bukalah kalau kalian sudah sampai di penginapan” kata-kata nenek itu teringat kembali di memori otaknya. Karena penasaran Kibum membuka perlahan bingkisan itu, ternyata beliau memberi Kibum sebuah buku bersampul ungu yang berjudul “Rahasia keharmonisan rumah tangga” atau lebih tepatnya buku kamasutra. Kibum merasa neneknya sangat berlebihan dan terlalu berharap banyak dengan pernikahan yang di paksakan ini. Kibum mulai membuka dan membaca buku itu. Matanya terbelalak lebar , kaget, shock, tak percaya kalau neneknya memberi dia buku semacam ini, awalnya Kibum mengira kalau ini hanya buku biasa tapi ternyata tidak di dalam buku itu ada level gambar untuk orang dewasa serta adanya deskripsi dimana kata-katanya begitu fulgar dalam menjelaskan gambar tersebut. Kibum menelan ludah, adrenalinnya berpacu, keringat dingin keluar dari pori-pori tubuhnya. Matanya tak henti-hentinya memandang gambar tersebut. Gemericik air dari dalam kamar mandi terdengar dengan jelas. Pikiran Kibum melayang jauh, dia tahu Hye Jin sedang mandi naluri seorang pria otomatis membuat pikiran otaknya kotor membayangkan pemandangan di balik pintu itu. Kibum menggelengkan kepalanya berusaha membuang jauh-jauh pikiran kotor ini.
“Haish, kenapa aku bisa berpikiran seperti ini’, Kibum memukul kepalanya pelan “Nenek kali ini benar-benar menyiksaku. Nenek macam apa yang menyuguhi hal-hal seperti ini pada cucunya sendiri yang masih berumur 18 tahun”. Kibum melempar buku itu di kasur, tapi secarik kertas muncul dari dalam buku itu. Dia mengambil kertas itu lalu membacanya. Ternyata itu surat dari nenek.
Kibum-ah, bagaimana keadaanmu sekarang?, Aku harap buku yang aku berikan padamu bermanfaat. Bukankah tujuan orang menikah itu mempunyai seorang anak. Jadi, nenek ingin kau segera memberikan cicit untukku. Hwaiting!!! ^^”.
“Apa maksud nenek?? Membuatkan dia seorang cicit. Itu tidak akan pernah terjadi”. Gumam Kibum pelan dan kembali memasukan surat itu ke dalam buku. “Gawat kalau Hye Jin membaca buku ini, lebih baik aku sembunyikan”. Kibum menyembunyikan buku itu di bawah kasur.
“Hei. Kibum apa yang sedang kau lakukan?”, Tanya Hye Jin tiba-tiba. Kibum yang membelakangi Hye Jin sontak membalikan badannya.
“Oh itu aku hanya….”, Kibum tidak bisa melanjutkan kata-katanya ketika melihat sosok Hye Jin yang hanya berbalut handuk putih milik hotel yang menutupi tubuhnya. Kibum menelan ludah, Rambut Hye Jin yang basah memberi kesan seksi tersendiri di otaknya. Pikirannya kacau dan membayangkan sesuatu yang tak sepantasnya dia bayangkan. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini, kuatkanlah iman hambamu ini. Doa Kibum dalam hati. Hye Jin merasakan kalau cara pandang Kibum lain dari biasanya, agak risih kalau di lihat seperti itu.
“Kibum, kenapa kau memandangku seperti itu?”. Kibum tersadar.
==TBC==
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar